Bertemu Bos

1.5M 23.8K 704
                                    

iseng2 bikin

cerita, moga suka ya,

silakan mampir, kritik dan saran

dari para suhu ditunggu sekali



Namaku Sheila, menjadi sekretaris seorang CEO sebuah perusahaan adalah impianku sejak duduk di bangku kuliah. Aku berpikir itu adalah salah satu cara agar bisa mengenal pimpinan perusahaan lebih dekat dibanding posisi yang lainnya. Selain itu, aku punya kesempatan lebih besar untuk mengenal makhluk-makhluk kalangan atas karena sebelum menemui pimpinan, mereka pasti akan berhadapan dulu dengan sekretarisnya. Tentu saja orang-orang yang akan ditemuinya bukan orang sembarangan.

Peluang itu dapat aku gunakan untuk menggaet seorang yang kaya bukan? Haha. Salah satu batu loncatan besar ketika aku menginginkan jalan pintas untuk menjadi kaya. Dan disinilah aku, sebentar lagi akan diwawancara secara langsung oleh CEO Wijaya Company. Entah kenapa pihak HRD langsung menyuruhku untuk menemuinya. Sepertinya calon bos ku ini sangat selektif memilih pegawainya. Atau dia tertarik padaku? Hah. Aku pernah dengar desas-desus tentang bos ku ini. Seorang player. Tentu saja aku tidak boleh tergoda dengan orang ini. Niatku bukan untuk dipermainkan lelaki. Tetapi untuk mencari suami kaya! Ingat itu!

Setelah melewati pintu ini, aku meyakinkan diri untuk bersikap sebaik mungkin. Penampilan pun sudah kubuat sebaik mungkin. Rambut cokelat tembaga dengan blow di ujungnya, blazer hitam dan blouse putih berenda di dalamnya. Juga rok di atas lutut 5 cm. Cukup sopan bukan? Tentu saja. Aku tidak mau dicap sebagai perempuan murahan atau penjilat atau penggoda di penampilan pertamaku. Walaupun ada sedikit niat terselubung di sana. Yah sedikit saja sih. Tapi kupikir perempuan yang mengandalkan tubuhnya untuk mendapatkan pekerjaan hanyalah orang bodoh saja. Mereka hanya dijadikan ikon, pajangan, atau aksesoris perusahaan.

Sedangkan aku benar-benar mengutamakan kualitas ketika melakukan sesuatu.

Aku tidak ingin dianggap perempuan seperti itu. walau kuakui, kepercayaan diriku sangat tinggi dengan fisikku yang seringkali membuat lelaki sadar menjadi mabuk seketika. Atau kakek tua berharap menjadi muda 40 tahun, saat melihatku.

"Masuk" suara berat di dalam sana menyuruhku menghadap setelah kuketuk pintu. Jantungku berdebar. Tentu saja itu normal. Sepercaya diri apapun diriku, saat-saat menegangkan seperti ini perutku selalu mulas dan jantungku berdebar. Rasa takut itu ada, dan aku harus segera menyingkirkannya ke jurang bawah sadarku agar bisa bersikap normal.

"Selamat pagi Pak!" kuberikan senyum terbaikku pada lelaki yang sedang menghadapkan badannya ke luar gedung. Apa yang dia lakukan? Kenapa sangat tidak sopan. Padahal ada seseorang di sini, tapi dia tidak melirikku sama sekali.

"Duduklah dan perkenalkan dirimu." Ucapnya angkuh.

"Nama saya Sheila," ucapku. Aku memaparkan segalanya, keahlianku, pengalamanku, dan semua yang kuyakin dapat jadi pertimbangannya untuk menerima lamaranku.

Setelah itu hening. Calon bos ku benar-benar tidak ada niat menatapku sama sekali. Ini benar-benar menyebalkan. Bahkan dia tak merespon apa yang kujabarkan sedari tadi.

"Pak. Apakah pemandangan di luar sana lebih menarik dari saya?" tanyaku. Peduli amat tentang tatakrama dan kesopanan. Bahkan dia sama sekali tidak tertarik melihat wajahku.

Aku menunduk dan sedikit mengumpat saking kesalnya kepada calon bos ku. Dan berhasil. Lelaki itu membalikan badannya, memperlihatkan wajahnya yang membuatku sedikit menahan napas. Alis tebal, mata elangnya, jambang tipisnya dan rahangnya yang kokoh. Dia tampan! Dan senyumnya itu, oh.. sepertinya aku butuh oksigen!

Sleeping With The BossWhere stories live. Discover now