Chapter 34

7.7K 658 41
                                    

©Claeria


Hanan menelan ludahnya, dia tidak pernah menduga dia bisa sebegini gugupnya menghadapi seorang perempuan.

Sebelumnya, Hanan tidak pernah kesulitan mengatasi perempuan yang memergokinya bermesraan dengan perempuan lainnya. Dulu semuanya terasa begitu mudah. Hanan tidak pernah ambil pusing. Terserah mereka, mau memaafkan Hanan, mengakhiri hubungan, atau bahkan marah dan mengamuk. Hanan toh bisa mencari perempuan lain.

Namun, tidak kali ini.

Kepalanya berdenyut hebat dan perutnya terasa mulas. Hanan tidak siap menghadapi Lyla, tidak akan pernah siap. Ketika melihat gadis itu menitikkan air mata di Ginza tempo hari, hati Hanan rasanya seperti diremas kuat-kuat, dipelintir hingga membuatnya sulit bernapas. Lantas, bagaimana dengan kali ini?

Setelah mendesak Jocelyn selama beberapa hari terakhir, Hanan akhirnya berhasil membuat wanita itu mengaku bahwa Lyla tinggal di apartemennya. Amukan dan umpatan Hanan terima sebelum Jocelyn memintanya untuk datang ke apartemen dan bicara dengan Lyla. Dengan satu syarat, Hanan tidak boleh memaksa Lyla untuk pulang bersamanya. Mereka hanya akan bicara. Jika Lyla mengusir Hanan, maka Hanan harus menerimanya. Bagaimana pun juga, dia yang bersalah dalam kasus ini.

Setelah memastikan Hanan berjanji akan menerima persyaratan yang dia ajukan, Jocelyn mempersilakan Hanan untuk masuk ke apartemennya dan bicara dengan Lyla, sementara dia menunggu di lobby sampai mereka selesai.

Sudah tiga menit Hanan berdiri di depan pintu kamar. Tangannya beberapa kali terangkat, berniat untuk mengetuk pintu, tetapi selalu saja terhenti sebelum berhasil mengetuk. Ada banyak pertanyaan berkecamuk di kepala Hanan. Bagaimana jika Lyla mengusirnya? Bagaimana jika Lyla tidak mau memaafkannya? Tidak, jangankan memaafkan Hanan, bagaimana jika Lyla bahkan tidak mau menatapnya karena benci dan jijik?

Memejamkan matanya, Hanan menggelengkan kepala, berusaha mengusir pemikiran itu. Dia harus bicara dengan Lyla dan minta maaf. Dia harus berani menghadapi apapun yang akan terjadi.

Menarik napas dalam, Hanan memutar gagang pintu dan mendorongnya perlahan.

Rasa cemas sekaligus bersalah menghujam Hanan ketika melihat Lyla duduk di atas kasur, selimut menutupi kakinya hingga ke pinggang. Dia hampir tidak mengenali wanita yang ada di hadapannya itu. Sepasang mata coklat indah itu tampak redup, tidak ada binar dan semangat di sana. Tubuh Lyla tampak lebih kurus dan lesu, membuatnya seolah dapat rubuh jika diterpa angin. Warna seolah hilang dari wajah Lyla yang kini tampak sepucat kertas. Kantong mata gadis itu juga membengkak, entah berapa lama Lyla menangis hingga kondisinya separah itu.

Mendadak Hanan kehilangan suaranya. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tidak tahu harus berbuat apa selain berdiri mematung di tempat dan merasakan nyeri di dadanya.

"Pipi kamu kenapa?" tanya Lyla tiba-tiba, membuat Hanan kembali mendapatkan fokusnya. Tangannya mengusap pipinya yang masih terasa nyeri. Tinju Danny tidak main-main, pipi Hanan lebam dan ujung bibirnya sobek berkat dua tinju yang kakak iparnya itu layangkan.

"Bang Danny yang kasih ini, dia ngamuk waktu dengar aku cerita peristiwa tempo hari," jelas Hanan. Dia lalu tersenyum kecut. "Aku pantas mendapatkan ini."

Hanan perlahan duduk di sisi kasur, tepat di sebelah Lyla. Kening Hanan berkerut dan tangannya terulur ke sisi wajah istrinya. "Kamu sendiri gimana? Kamu sakit, La? Muka kamu pucat banget, udah makan belum?"

"Bicaranya to the point aja," Lyla menepis tangan Hanan dan membuang muka, enggan menatap wajah suaminya.

Hanan menggigit bibirnya, hatinya terasa teriris ketika Lyla bahkan tidak mau lagi ia sentuh. Ada jeda sejenak sebelum pria itu kembali bersuara. "Aku minta maaf soal malam itu. Yang kamu lihat, itu kesalahpahaman..." jelas Hanan. "Aku udah bilang ke Naya kalau ke depannya aku nggak mau berurusan lagi sama dia. Dia minta peluk untuk yang terakhir kalinya, so I did it. Tapi aku nggak nyangka kalau dia bakal nyerang aku duluan kayak gitu. Aku—"

It's a Trap!Where stories live. Discover now