[🦋] Gadis Kupu-Kupu

3.2K 368 27
                                    

Di bawah teriknya matahari, sebuah kereta kuda berhenti tepat di depan gerbang sebuah bangunan yang megah. Berada di antara pemukiman kumuh lain, bangunan itu bagaikan berlian di tengah bebatuan kerikil.

Seorang gadis kecil terlihat turun dari kereta kuda itu, seraya menggandeng erat tangan ayahnya dengan senyum merekah di wajahnya. Mata amber-nya menatap pada tulisan yang terukir megah di depan gerbang itu yang bertuliskan 'Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)'.


Gadis itu selalu mendambakan kesempatannya untuk menginjakkan kakinya ke dalam tempat itu, istana megah itu.


Ayahnya menatap ke arah gedung itu, sebelum menatap ke arah putrinya dengan serius. "(Name), tolong jaga perilakumu. Ayah akan bicara dengan orang penting, kalau bisa kamu tunggu saja di luar." Ucap sang ayah.



Gadis yang dipanggil dengan (Name) itu menganggukkan kepalanya dengan cepat, mengiyakan permintaan ayahnya. Ia adalah gadis yang patuh, lagipula tujuan utamanya ikut dengan ayahnya hanya untuk mengobservasi dan mengelilingi tempat yang bagai istana itu, tidak lebih.


Melihat anggukan putrinya membuat sang ayah langsung berjalan memasuki gerbang itu, diikuti dengan gadis kecil yang penuh dengan rasa penasaran akan tempat baru itu.


Rambut hitam pekat gadis itu menjulang sepinggang, dengan gelombang-gelombang alami yang mengalir lembut di sepanjang punggungnya yang bergoyang kala ia bergerak dengan antusias mengikuti ayahnya. Digenggamnya dengan erat tas samping yang dibawanya seraya menatap tempat megah itu dengan kagum.


Ayahnya berhenti tepat di depan pintu masuknya dan melepaskan genggaman putrinya. "Ingat, tunggu di sini dan jangan ke mana-mana atau ayah tidak akan membawamu ke sini lagi lain kali. Apa kamu mengerti?" Tanya ayahnya dengan serius.


Sekali lagi, putrinya mengangguk cepat dan menunjukkan jempolnya, sebagai tanda setuju.

"Baiklah." Jawab ayahnya, dan setelah itu langsung memasuki gedung megah itu, meninggalkan putrinya seorang diri di luar.

(Name) terdiam di tempat, masih dengan senyum merekah di wajahnya. Ia berdiri di sana selama beberapa saat, untuk memastikan ayahnya sudah benar-benar masuk ke dalam gedung itu.

Setelah menunggu beberapa saat, dia langsung berbalik pergi dari sana dengan cepat.

"Yey! Ini dia kesempatanku. Aku tau ayah akan lama!" Ucapnya seraya berlari menjauh dari gedung utama itu.


Matanya menatap sekelilingnya dengan kagum, baginya tempat itu benar benar istana.


Di bandingkan tempat lain yang pernah dia lihat, tempat ini seperti surga. Gedung gedung megah yang tersusun bersebelahan, serta taman bunga, patung dan kolam, lalu pagar yang mengelilingi area tempat itu. Benar benar luar biasa!

Ia berhenti di area taman, menatap pada bunga bunga yang bermekaran dengan subur di sana. Matanya berbinar, melihat bunga bunga yang dikenalinya. Jenis bunga yang selama ini hanya dilihatnya di buku, namun sekarang dapat ia lihat secara langsung.


"Oh.., Kalau tidak salah yang ini mawar.. Yang itu dahlia.. Um, yang di sana apa ya? Mungkin bunga lily." Gumamnya seraya menatap masing masing jenis bunga di sana.


Berdasarkan buku yang dia baca, bunga bunga itu adalah tanaman hias yang diperkenalkan oleh Belanda. Selama ini, bunga yang sering ia jumpai di tempatnya hanyalah melati, kembang sepatu dan anggrek. Ada juga satu yang sering dia lihat di hutan. Tapi baginya bunga itu aneh, atau bahkan seharusnya tidak pantas disebut sebagai bunga, yaitu bunga Rafflesia. Aromanya bahkan sangat tidak sedap, membuat (Name) tidak tertarik mempelajari tentang bunga bangkai itu.



𝐌𝐲 𝐁𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲  [Matthias X Reader VOC AU!]Where stories live. Discover now