Runa kenapa?

450 50 6
                                    

Saat sedang fokus mengerjakan tugas kuliah, Souta tiba-tiba saja merasakan perasaan aneh dalam dirinya.

Seperti ada yang mengganjal pada hati pemuda itu, sesuatu yang membuatnya khawatir akan suatu hal.

"Kok perasaan gue gak enak yaa?" gumam si pemuda dengan perasaan gundah.

Diraihnya benda pipih nan canggih yang berada di samping buku untuk melihat pukul berapa saat ini.

Souta malah terdiam dan terhanyut begitu melihat potret dirinya dan Runa yang tengah tersenyum lebar.

Pikiran dan perasaannya tiba-tiba saja tertuju pada gadis itu. Ada sesuatu yang aneh dengan perasaannya pada Runa saat ini.

Sesudah mendapat informasi waktu, Souta segera menghubungkan panggilan pada salah satu saudaranya.

"Ini jam Runa pulang." Lirih sang pemuda, menunggu panggilan tersebut terhubung.

"Halo, Sou?" suara lembut seorang pria terdengar jelas di pendengaran Souta.

"Halo Gin, Souta mau nanya, Runa udah dijemput?"

"Oh, ini aku lagi otw sekolahannya. Kenapa emang?" ujar Gin pada sambungan telepon.

"Perasaan Souta gak enak, cepet jemput Runa."

"Iya, ini bentar lagi nyampe. Udah dulu nelpon-nya, aku lagi nyetir."

"Ah oke-oke, sorry, aku cuman mastiin aja. Kabarin kalo kalian udah di rumah."

"Sip."

Sambungan terputus sepihak dari Gin. Setelah mendengar hal tersebut, Souta cukup merasa tenang, meskipun belum sepenuhnya perasaan gundah itu hilang.

.

Mobil Gin sudah tiba di depan sekolah adiknya, sudah terhitung dua puluh menit ia menunggu kedatangan Runa.

Tapi gadis itu belum kunjung tiba, padahal murid lain selalu melewati Gin dan pulang.

"Masuk aja kali ya?" gumam Gin seraya mulai berjalan memasuki area sekolah.

Namun baru saja beberapa langkah, ia sudah mendapati sosok adiknya yang tengah berjalan dengan wajah menunduk

"Runa..."

Gadis kecil itu menoleh, dan melihat Gin yang tengah menunggunya dengan ekspresi khawatir.

"Gin." Lirihnya.

Sang pemuda mendekati Runa, ia menatap sendu sang adik.

"Dari mana aja? Gin nungguin dari tadi loh..." nada khawatir terdengar dari suara sang empu. Dan Runa bisa merasakannya.

"Maaf, tadi Runa-"

"Loh? Ini kenapa bisa berdarah?" Gin mengerutkan keningnya saat melihat luka disudut dahi sang adik.

Runa sadar akan kakaknya yang mulai bertanya dan menjadi lebih khawatir. "Ini..." ia bingung ingin berucap apa.

"Kamu dipukul? Sama siapa? Bilang sama Gin."

Runa menggeleng cepat. "E-enggak, R-Runa jatoh di lorong tadi, Runa lari karena takut sendirian." Senyuman simpul ia berikan pada sang kakak.

"Runa aslian jatoh? Gak bohong kan?" tatapan sendu terus Gin perlihatkan, ia sangat mengkhawatirkan adiknya.

"Runa gak bohong, beneran jatoh kok."

Mendengar hal itu, membuat Gin menghela nafas. Ia akan percaya pada Runa. Namun jangan dikira rasa khawatirnya hilang, ia masih merasa sangat khawatir.

MY LITTLE SISTER [Reader's×Sol.4ce]Where stories live. Discover now