06

172 32 2
                                    

Pintu yang hanya berselang beberapa detik dibuka, perlahan ditutup kembali empunya. Shinyu menyeret langkahnya menuju ranjang nyamannya. Tubuhnya ia jatuhkan begitu saja hingga membuat wajahnya tenggelem di atas selimut. Kepalanya dibalikkan, menatap ke arah jendela yang masih terbuka, meskipun hari sudah hampir larut.

“Nggak ada yang berubah ternyata.”

Shinyu mengedipkan matanya. Memandang tak mengerti menuju Dohoon yang sedang makan dengan air muka biasa sembari terus menatapnya yang sibuk makan hingga lupa bahwa eksistensi Dohoon masih berada di depannya. “Apanya?”

“Cara lo makan.” Tanpa sengaja pemuda itu terkekeh geli. “Masih kayak anak kecil.

Mengingat itu membuat Shinyu lantas mengembangkan senyumannya. Dohoon masih mengingatnya dengan jelas. Mendengarnya tentu saja membuat Shinyu antusias hingga tanpa sadar terus memperlihatkan binar matanya lantaran terlalu senang akan fakta bahwa Dohoon ternyata tak sedikitpun melupakannya.

Bolehkan dia berharap lebih?

“Nggak, nggak boleh!” Shinyu tepuk kedua pipinya. Berusaha menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak terlalu percaya diri akan sesuatu yang mungkin tiada artinya sama sekali bagi Dohoon. “Dohoon aja belum tentu mau maafin kamu, apalagi tentang itu.

Sorotnya berubah nanar. Shinyu angkat arah pandangnya menuju langit-langit kamar. Tidak, Shinyu jelas tak boleh berharap lebih. Dia harus mengingat akan misinya dan seharusnya tak punya cukup waktu untuk berpikir tentang hal yang tidak pasti.

Pada dasarnya, Shinyu sendiripun tak tahu akan seberapa besar rasa kecewa Dohoon terhadap dirinya. Tidak sepatutnya Shinyu beranggapan bahwa dia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan kesempatan kedua.

Shinyu meringis. Matanya terasa lembab diikuti serbuan lirih air yang jatuh menuju pipi. “Dohoon ...” panggilnya bergetar. Kedua tangannya digunakan untuk menutup keseluruhan wajahnya. Sembari terisak, ia terus meracau, “Maaf, maaf, maaf!”

Apalagi jika Shinyu selalu teringat dengan fakta bahwa dia adalah alasan akan mengapa Dohoon tak bisa mewujudkan cita-citanya.

.
[Right Here]
.

Dohoon memasuki area kantin sembari mengekor langkah panjang Hanjin yang berjalan jauh di depan serta Jihoon yang diseret olehnya menuju meja pesanan. Pemuda itu melangkah gontai seraya memandang tak minat ke beberapa meja sebelum matanya terpaku ke arah sosok yang duduk di meja paling belakang di samping tembok pembatas.

“Doh, ayo! Kita kuras sama-sama dompet Jihoon sampai nggak bersisa. Kalau perlu KTP-nya kita pakai juga buat jaminan pinjol,” ujar Hanjin begitu bahagia lantaran berhasil membuat Jihoon tunduk lagi untuk kesekian kalinya usai menang berturut-turut dalam permainan Uno saat jam kosong tadi.

Sementara itu, Jihoon sudah pasrah saja serta tak melawan lagi ketika diseret oleh Hanjin yang begitu bernafsu ingin menghabiskan seluruh uang sakunya saat ini. “Stop bilang kartu pelajar sebagai KTP, anjir!

Namun, beberapa menit berlalu ketika Hanjin menoleh ke belakang, ia tentu terkejut melihat presensi Dohoon yang menghilang entah ke mana. Jihoon pun ikut bingung, tetapi lebih dominan lega karena dia tak jadi mentraktir dua orang sekaligus.

“Doh?” Hanjin memanggil sembari celingak-celinguk guna mencari keberadaan sahabatnya itu. Sehingga tak lama ia justru menemukan keberadaan pemuda itu yang sedang—holy shit!

“Anjing!” Jihoon mengumpat pelan sambil berlari kesetanan menuju Dohoon yang hampir melayangkan kepalan tangannya ke sosok pemuda yang tampak tak memberikan perlawanan ketika Dohoon tengah mencengkeram kuat kerah bajunya.

Sedangkan Hanjin tengah menyusul keberadaan Shinyu yang tampak duduk meringkuk di atas lantai sembari menutup rapat kedua telinga menggunakan masing-masing tangannya.

Hanjin memandang tak mengerti. Bukan Shinyu yang sedang menjadi korban perkelahian saat ini, akan tetapi Shinyu justru gemetar tak karuan entah apa alasan yang mendasari. “Shin—”

Jangan pukul Shinyu lagi ..., Shinyu nggak mencuri ..., Shinyu nggak nakal ..., Shinyu nggak jahat ..., Shinyu bukan pembawa sial ...

Kepalanya bergoyang ke kanan lalu ke kiri secara berkala dalam tempo yang lumayan cepat. Pemuda itu terus meracaukan kalimat yang sama sampai seketika membuat Dohoon tersadar akan perbuatannya.

Dohoon beranjak menghampiri presensi yang tengah dilanda ketakutan hebat tersebut. Dengan cepat raga ringkih itu ia bawa menuju dekapan eratnya. Birainya mengeluarkan beberapa kalimat penenang yang sering diucapkannya ketika Shinyu sedang dilanda oleh situasi yang sama.

Tetapi, entah kenapa hari ini itu tak lagi bekerja. Shinyu seperti tidak terpengaruh sama sekali oleh template semacam itu lagi.

.
[Tbc]
.

TTM-NYA, KAQ!!!(ok, dohoon

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

TTM-NYA, KAQ!!!
(ok, dohoon. stop ponian, start poni belah tengah. PLS. I BEG YOU.)

fyi, ini ngetiknya kebut-kebutan, jadi maklumin kalau kalian masih ngang-ngong-ngang-ngong dipart ini, hwhw :D

Right Here +DoshinHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin