My Boss Part 14a

472K 9.8K 118
                                    

Maaf lamaa dan dikiiit bgt
Klo yg mau nunggu banyakan jgn baca dluu ya :*

Kau yakin Sheila di sini?"


Rendra mengumpat kesal. Seharian mereka mencari Sheila di sekitar taman namun nihil. Dia ragu saat mengandalkan Ronald yang katanya melacak lokasi Sheila lewat GPS handphonenya.


"Lokasi terakhirnya di sini. Aku yakin."
"Ha? Aku meragukan kemampuan IT mu. Ternyata kau tak mampu menemukan satu wanita saja."


"Memangnya tadi siapa yang merengek minta bantuanku mencarinya hah? Kau pikir hanya kau saja yang cemas?"
"Merengek kau bilang? Aku tidak merengek. Tadi aku memerintahmu. Kau seperti bebek saja berisik"


"Dan kau cucunya bebek."


Rendra dan Ronald terus berdebat mengenai lokasi Sheila. Raut wajah cemas tak mampu ditutupi keduanya walaupun mulut mereka saling mengejek. Akhirnya Rendra menyerah mengandalkan Ronald dan masing-masing menggunakan bantuan para bawahannya untuk menemukan Sheila yang tak ditemukan keberadaannya. Parahnya lagi Handphonenya tertinggal di taman, membuat mereka semakin yakin kalau terjadi sesuatu dengan gadis itu.


***



Sementara Ronald dan Rendra sedang sibuk mencari jejak Sheila, tubuh wanita yang dicari dua pria itu kini sedang bergetar dengan posisi meringkuk di pojok ranjang. Borgolnya sudah dilepas Arya. Melihatnya gemetar ketakutan membuat Arya sedikit melonggarkan aksinya.


"Ma... maafkan aku sayang. Aku tak bermaksud menyakitimu." Lelaki yang tampak seperti bajingan beberapa menit yang lalu itu menampakkan seraut wajah yang berbeda. Dia Nampak tersiksa sekaligus merasa kasihan melihat keadaan Sheila yang nampak bergetar ketakutan.


"Jangan... sakiti aku... kumohon..."


Hancur sudah benteng pertahanan Sheila. Sikap difensif dan kepongahannya di hadapan para lelaki seolah tenggelam tersapu badai memori yang kini berkelebatan di kepalanya. Membuat dia merasakan pusing luar biasa.


"Gadis kecilku... aku mencintaimu sayang..."


Arya berusaha meraih tangan Sheila namun dihalau wanita itiu.


"A..aku tidak mau. Kumohon." Cicitnya dengan matanya yang memerah.


Kau yang suka main sama Kakakmu di gudang itu kan?


Sheila kecil melotot mendengar suara lelaki di sampingnya. Itu tetangga barunya sejak 3 bulan lalu. Walau mereka tak pernah saling menyapa tapi Sheila hapal wajahnya. Dia seumuran kakaknya.


Sheila memerah. Tidak menyangka akan ada yang melihat hal memalukan itu. Sumpah Sheila tidak ingin orang-orang tahu. Selain karena kakak tiri yang selalu mengancamnya, Sheila merasa takut dan malu dengan semua itu.


Lelaki itu, bocah kurus yang seumuran dengan kakaknya, dengan tinggi yang sama dengan kakaknya. Yang ia ketahui, dia adalah tetangga baru dan belum lama tinggal di sebelah kanan rumahnya. Sheila sering melihatnya bersepeda bila dia akan pergi sekolah. Pengalaman buruk dengan kakak tirinya membuat Sheila curiga dan sedikit trauma dengan anak seumuran itu. Dia tak mau mendekat. Tapi nasib membuatnya berada begitu dekat dengan bocah itu, selain karena anak itu berjanji untuk membuatnya bersembunyi dari buruan kakaknya.


Saat ini dia sedang membantu Sheila bersembunyi dari kejaran kakaknya. Lalu tiba-tiba Sheila mendengar kalau dia sering melihatnya di gudang belakang. Entah bagaimana caranya lelaki itu bisa melihat, otak Sheila yang masih berumur 11 tahun tak mampu memikirkannya, tapi rumah Sheila bukanlah rumah mewah yang dikelilingi pagar besi yang tinggi, halaman depan dan belakang yang cukup luas dan asri tetap saja memungkinkan seseorang untuk masuk dan berkeliaran di halaman rumahnya.


"Apa kau menyukai permainan yang dimainkan kakakmu di gudang belakang itu?." Lanjut bocah itu. Pelan bocah itu semakin mendekati Sheila. Sementara gadis kecil itu menggeleng gugup.


"Rasanya sa... kit, aku... gak suka." Pecahlah tangisnya. Suara khas anak kecil yang terisak cukup kencang di hadapan bocah itu. Sheila tak tahu harus bersikap bagaimana. Tetapi mendengar pertanyaan bocah itu membuatnya ingin mengungkapkan isi hatinya yang tak pernah diketahui oleh siapapun selama ini. Dia sudah tak mampu membedakan mana musuh dan mana teman. Dia hanya bisa menangis tanpa tahu harus berbuat apa.


"SShhh gadis manis. Aku akan membantumu," pelan bocah itu mengusap puncak kepala Sheila kecil.


***





Sleeping With The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang