[👁] Mata Amber

1.4K 286 23
                                    


Pada toko bunga tepat di luar rumah itu, terdapat beberapa tentara Belanda yang menunggu, sebelum akhirnya wanita paruh baya itu diseret keluar dari sana dengan kasar.




"Mayor, ini dia wanita yang punya kebun serta rempah-rempah di sini" Ucap salah satu tentara dengan darah bercucuran di keningnya, itu adalah tentara yang terkena pot karena lemparan (Name) sebelumnya.






Mayor jendral itu, Matthias Von Herhardt menatap tentaranya yang terluka itu dengan wajah datarnya di sana. ".., Dia melawan?" Tanya Matthias.






"T-tidak, Tuan. Ada seorang gadis di dalam yang melawan untuk wanita ini." Jawabnya.






Matthias hanya terdiam dan melirik ke arah rumah itu, terdengar beberapa keributan di dalam sana, namun dia terlihat tidak begitu mempedulikannya.





Dia kembali pada tentaranya dan bicara. "Angkut wanita ini dan bayi-nya ke kereta." Ucapnya.





Wanita dan bayi-nya pun diangkut ke atas kereta yang berisikan beberapa orang yang terlebih dahulu telah diangkut di sana. Mereka hanya menatap satu sama lain dengan tatapan ketakutan yang luar biasa, ada yang menangis dan bahkan ada yang telah terluka karena diseret paksa.





Sedangkan hujan semakin deras dan Matthias serta beberapa tentara masih di sana.




"Tuan Mayor Jenderal, anda ingin berteduh sejenak atau ingin melanjutkan perjalanan?" Tanya salah satu tentara yang berdiri di belakangnya.





Matthias tidak menjawab dan hanya menatap ke arah cuaca yang kian menggelap. Entah mengapa, cuaca akhir akhir ini selalu hujan. Kemanapun negara yang akan ia kunjungi, walau sebelumnya tempat itu cerah sekalipun, dapat mendadak mendung atau hujan deras jika kedatangannya.





Selalu saja gelap...





Kala itupun, ada bisik bisik dari beberapa tentara di belakangnya yang tengah berdiri di dekat bunga bunga pada toko itu.




"Hey brother, kau lihat di bunga matahari itu? Ada kupu-kupu hinggap di sana"



"Kupu-kupu saat hujan? Mereka biasanya melindungi diri dari hujan, kupu-kupu yang itu sepertinya cukup bodoh."




"Haha, sepertinya dia meminta untuk di tangkap."




Bisik bisik mereka terdengar, namun Matthias terlalu tinggi untuk topik sepele seperti itu.





Namun setelah itu, mereka cukup terkejut saat melihat kupu-kupu itu terbang ke arah Matthias.



Mereka semua tahan napas akan perilaku kupu-kupu itu yang dengan bodohnya membawa dirinya sendiri pada orang yang mengoleksi banyak kepala rusa, gading gajah dan kerangka kupu-kupu.



Mereka semua menatap satu sama lain, menduga Mayor mereka itu akan menghancurkan kupu-kupu itu di dalam satu kepalan tangannya.




Namun anehnya, kupu-kupu itu terbang dengan bebas di depannya, seakan dengan polos meminta perhatiannya. Dan Matthias-pun hanya diam menatapnya.




'..., Kupu-kupu?' Batinnya.




Dilihatnya kupu-kupu berwarnah amber itu. Sayapnya terlihat bercahaya di tengah cuaca yang selalu mendung itu. Dan sekali lagi dia merasa familiar, seperti ia pernah melihat kupu-kupu itu di suatu tempat.





Dia memberikan tangannya dan kupu kupu itu dengan jinaknya malah hinggap di jarinya serta berjalan-jalan di sana.





Semua terkejut dan ikut terdiam melihat gestur itu. Kupu-kupu kecil itu tidak tau pada siapa ia hinggap, dan Matthias juga terlihat tidak mempermasalahkan kupu kupu itu datang padanya.






Dan setelah beberapa saat, kupu-kupu malah terbang dari sana dan memasuki rumah itu.





Hanya setelah itu, terdengar suara bising dari dalam rumah itu yang cukup mengganggu Matthias.




Tentara yang di luar bersama Matthias-pun sudah menduga dan hanya menyikut satu sama lain. Mereka sudah tau itu pasti gadis keras kepala yang terus memberontak dan memberi perlawanan terhadap tentara di dalam.




Matthias yang merasa terganggu pun melangkahkan kakinya, dan masuk pada rumah itu.




Dan kala itupun, dilihatnya seorang gadis yang berlutut seraya ditahan oleh kedua tentaranya namun terlihat bahwa gadis itu masih keras kepala untuk melepaskan dirinya.




Melihat ada Matthias di sana, membuat tentara di dalam dengan paksa menekan pundak (Name) untuk membuatnya membungkuk hormat di hadapan Matthias dan bicara. "Mayor Jenderal, Kami mendapati ada gadis lokal yang memberi perlawanan sedari tadi. Kelihatannya dia hanya kerabat jauh wanita paruh baya tadi. Kami menunggu perintah anda untuk tindakan selanjutnya" Ucap mereka.




Matthias menatap dingin gadis yang berlutut di depannya itu, seakan hanya melihat salah satu dari kesekian serangga yang ada di sana.





Namun saat gadis itu mengangkat wajahnya, dilihatnya mata amber gadis itu yang sama persis dengan sayap kupu kupu itu.





Matanya sedikit terbuka dan dia menyadari sesuatu, itu gadis yang sama dengan yang dia lihat di hutan sebelumnya.





Dan kala itupun dia ingat,






'Mata amber itu.., apa dia anak yang waktu itu? Anak yang berkeliaran di wilayahku dengan membawa kupu kupu di sekitarnya.' Batinnya.





Dilihatnya gadis itu secara keseluruhan, sudah 6 tahun sejak perjumpaan mereka yang keterakhir kalinya dan penampilan gadis itu sekarang membuat Matthias nyaris tidak mengenalinya.






"... Kamu (Name) Etman?" Tanya Matthias seraya menatap pada gadis itu.






(Name) terkesiap kala menyadari Matthias yang rupanya masih mengingat namanya dan mengangguk pelan".., Uh Ya"





(Name) mengalihkan pandangan, terlihat jelas situasi itu mengagetkannya dan membuatnya menjadi tidak nyaman. Terlebih pertemuan ini begitu tiba-tiba baginya.




Ada jeda sejenak, dan kedua tentara di ruangan itu menatap satu sama lain dengan bingung karena rupanya sang mayor jenderal mengenal gadis itu.





Di sisi lain, Matthias masih berdiri di sana, menatap pada gadis yang berlutut di hadapannya itu.





'Waktu berjalan.., Dan anak itu tumbuh dewasa... Dia yang bukan lagi anak kecil, melainkan tumbuh menjadi seorang wanita dewasa.' Batinnya.





".., Berapa umurmu sekarang? " Tanya Matthias padanya.






"Saya 18 tahun, Tuan" Jawab (Name) dengan ragu.







Mendengar jawaban gadis itu cukup untuk menciptakan senyum tipis di sudut bibir Matthias.





"Itu bagus. Kamu tidak lupa dengan perjanjian kita, kan? " Tanya Matthias membuat wajah (Name) seketika pucat.






Pria di hadapannya itu ingat segalanya, bahkan perjanjian mereka dahulu.





Matthias lalu kembali menatap pada kedua tentara yang tengah menahan (Name) di sana dan memberi perintah.






"Angkut dia juga"
















To be continued...

𝐌𝐲 𝐁𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲  [Matthias X Reader VOC AU!]Where stories live. Discover now