Twelve

182 7 1
                                    

Be Antagonis In Novel (Vella) / BAIN (V)
--- Mulai ---

Eps twelve : Putus pertemanan
Di lapangan olahraga, terdapat satu buah pohon yang lumayan besar. Di tempat itu lah, kini Dika sedang duduk bersandar.

Ia hanya ingin tertidur, ia tak mau di paksa harus berpikir memilih antara adik atau orang yang ia sukai. Selain itu, dia sudah pusing dengan cara untuk menghadapi Saka nanti.

"Lo mau kabur dari kenyataan?" Tanya seseorang dari balik pohon tempat Dika duduk dan bersandar.

Dika membuka mata nya. Ia sangat mengenali suara siapa itu.

"Cih, menyebalkan. Padahal gue akhirnya bisa tenang habis nangis tadi. Tapi ni orang dateng mau buat gue emosi?" Batin Dika.

"Saka, gue udah bilang, kalo gue ga suka sama Rara. Gue cuman mau temanan aja. Lo ga percaya sama gue?" Tanya Dika dengan senyum miris nya.

Saka berjalan mendekati Dika dan kemudian berjongkok untuk mensejajarkan tubuh nya dengan tubuh Dika.

"Kagak." Jawab nya membuat Dika berdecak.

"Serah Lo dah aja dah. Udah capek gue."

Saka yang mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Dika, segera meraih dagu lelaki tersebut. Setelah nya, ia mendekatkan mulut nya pada telinga Dika, lalu berbisik, "Kalo Lo emang udah ga suka Rara, bisa dong artinya Lo mengabulkan harapan gue?"

Dika mendorong tubuh Saka menjauh dari nya, "Kenapa gue harus lakuin itu?" Tanya nya kesal.

"Yaaa, buat bukti. Bukti kalo Lo ga bakal khianati gue." Jawab Saka santai.

"Cih, emang Lo mau gue buat apa?" Tanya Dika.

Saka tersenyum senang, "Gue mau adek Lo." Jawab nya.

Kening Dika mengerut, "Apa?"

"Gue mau lihat, air mata keluar dari wanita jalang kayak dia." Kekeh Saka.

"Lo bisa bantu gue, kan?" Lanjut nya.

"Simpel kok. Lo tinggal cuekin dia selama seminggu full. Just it. You can?"

Dika menatap tajam Saka. Ia bingung dengan apa yang sebenarnya sedang di pikirkan oleh lelaki di hadapannya kini.

Ya, biarlah. Lagian, memang masalah sebesar apa sih yang akan terjadi hanya karna Vella didiamkan oleh Dika? Tak akan ada masanya.

"Oke, gue terima." Ucap Dika.

Saka tersenyum sumringah, "Gitu dong. Sebagai teman, emang sudah seharusnya, kita saling bantu." Kekeh Saka, dan hanya di jawab senyuman oleh Dika.

"Tapi... Ada hukuman kalo Lo ga cuekin Vella selama seminggu." Jelas Saka.

Of course. Mustahil Saka bisa mengentengkan urusan. Dia pasti akan menambah-nambah syarat terhadap suatu tantangan. Itulah ciri khas Saka.

"What's again?" Tanya Dika pasrah.

"Gimana kalo gini. Kalo semisal, Lo ga cuekin Vella selama seminggu, dia pasti ga bakal nangis. Dan kalo dia ga nangis, harus ada orang lain yang gantiin dia nangis." Jelas Saka.

"Ha? Lo ga masuk akal, Saka. Vella kan bisa aja ga nangis meski gue udah cuekin dia selama seminggu full."

Saka menggeleng, "No, no, no. Dia pasti bakal nangis. Kan dia cengeng." Jawab Saka santai.

Oh my God. Emang sih, Saka tuh punya kepedean tingkat tinggi. Keras kepala nya tuh minta ampun.

"Anjing!" Umpat Dika dengan nada kecil.

"Oh. Jadi ini, yang di rasain Vella." Batin Dika saat menghadapi kepedean dan kekeraskepalaan Saka.

"Huh... Emang Lo mau buat nangis siapa kalo Vella ga nangis?" Tanya Dika.

"Rissa." Jawabnya.

Dika menatap tajam Saka. Lelaki ini sudah sangat keterlaluan.

"Cukup. Gue ga mau ikut taruhan ini lagi. Taruhan Lo, semua nya ga masuk akal."

Saka menarik kerah baju Dika, "Jadi, ini bisa gue anggep kalo Lo mau jadi musuh gue?"

Dika menepis tangan Saka, "Ya, anggep kayak gitu aja. Mulai sekarang, kita bukan temen. Dan Lo ga usah khawatir, karna gue ga bakal deketin Rara sehelai rambut pun." Finish Dika kemudian melenggang pergi dari sana.

Be Antagonis In Novel (Vella) / BAIN (V)
--- Bersambung ---

Be Antagonis In Novel (Vella)Where stories live. Discover now