25. Tragedi

6.8K 501 14
                                    

Mentari sudah membumbung tinggi. Namun kamar berpadu warna cream itu masih tampak mati. Pemiliknya mendengkur halus di atas ranjang. Tanpa busana. Hanya mengenakan celana panjang sisa kegiatan semalam.

“Ugh….” desisnya. Untuk pertama kali. Selain detak jam, ada juga suara manusia mendominasi.

Pemilik ruangan itu bangun. Ia meraup wajah sambil menggenapkan sisa kesadaran. Menyisir segala arah. Dia memang punya kebiasaan merengung dulu. Setelah dirasa tak ada yang aneh, dia pun akan memulai rutinitas paginya.

Namun, detik ini dia menghabiskan waktu cukup lama untuk merenung. Tak ada yang salah didirinya. Hanya saja….

“Di mana ini?” ucap Adeen. Mengernyit dalam.

Kembali mengulas memorinya. “Ugh! Kepala ku sakit.” Adeen mendesis lagi. Merasakan kepalanya berdenyut dan lidahnya terasa pahit.

Tak bisa begini, Adeen butuh udara segar dan air mineral. Beruntung di nakas ada segelas air putih. Adeen meneguknya lantas beranjak setelah denyut di kepalanya tak lagi bereaksi intens. Tempat pertama yang ingin Adeen tuju adalah jendela dengan hordeng motif sakura di sana. Sayang saat langkah pertamanya, suara seseorang menginterupsi.

“Ohayou Gozaimas, Adeen-san.”

Seperti timah panas melesat cepat. Ingatan Adeen kembali. Tentang kegiatan semalam dan kegiatan bersama Tuan Hiroshi.

Adeen berbalik dan betapa terkejutnya dia mendapati gadis hanya dengan handuk di tubuhnya.

“Bagaimana keadaan mu?” ucap gadis itu dengan bahasa jepang.
Adeen masih terpaku. Bukan karena kaget dengan penampilan Kanae. Ya, gadis ini bernama Kanae. Tidak lain dan tidak bukan adalah anak kedua keluarga Hiroshi.  Yang Adeen pikirkan sekarang adalah… kenapa dia hanya pakai handuk saja? Jangan bilang Adeen sudah berbuat yang tidak-tiak selama mabuk semalam?

Oh sial! Ingatan didapati. Adeen baru sadar, setelah kegiatan berkeliling pabrik kemarin, Adeen diundang makan malam keluarga Hiroshi. Itu kegiatan yang hangat denga senda gurau Kanae sebagai anak bungsu mereka yang baru menginjak bangku SMA. Sampai Tuan Hiroshi mengajak Adeen ke balkon. Menikmati udara malam dengan segelas minuman.

Jujur, Adeen bukan orang sesuci itu yang tidak pernah menyentuh minuman beralkohol. Kadang Adeen menikmatinya jika ingin. Yah, walau harus kena marah dulu jika ketahuan Mamanya.

Semalam, Tuan Hiroshi menyuguhkan segelas wine. Adeen tahu itu minuman beralkohol dan dia tidak keberatan. Yang Adeen tidak tahu, Wine itu ternyata punya kadar alkohol tinggi. dan dia baru ingat Tuan Hiroshi adalah peminum handal. Satu tegukan dan Adeen langsung tumbang.

“Adeen-san?” Kanae meneleng. Lantas menatap dengan polosnya.

Gadis ini… Adeen tidak bertindak sejauh itu kan? Ini bukan lagi musibah. Tapi bencana!

“Kanae,” panggil seseorang. Adeen dan Kanae pun menoleh.

“Kau di sini ternyata.” Wanita paruh baya yang ternyata Nyonya Hiroshi itu menoleh ke Adeen. Lantas terkejut. “Maaf ya, Adeen-san. Kanae memang sering mandi di sini. Padahal di kamarnya sudah ada kamar mandi.”

“Itu kan karena kamar mandi ku ada penghuninya Mom.”

“Jangan bicara aneh-aneh Kanae. Cepat pakai baju mu dan sarapan!”

Kanae mendengus dan pergi. Sedang Adeen yang menyaksikan iteraksi ibu dan anak itu akhirnya bisa bernafas lega.

Syukurlah aku tidak melakukan hal yang bisa membahayakan diri ku sendiri. Terimakasih sudah melindungi ku Tuhan. Batin Adeen.
“Adeen-san, mari sarapan. Saya tunggu di ruang makan ya?"

Menolak Jadi JandaWhere stories live. Discover now