Bab 6

290 58 213
                                    

Tolong guys bantu komen, vote dan share.

Love dulu part ini biar semangat 🥰🥰

Kalian asalnya dari kota mana aja nih?

Kalau banyak yang suka aku lanjut..

****

Aku tulus mencintaimu, bukan sekedar fisik. Tak peduli, kamu tampan atau tidak, aku akan selalu mencintaimu, Raganta...

Terimakasih telah melindungiku....

Raganta menatap jam di tangannya. Ia menunggu Keisha selesai tugas. Sedari tadi ia bolak-balik di depan gedung puskesmas, tempat di mana Keisha mengabdi. Raganta berjalan seperti setrika, ia menatap ke arah pintu masuk berharap Keisha keluar. Ia sudah melaksanakan tugas, ia berniat mengajak Keisha jalan-jalan sore.

Beberapa orang ada yang menatap ke arah Raganta, mereka sudah tahu ada kedekatan antara Keisha dan Raganta. Salah satu tentara yang ditugaskan menjaga di puskesmas dari KKB (Kelompok Kriminal bersenjata) Menggelengkan kepala melihat kapten mereka bucin. Tadi ia sudah menegur kapten dan bertanya sedang apa. Kapten tersebut hanya menjawab nggak ngapa-ngapain. Padahal ia tahu kalau Raganta sedang menunggu dokter pujaan hatinya.

Tak lama kemudian Keisha keluar dari dari gedung puskesmas. Raganta pura-pura habis jalan dari arah mana hingga mereka saling bertemu tanpa sengaja.

"Kapten ngapain ke sini?"

"Ah, tadi baru selesai dari barak, terus nggak sengaja lewat sini." Raganta berbohong ia tidak ingin Keisha tahu kalau ia sudah satu jam lebih menunggu gadis itu untuk pulang bersama.

"Kirain Kapten dari tadi sini, terus nungguin aku."

"Saya baru selesai bertugas, tidak punya waktu untuk menunggu." Memang, Raganta ini terlalu jaim, padahal tinggal mengaku saja kalau sedari tadi menunggu.

"Kapten capek berarti, mau minum dulu?" Keisha mengambil botol tupper ware di dalam tas, lalu menyerahkan pada Raganta.

"Buat kamu, aja." Raganta menolak. Ia masih belum siap membuka masker di depan Keisha.

Mereka jalan berdua menyusuri jalan menuju rumah di mana Keisha akan tinggal. Keisha tinggal dengan dua orang perawat cewek yang juga relawan. Namun sore ini ia pulang bersama Kapten Raganta. Tidak bersama temannya.

"Dari kemarin aku perhatiin Kapten pakai masker terus? Memangnya ada apa? Aku udah lama ngak lihat wajah Kapten." Keisha merasa ada yang aneh, ia perhatikan selama mereka bertemu Raganta tak pernah melepas maskernya. Apa yang terjadi? Apa Masker itu hanya sebagai hiasan atau ada hal lain?

"Kamu yakin mau liat wajah saya?"

"Mau Kapten," ujar Keisha sambil menganggukan kepala.

"Tapi, janji jangan takut."

"Takut, emangnya kenapa?"

"Ada bekas luka."

"Jangan bilang bekas luka bakar waktu nyelamatin aku?" Keisha jadi khawatir, tanpa sadar ia berdiri di depan Raganta. Mereka berhenti di tengah pegunungan ada rerumputan hijau yang tumbuh dengan lebat seperti sabana. Tak jauh di sana terlihat banyak bangunan rumah warga. Mereka saling berhadapan satu sama lain. Hari itu jalanan terlihat sepi hanya ada mereka berdua.

"Iya."

Keisha langsung menangis, air matanya turun membasahi pipi. Lalu tangannya menurunkan masker yang ada di wajah Raganta. Benar saja ketika masker itu terbuka, ada luka bakar di pipi kanan Raganta. Melihat itu Keisah mengusapnya.

Raganta terdiam, ia tak menyangka kalau Keisha sampai menangis melihat luka di wajahnya.

"Kamu takut?" tanya Raganta. 

RAGANTA | Kamu adalah SemestakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang