Calon Lima Belas

1K 65 12
                                    

Supermall Fiksiable04:44 pm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Supermall Fiksiable
04:44 pm

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

Hera memutuskan pergi ke supermall untuk membeli beberapa barang yang diinginkannya. Berhubung ia niatnya saat ini, maka Hera tak mau lagi menundanya. Kalian tahukan kalau mood perempuan itu bisa berubah kapanpun?

Kini ia sudah berada di supermall fiksiable, dirinya hanya pergi seorang diri, lantaran Leon menolak keras ajakannya.

Flashback on.

"Ayo temani gue belanja, gue belum punya banyak baju di sini," ajak Hera pada manusia yang sedang duduk di ayunan besi depan rumah. Leon memandang Hera dari atas sampai bawah lalu berkata, "Tangan anda masih utuh, begitupun dengan kaki anda. Jadi, anda pasti bisa pergi sendiri tanpa perlu susah payah saya temani."

Wajah Hera langsung berubah masam saat Leon terang-terangan menolak ajakan, "Gue mau lo temani karena gue mau minta bantu pilihan pakaian mana yang bagus menurut lo," ucap Hera.

"Norak! Baju yang anda pakai sekarang memangnya pilihan saya? Gak kan? Buktinya cocok aja tuh di tubuh anda," selepas mengatakan hal itu, Leon bermaksud ingin pergi dari hadapan Hera namun, pergelangan tangannya di tahan, "Kalau lo tetap kekeuh buat nolak ajakan gue, lihat aja, gue bakalan minta papi buat mutusin kerja sama dengan perusahaan om Edwin," desis Hera.

Leon menghempas kasar tangan Hera dari pergelangan tangannya, "I don't care! Lakuin apapun yang anda mau, semua ancaman anda gak berlaku lagi untuk saya," setelah itu Leon lantas berlalu pergi meninggalkan Hera di depan rumah.

"Leon!" geram Hera sambil mengepalkan kedua tangannya yang berada disisi tubuhnya, "Udah berani lo sekarang nolak kemauan gue. Lo lihat aja nanti, gue bakalan balas perbuatan lo."

Flashback off.

"Bagus mana, ya? Dua-duanya bagus, cantik juga," monolog Hera dengan menimang-nimang dua buah dress super mewah yang ada di tangannya. "Bagus sebelah kanan," celetuk seseorang. Hera menolehkan kepalanya ke sana ke sini mencari sumber suara tersebut tetapi, ia tak menemukan seorang pun pria di sana.

"Gue di belakang lo," mendengar suara itu lagi Hera refleks langsung menoleh ke belakang dan benar saja, pria itu memang berada tepat di balik tubuhnya.

"Jahannam, jauhin diri lo dari gue!" seru Hera ketika jarak dirinya dan pria itu terbilang cukup dekat.

Pria itu mengangguk, lantas mundur selangkah. "Cukup?" tanyanya dibalas acungan jempol oleh Hera, "Lo bilang tadi bagusan sebelah kanan?" tanyanya.

"Yes, your skin color matches that sky blue dress, looks charming," kata pria itu. Dirinya tidak menggombal, ia mengatakan sebuah kebenaran. Warna kulit Hera yang terbilang putih sangat cocok jika dipadukan dengan gaun berwarna biru langit itu.

"Serious?" tanya Hera penuh binar, pria itu mengangguk sebagai balasan. "Terimakasih atas masukannya," ucap Hera tulus.

Kemudian ia mengulurkan tangannya sembari berkata, "Kenalin, nama gue Hera Zoairen, nama lo?"

Pria itu menerima uluran tangan Hera dengan baik, "Bian, Biandra Agakas," jawabnya. Hera mengangguk-anggukan kepalanya, "Nama yang bagus, eh iya, lo ngapain di toko baju perempuan?" tanya Hera.

Bian menaikan satu alisnya, menandakan ia tidak mengerti maksud dari ucapan Hera. Mau ngapain? Bukankah ini toko baju, sudah pasti dirinya ingin membeli baju, batinnya. Hera yang mengerti maksud dari gestur tubuh Bian langsung meralat ucapannya, "Emm, maksud gue, lo mau beli baju apa? Siapa tahu gue bisa bantu cariin?"

✎﹏﹏﹏﹏

Karena tadi sudah menawarkan diri untuk membantu Bian mencari pakaian yang diinginkan. Maka saat ini ia bersama Bian sedang mengelilingi tokoh guna mencari pakaian sesuai kemauan Bian. Setidaknya dengan begini ia jadi mempunyai teman untuk berbelanja, ketimbang sendirian.

"Sebenarnya lo mau cari apa? Kita udah muterin ini toko berkali-kali, kram nih kaki gue," ujar Hera. "Tadi lo yang nawarin diri buat bantu gue, sekarang malah udah ngeluh sebelum dapatin apa yang gue mau," ucapan Bian terdengar layaknya sebuah ledekan di telinga Hera.

"Heh Jamal! Lo pikir deh, kita udah muterin nih tempat berapa kali? Puyeng gue, nih kaki juga kram, pegal."

Bian mengacungkan jari jempol terbalik pada Hera seraya berkata, "Cemen lo." Hera membalas dengan mengacungkan jari tengahnya pula pada Bian, "Fuck men!"

Bian meninggalkan Hera yang sudah terkulai lemas di lantai begitu saja, "Bian!" panggilan Hera tak dihiraukan oleh Bian, "Jahat banget sih sama cewek! Pegal nih, minimal gendong dong."

"Ogah, punya kaki gunain," jawab Bian.

Hera mendengus kasar lalu membangunkan tubuhnya dengan malas. "Nyebelin banget jadi cowok!" dumel Hera.

"Gue dengar," sahut Bian yang berada tak jauh dari Hera. "Cot bacot bacot bacot bacot cot!" ujar Hera memutar bola mata.

Hera berjalan mengikuti Bian, ia mengingat sesuatu saat memperhatikan punggung Bian lebih seksama. "Kok dia mirip cowok yang di restauran kemarin?" monolognya. Demi menuntaskan rasa penasarannya, Hera memutuskan untuk bertanya saja. ingat peribahasa, malu bertanya sesat di jalan. "Bian, lo kemarin ke dear restaurant?"

Bian menghentikan langkahnya ketika mendengar pertanyaan Hera. "Lo tahu dari mana?" tanyanya.

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Calon (Pasutri) [PRE ORDER]Where stories live. Discover now