8

29 10 1
                                    

Suasana yang awalnya tenang kini menjadi tegang, cengkraman Argha di kerah baju Zefano semakin kuat. Wajahnya pun kini memerah kerena kesal.

Zefano masi tersenyum smirk dengan dagu yang terangkat ke atas seolah menantang lawan yang berada di depannya.

Sementara, Rania kalang kabut mencoba menengahi keduanya. Ia terus membujuk agar Argha mau melepaskan cengkeramannya yang kuat pada kerah Zefano. Namun, sedikitpun tak di gubris oleh Argha.

"bajingan lu!" Ucap Argha lantang dan kesal.

"kalau gw bajingan terus lu mau apa!? ..." tantang Zefano.

"mau mukul? ayok pukul, gentle dong jangan kayak banci" Lanjut Zefano sambil menepuk-nepuk pelan ke pipinya sendiri untuk menantang Argha.

"Please.. kalian jangan berantem, kita lurusin pake kepala dingin jangan seperti ini" sela Rania untuk menengahi keduanya.

"gimana rasanya gha? enak ga? pasti enak sih ya" Sarkas Zefano.

"lu ngomong apa sih" Tanya Argha yang heran dengan ucapan Zefano.

"udahlah lu jangan pura-pura gak tau, basi! ..." Kesal Zefano dengan tatapan yang berali-api.

"lu gini gara-gara gw ciuman sama Rania? ck, lu ga usah sok-sok an peduli deh, gw tau kalian dijodohin dan lu gak suka dia kan" Lanjut Zefano dengan lantang memenuhi ruangan itu.

"jangan mainin Rania, lu cari pelacur aja sana!"

"sumpah gw gak tau maksud lu apa bangsat!" Lanjut Argha sedikit teriak karena sudah berada di ambang kesabarannya.

bukkk!

"Argha!!" teriak Rania yang panik.

Bogemam mentah langsung mengenai pipi sebelah kiri Argha, Zefano memukulnya dengan keras sampai Argha terhuyung ke belakang. Beruntung Rania langsung sigap menahan tubuhnya, kalau tidak mungkin sudah jatuh ke lantai.

Argha menatap nanar ke arah Zefano, ia sungguh benar-benar bingung sekarang.

"Argha lu gak papa?" selidik rania memastikan.

"masih mau pura-pura gak tau lo?" Tanya Zefano yang masih berapi-api.

"Zefano stop! please jangan berantem kayak gini!" teriak Rania kini suaranya mulai bergetar.

"ada apa ini ribut-ribut?"

Suara yang tak asing kini mengambil atensi ketiganya. Terlihat di ambang pintu UKS, Rahel mencoba memahami situasi yang kini berada di depannya.

"gw tungguin di kelas, rupanya lu disni ran?" ucap Rahel.

Namun, tak kunjung ada jawaban. Setelah agak dekat Rahel langsung menatap ke arah Zefano, yang kini enggan menatapnya. Ia sudah bisa menyimpulkan bahwa kini Zefano terlihat sangat kesal.

"Astaga! lu kenapa gha?" tanya rahel setelah melihat ujung bibir Argha yang kini mengeluarkan darah dengan luka lebam di ujung pipinya.

Argha tidak bergeming, kini Rahel beralih menatap ke arah Rania untuk meminta jawaban.

"gw bingung harus mulai cerita dari mana" Jawab Rania pelan sambil sesekali mengusap pipinya yang basah.

Rahel menghembuskan nafas berat sambil memijat bagian tengah pangkal alisnya.

"lu yang ngelakuin ini zefano?" tanya Rahel to the point.

Jangan kan menjawab, Zefano bahkan enggan untuk menatap ke arah Rahel.

"jawab gw zefano!" titah Rahel.

"iya! gw yang ngelakuin" jawab Zefano dengan nada yang masih kesal.

"kenapa?"

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang