7. Tuduhan Dan Bukti

26 16 11
                                    

Semua mata tertuju pada sosok lelaki yang bersuara, termasuk juga Anto yang terlihat memicingkan matanya. "Kamu juga berkaitan, ayo ikut saya."

"Haduh, syukur deh. Lo jelasin semua, oke?" ucap Wina pada sosok itu.

"Pasti dong."

"Daniel?" ucap Amora melihat sosok lelaki yang menyauti pak guru.

"Tenang aja, c'mon gue temenin."

Desas-desus omongan para siswi lain yang melihat itu kian terdengar oleh Amora. Dirinya bahkan sudah tidak peduli soal itu, yang terpenting sekarang masalah salah paham ini bisa teratasi.

Sebenarnya, Amora berusaha untuk mengabaikan dan memberanikan diri hari ini. Sungguh, jika harus bilang, Amora sebenarnya merasa takut akan hal yang sedang terjadi.

Amora hanya bingung, kenapa hanya dirinya yang diganggu? walaupun rumor itu tidak benar, kenapa Daniel tidak mendapat perlakuan yang sama oleh murid lain? apakah karena dia terkenal? tampan dan pintar? namun, Amora juga sama pintarnya. Ah, sudahlah. Amora bahkan sudah pasrah dengan yang terjadi.

"Daniel? kok mau bantuin dia?"

"Haduh, jangan bikin reputasi lo turun, please."

Telinga Amora sedikit memanas, bagaimana tidak. Sejak pagi ia selalu mendengar desas desus nyinyiran dari murid lain yang tak kunjung berhenti.

"Kalian jangan langsung nelen rumor gak nentu gitu dong! cari tau dulu sumbernya!" ucap Daniel yang kemudian berjalan ke ruang BK meninggalkan mereka yang mematung.

Disusul oleh Amora yang berjalan dibelakangnya. Sementara itu, Keyla menggigit bibir bawahnya dan terlihat cemas.

"Kalian berdua ini kan peringkat teratas, kok berani toh?" ucap Anto selama berjalan menuju BK, dan ditanggapi oleh keduanya bahwa mereka akan menjelaskan saat tiba di ruangan.

Sepanjang berjalan, banyak mata tertuju pada keduanya. Rumor sudah menyebar satu sekolah, banyak juga yang menyindir secara terang-terangan.

Sesampainya di ruang BK, mereka disuruh untuk duduk di kursi dekat jendela yang posisinya berhadapan dengan guru konseling.

"Pak, biar saya jelasin. Kalo saya gak ada macem-macem sama Amora."

"Bapak bisa skors saya kalo saya bohong." Daniel melantangkan setiap kata dengan sangat berani, sedikit membuat Amora terkesima melihatnya.

"Kamu jangan main-main loh, saya gak bercanda disini."

"Saya juga gak bercanda pak!" ucap Daniel, "Saya keberatan dan merasa dirugikan atas rumor yang beredar. Posisi saya lagi tidur, bangun-bangun udah kekunci."

Anto menautkan kedua alisnya bingung, "Kekunci?"

"Iya pak, saya gak tau apa-apa disini." Daniel berusaha membela dirinya perlahan, melihat itu Amora juga menambahi beberapa penjelasan.

"Oke, saya butuh penjelasan kalian berdua."

"Saya juga keberatan pak! saya bisa jelasin kenapa saya bisa di perpustakaan waktu itu." Amora besuara.

"Oh ya? ada buktinya?" tanya Anto.

Amora melirik pada Keyla yang terlihat cemas, dirinya bahkan pertama kalinya melihat Keyla seperti itu. "Dia, pak."

Jantung Keyla berdegup kencang, telapak tangannya berkeringat dengan raut wajah yang cemas, namun berusaja ditutupi. Tetap saja, Amora dapat melihat itu dengan jelas.

"Dia ngunci saya di perpustakaan, kebetulan ada Daniel disana." ucap Amora, ia melanjutkan penjelasannya dan menceritakan semuanya yang terjadi hari itu. Anto menganggukan kepalanya tanda paham.

Fate Of Destiny Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin