Ten

201 8 0
                                    

Be Antagonis In Novel (Vella) / BAIN (V)
--- Mulai ---

Eps ten : Masa lalu
Setelah berpisah dengan Vella dan Rissa, Dika memutuskan untuk pergi ke kelas nya. Saat sudah setengah perjalanan, Dika terdiam di tempat, menatap sosok laki-laki di depan nya yang tak lain dan tak bukan adalah Saka.

"Lo mau apa sama gue?" Tanya Dika saat mendapati ekspresi serius Saka.

"Adek Lo beneran udah ga suka gue?" Tanya nya.

Dika sedikit terkejut, padahal ia kira, pertanyaan pertama yang akan keluar dari mulut Saka adalah apakah ia suka Rara atau tidak, habisnya kan Rara terus yang ada di otak nya.

"Hmm, kalo iya, gimana?" Jawab Dika berusaha mengompori Saka.

"Ya, gapapa. Gue kan cuman nanya aja."

"Tumben. Lo suka Vella?" Tanya Dika serius dan di gelengkan oleh Saka.

"Gue kan udah bilang, kalo gue cuman nanya aja. Sekedar kepo, just it." Jawab nya santai.

Dika menghela nafas lega. Entah kenapa, ia tak sudi jika adiknya menjalin hubungan dengan laki-laki seperti Saka.

"Eh ya, Rara mana?" Tanya Dika.

Saka tersenyum smirk, "Apa perlu gue kasih tau Lo?"

Dika mengernyitkan dahi nya. Ia sudah dapat menduga bahwa Saka tak akan semudah itu membiarkan nya bertemu dengan Rara.

"Gue beneran ga ada rasa sama Rara, gue kan udah nyerah. Dan! Masalah tentang gimana cara Vella bisa tau kalo gue pernah suka sama Rara, gue ga tau tentang itu sama sekali." Jelas Dika.

Saka terdiam sebentar sebelum akhirnya berbicara, "Lo berdua emang Abang adek ya?" Kekeh nya.

Dika mengangkat sebelah alis nya, "Maksud Lo gimana?"

"Ya, sama-sama murahan." Sarkas Saka.

"Si Vella suka sama gue, tapi dia bilang ga suka. Sementara, Lo suka sama Rara, tapi Lo bilang ga suka Rara." Lanjut Saka.

"Gue muak sama Lo pada. Bisa ga sih, jangan usik hidup bahagia gue sama Rara?" Ucap nya dengan nada tinggi.

Dika menunduk dan kemudian menggigit bibir bawah nya. Ia tak menyangka bahwa persahabatan nya dengan Saka bisa hancur sampai begini.

Dika ingin menyalahkan Vella atas semua ini, namun dia juga tidak ingin menyalahkan Vella. Ia tak ingin menyudutkan Vella seperti saat itu. Dia takut bahwa Vella akan kenapa-napa, seperti saat itu.

"Gue pamit." Pamit Dika sebelum akhirnya melenggang pergi dari sana.

,,,

Dika memutuskan untuk bolos pelajaran. Ia tak sanggup jika harus bertatapan dengan Saka nanti di kelas.

Kini, Dika sedang berada di lapangan olahraga. Ia tak khawatir jika semisal ada guru, karna memang jarang ada guru yang pergi melewati lapangan olahraga, biasanya semua pergi lewat lapangan upacara.

Dika menghela nafas nya kasar, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan mulai sekarang.

"Vella atau Rara?" Gumam nya frustasi.

""Flashback on""

Awalnya, Dika dan Vella merupakan keluarga yang bahagia, sama seperti keluarga pada umumnya.

Ibu mereka, Wulan Sari Abraham, memiliki tubuh yang lemah, sehingga saat ia melahirkan Vella, kondisi nya semakin memburuk, namun tak sampai kehilangan nyawa nya.

Ayah mereka juga merupakan seorang pekerja keras, sehingga keluarga mereka hidup dengan kekayaan yang bisa di bilang melimpah.

Dika dan Vella juga memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang kakak perempuan, Joshua Leandro Abraham dan Elmira Natasha Abraham.

Namun sejak hari itu, semua berubah. Itu merupakan hari Minggu, keluarga Abraham sedang berlibur di sebuah pulau yang tak berpenghuni. Hari itu juga merupakan hari ulang tahun Vella.

"Anak-anak, mama sama papa bakal pindahin beberapa barang bawaan kita ke villa. Jadi, kalian main berempat dulu, ya. Tapi ingat, jangan main terlalu jauh." Titah Wulan.

Sesudah Wulan pergi, Vella berjingkrak kegirangan.

"Yey! boleh main!" Pekik nya senang.

"Sstt, jangan berisik, Vella. Kita bukan di rumah." Jelas Elmira selaku kakak tertua di antara mereka berempat yang kini usia nya sudah sebelas tahun.

Sedikit info. Di sini Elmira berusia 11 tahun, Joshua 10 tahun, Dika 6 tahun, dan Vella 5 tahun.

Vella terkekeh kecil, "Maaf, kak Mila." Ucap nya.

"Yaudah, yuk kita jalan-jalan ke pantai." Seru nya.

Mereka berempat berjalan di pinggir pantai, menikmati sunset dan air biru yang dingin.

"Akh, jangan ciplatin ke aku doang, dong. Kak Josh, selang kak Mila juga." Gerutu Vella saat air tersiram ke muka nya.

"Ei, mau gimana lagi. Kalo ciprat ke kak Mira, nanti Dika bisa kena."

"Ish, telus aja Dika. Dali tadi dia juga di gendong melulu. Aku kagak." Rengek Vella dan di tertawai Mira serta Josh.

"Dia kan bobo, adik ku sayang." Jelas Mira dan di ambek oleh Vella.

"Auk ah. Males sama kakak." Ucap Vella sebelum akhirnya berlari kabur dari sana.

"Eh, Vella! Ini udah mau sore, kita harus segera ke villa!" Teriak Mira namun tidak dapat di dengar oleh Vella.

,,,

Vella terus berlari sampai akhirnya ia berada di hutan yang lumayan lebat.

"Wow, hutan. Hihihi, jadi kayak petualang. Sekalang aku bukan Vella, tapi Dola! Tapi, mana monyet nya, ya?"

Vella menengok ke sana sini, mencari seekor monyet untuk jadi teman nya. Biasalah, imajinasi anak-anak.

Kresek kresek

Vella menengok ke arah semak-semak yang bersuara di belakang nya, "Apa itu monyet?"

Vella merangkak pelan, ia ingin mengintip apakah ada monyet di sana. Namun harapan Vella langsung sirna di gantikan oleh ketakutan.

Meski Vella masih kecil, ia merupakan anak yang pintar. Sehingga ia mengerti pemandangan apa yang sedang di lihat nya kini.

"Papa?" Gumam Vella saat melihat papa nya yang berlumuran darah sedang di buang asal oleh seseorang.

Setelah orang yang membuang asal papa Vella pergi, barulah Vella berjalan mendekati tubuh papa nya yang terlihat sudah kaku.

"Papa?" Panggil Vella namun tak mendapat balasan.

"Hiks, papa?" Vella mulai terisak sedih.

"Pa, kenapa dalah nya ada banyak? Ja-jangan tinggalin Vella, hiks, Huaaa..." Tangis Vella tersedu-sedu.

Saat Vella berusaha mendekat ke tubuh papa nya, tiba-tiba tubuh nya tertarik kencang ke belakang.

"Akh!" Sentak Vella kaget.

Be Antagonis In Novel (Vella) / BAIN (V)
--- Bersambung ---

Be Antagonis In Novel (Vella)Where stories live. Discover now