Bab 5 "If anything happens, i still love you."

2 1 0
                                    

"Waktu mengajarkan, yang pergi dan pulang, yang datang dan hilang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Waktu mengajarkan, yang pergi dan pulang, yang datang dan hilang. Memang harusnya demikian dan yang terbaik hanyalah mengikhlaskan."

-Desember Kala Itu-


"Nak, Nadi... gimana tadi hasilnya?" tanya Bapak setelah menyeruput kopi panas buatan anak sulungnya.

Nadi tersenyum pada Bapak, "Allhamdulillah, sekarang Nadi mulai bisa menjalani hari-hari tanpa rasa khawatir yang berlebihan, Pak. Obat-obatannya juga sudah tidak sebanyak sebelumnya. Bahkan, kata Mba Nisa, Nadi tidak perlu bolak-balik ke terapis, Pak." Tutur Nadi dengan penuh rasa bersyukur.

Bapak tersenyum haru, matanya berbinar seperti menahan tangis. "Allhamdulillah, Allah Maha Pengasih. Bapak ikut senang, Nadi."

"Oh, iya! Bagaimana hubunganmu dengan Melody? Sudah jauh lebih baik?" tanya Bapak pada putra sulungnya itu.

Nadi tertegun, lalu menggeleng lemah. "Nadi terlalu lama membuat Ody menunggu, Pak." Sesalnya.

Bapak menghela napas sembari terus meratapi putranya itu, "Coba Bapak tanya, alasan kamu memilih Melody dari banyaknya perempuan di Bumi milik Tuhan, itu apa?"

Nadi tersenyum mendengar pertanyaan Bapak padanya. "Rasanya, Nadi jatuh cinta pada pandangan pertama, Pak. Perihal hati, Nadi selalu percaya bahwa jatuh cinta itu sama seperti hujan, yang tak tahu kapan dan dimana jatuhnya. Nadi bertemu dengan sosok perempuan yang mata dan suaranya sangat mirip dengan Ibu. Waktu itu, waktu pertama kali Melody berbicara kepada Nadi, Nadi betul-betul terkejut, Nadi pasti selalu teringat dengan Ibu." Sesekali, Nadi usap buliran bening yang membasahi pipinya.

Benar, waktu pertama kali Nadi menjumpai perempuan yang kini ia perjuangkan kebahagiaannya itu, Nadi betul-betul terkesima. Di klinik Psikiater yang terlihat sepi, seorang gadis dengan rambut lurus terurai berdiri sendirian di depan teras Klinik lantaran hujan besar yang asyik mengguyur jalanan sore ini.

Melody berusaha tuk menelepon sang Ibunda berulang kali, namun ponselnya tak kunjung aktif. Membuatnya berdecak beberapa kali karena hawa dingin yang semakin menusuk rusuk, dan langit yang juga sudah semakin gelap.

Masih sibuk berkutat dengan ponsel pintarnya, tiba-tiba saja gadis itu merasa ada seseorang yang menepuk pundaknya sekali. "Permisi, kamu namanya Melody?" tanya lelaki dengan masker putih yang menutupi separuh wajahnya itu.

Melody mengangguk, "Iya, aku Melody. Kenapa?" tanyanya menatap lelaki itu lekat.

Nadi menyodorkan sebuah dompet kecil dengan kombinasi warna putih dan biru itu pada gadis di depannya. "Ini, punyamu, kan? Tadi jatuh di depan tempat administrasi. Maaf, tadi aku membuka dompetnya, ada fotomu disana, jadi aku tahu ini punyamu." Melody menerima pemberian Nadi dengan perasaan senang.

"Eh? Makasih, ya! Makasih banyak!" serunya yang hanya di angguki oleh Nadi.

"Kamu anak sekolah Swastamita, ya?" tanya Melody ketika mengamati seragam sekolah yang dikenakan oleh Nadi.

DESEMBER KALA ITU (ON GOING)Where stories live. Discover now