Bab 7 "Dia Kembali."

6 1 0
                                    

"Everyone has a different warmth and sense of comfort

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Everyone has a different warmth and sense of comfort."


-Desember Kala Itu-


Seperti yang sudah direncanakan, aku beserta sahabat-sahabatku dapat dipastikan menonton pertandingan basket yang cukup sengit antara TIM SWASTAMITA dan TIM SATYANIKA pagi ini. Semangatku begitu membara tak kala melihat kekasihku tampak begitu tampan dengan balutan jersey bewarna oranye di bawah lapangan sana, di temani dengan rekan seperjuanganku, teman-teman yang juga satu sekolah dengan kami.

Tribun hari ini di isi oleh para penonton yang berasal dari berbagai sekolah. Mengenakan seragam dan meneriakan kata semangat tuk tim kebanggaan masing-masing. Dapat ku lihat kekasihku, Jendral yang tak luput dari perhatian para penonton. Karena ia merupakan kapten tim yang tentunya akan selalu dipertanyakan dimana posisinya berada.

Aku dan sahabat-sahabatku betul-betul merasa tegang saat ini, karena pertandingan terpantau sudah memasuki babak final. Kami begitu berharap besar agar tim yang di ketuai oleh Jendral dapat keluar sebagai juara pertandingan.

Bola bulat berwarna oranye itu kini berada di bawah kendali Nael. Dengan lihai beberapa kali ia mendrible bola di tempat sembari mengamati situasi. Di rasa waktunya sudah pas, Nael mulai melangkahkan kaki panjangnya tuk berlari ke tengah lapangan seraya melindungi bola terhadap sang lawan.

1...

2...

3...

"SHOOT!!!"

"YES!!!"

"MASUK GUYS!!!"

"NAEL GOKIL!!!"

Sorak sorai ricuh memenuhi lapangan pertandingan, begitu pun denganku dan kawan-kawanku. Harapan membawa pulang medali dan piala kebanggaan telah berhasil diraih dengan jerih payah yang luar biasa. Raut wajah haru terpatri di air muka kami semua. Kemenangan Tim Swastamita memanglah sesuatu yang pantas dibayar dengan sorakan bahagia sampai-sampai suara habis dan tenggorokan sakit dibuatnya.

Namun, sorak ricuh penuh kebahagiaan itu kini mendadak berubah seketika saat ku lihat Nadi tiba-tiba saja memukul seorang pria asing yang berada sedikit jauh dari tempat ia duduk.

Bugh!

"NADI!"

"Bugh!"

"STOP!"

"NANA! UDAH!" teriakku histeris saat melihat wajah Nadi yang memerah kesetanan.

Haikal menyuruhku untuk minggir supaya tak terhimpit kerumunan orang yang penasaran. Barulah ia dibantu dengan Rekal dan juga penonton yang lain bergegas memisahkan Nadi yang terus memukuli pria asing itu secara membabi-buta.

DESEMBER KALA ITU (ON GOING)Where stories live. Discover now