51. Mereka yang terbunuh, adalah yang gagal membunuhku.

62 14 1
                                    

Publish: Sabtu, 25 Mei 2024.

Warn!: (17+) Mature Content, kasar, kekerasan, umpatan, makian, dan tindak kriminalitas.
Jangan ditiru! Setiap adegan dilakukan oleh profesional.

Jangan ditiru! Setiap adegan dilakukan oleh profesional

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Di lorong remang-remang berlampu keemasan, Leonia berjalan tenang tanpa alas kaki, tidak menimbulkan bunyi dan tanpa jejak langkah sama sekali.

Villa dua lantai itu bak bangunan kosong di jam dua dini hari, sunyi dan sedikit gelap. Sumber pencahayaan sudah banyak dimatikan, berganti lampu kecil saja yang hanya menerangi setiap jarak dua meter.

Tidak ingin berkeliaran seperti jiwa orang mati yang tersesat di tanah terkutuk, Leonia sudah menyeka jejak darah tipis pada luka di pelipis. Baju setengah basah setengah kering di badan, dan rambut pirang lepek diikat ekor kuda sembarangan saja agar lebih rapi.

Tidak tergesa-gesa atau begitu hati-hati, mengecek hampir setiap ruangan tertutup dan terbuka di lantai dua. Sampai berhenti di satu pintu, Leonia membuka dengan mudah, dan masuk tanpa mengatakan apapun.

Ruangan redup, ada bau aromaterapi mirip di kamar Leonia sebelumnya, tapi yang ini tidak tercium campuran obat bius. Sangat menenangkan, membuat nyaman, dan tidak heran jika membuat tidur penghuninya lebih lelap.

Penglihatan Leonia langsung tertuju pada Galina yang berbaring di tempat tidur mewah, terbungkus hangat di bawah selimut. Mendekat dari titik kegelapan ke samping ranjang, sampai siluet diterpa cahaya lampu tidur di meja nakas.

Keberuntungan lainnya, Leonia tidak bersusah payah mencari, sudah menemukan kamar Galina lebih dulu daripada Lionel.

Merundukkan tubuh sedikit, Leonia merangkak naik ke kasur tanpa menunjukkan gestur berbahaya. Gerakan tenggelam pada permukaan tempat tidur tidak cukup berhasil membangunkan Galina yang pasti di tengah dunia mimpi.

Untuk beberapa detik Leonia hanya menatap wajah tidur itu, menelengkan kepala ke satu sisi dengan eskpresi kosong. Berpikir sejenak, bisa-bisanya Galina tidur nyenyak di kamar bersuhu hangat, sedangkan orang lain dikunci dan kedinginan.

"Mungkin akan lebih baik jika kamu tidak terlibat," kata Leonia pelan, hampir seperti bisikan.

Tangan terulur, buku jari putih pucat menyentuh pipi tirus Galina dengan gerakan lembut. Namun, detik berikutnya adalah tamparan keras yang memekakkan telinga dalam keheningan malam.

Galina terkesiap oleh rasa sakit di pipi, bangun dengan mata membelalak, lebih terkejut lagi ketika melihat Leonia duduk tepat di samping. Seakan-akan sedang memandang hantu, dan dipandang oleh iblis, mulut terbuka-tutup kehabisan kata.

"Yava-"

Penyebutan nama dari Galina tak selesai terucap, sebab Leonia sudah lebih dulu menekan leher ramping itu ke tempat tidur. Mencekik menggunakan kekuatan lebih besar dari yang dirasakan di ruangan terkunci.

Schiavo Del MafiosoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang