07

218 34 5
                                    

Shinyu menghembuskan napasnya untuk yang keberapa kali dalam beberapa menit ini. Padahal suasana kantin sedang ramai-ramainya akan antrian murid yang berebut memesan menu, namun pemuda itu justru merasakan sepi yang teramat sangat.

Sembari bertopang dagu, ia aduk acak makanannya tanpa berniat untuk memasukkannya ke dalam mulut. Nafsu makannya menghilang. Shinyu mungkin lebih butuh teman untuk sekedar mengajaknya mengobrol hingga ia bisa menuntaskan rasa lapar yang menggerogotinya.

“Makanannya entar nangis kalau cuma digituin sama lo,” ucap seseorang dari arah belakang.

Irisnya sedikit melebar lantaran mungkin afak dikejutkan oleh kalimat yang sangat tiba-tiba dalam memecah keheningan yang tadinya melingkupi sekitaran Shinyu. Ia nyaris ingin berbalik, akan tetapi terlanjur didahului oleh presensi yang dengan cepat duduk di depannya tersebut.

Senyum lebar mengembang apik diwajah ramahnya. “Hai! Gue boleh makan di sini, ‘kan?” tanyanya seraya meletakkan piring berisi menu yang dipesanannya tadi ke atas meja.

Dengan canggung, Shinyu lantas mengangguk pelan.

Thanks!” Ia berucap senang. “Kalau boleh tau, lo emang suka menyendiri gini, ya? Selama di kelas juga gue lihat lo nggak pernah ada interaksi sama sekali. Bahkan pas ada tugas kerja kelompok.”

Shinyu yang awalnya ingin menyuap satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya pun seketika menghentikan tindakannya. Mulutnya terbuka kecil ingin mengeluarkan suara. “Kita sekelas?” Ia bertanya canggung.

Pemuda itu jelas tampak terkejut bukan main. “Gue bahkan duduk di samping lo,” ujarnya sembari tertawa kecil.

Lucu sekali. Dibandingkan marah atau tersinggung, ia justru berpikir bahwa saking introvert-nya Shinyu sampai membuatnya tak mau tahu-menahu tentang siapapun yang ada di sekitarnya. Ia jelas mengerti jika sebenarnya Shinyu mungkin terlampau masih malu untuk berinteraksi lantaran statusnya terhitung sebagai murid baru di kelasnya.

Shinyu bergumam pelan, “Maaf, aku nggak inget.”

Sebenarnya, kondisi Shinyu lebih patut dikatakan sebagai ‘melupakan’ alih-alih tak tahu. Selain kesusahan mengingat nama, Shinyu lebih kesulitan lagi untuk mengklasifikasikan rupa wajah seseorang. Ingatannya begitu lemah dan mereka bilang Shinyu sudah mendapatkan kondisi semacam itu sejak ia masih kecil.

“Kalau gitu, mau kenalan?” tawar si pemuda sambil mengulurkan tangannya ke udara. “Gue Youngjae. Mulai sekarang, tolong inget gue baik-baik, oke? Dan kalau lo ada apa-apa, lo boleh banget minta bantuan ke gue tentang apapun itu. Gue janji bakal bantu lo sebisa yang gue mampu.”

Shinyu mengedipkan matanya berulang kali. Sedikit memandang takjub ketika untuk pertama kalinya dia mendapatkan uluran tangan yang bermaksud ingin mengakrabkan diri dengannya di sekolah ini.

Senyum tipis tercetak samar diwajahnya yang sedikit mengeluarkan rona kemerahan. Shinyu senang bisa mendapatkan teman seperti yang tadi sempat ia harapkan. Langsung saja ia terima jabatan tersebut. “Shinyu,” jawabnya dengan air muka jengah.

Namun, Youngjae justru terlihat memandanginya tanpa memberikan topik obrolan lagi. “Lucu.”

Shinyu lantas memiringkan kepalanya. Tak terlalu memahami akan maksud perkataan Youngjae sebelumnya.

Senyumnya kian mengembang lebar. Sambil tertawa gemas, ia bawa tangan yang tautannya telah dilepaskan oleh Shinyu menuju pipi tirus tersebut. “Lo tuh mirip anak kecil, tahu?”

“Mana ada,” sahut Shinyu berubah datar, kemudian melanjutkan sesi makan siangnya yang tertunda. Sudah ada dua orang yang mengata-ngatainya tentang hal yang sama.Ngaco kamu.”

“Nggak, kok. Beneran. Muka lo tuh ngingetin gue sama anak kecil. Lucu, terus gemesin. Bikin pengen gue unyel-unyel kayak gini.”

Shinyu diam saja kala Youngjae dengan tak sopannya mencubiti kedua pipinya. Meskipun matanya tampak menyorotkan kekesalan yang kentara, namun ia tak punya keinginan untuk menepisnya. Mungkin rasa senang usai mendapatkan seorang teman membuat Shinyu ragu untuk berbuat demikian.

Kegiatan itu tak berangsur lama lantaran sebelum Shinyu, sudah ada orang yang mewakilinya untuk menjauhkan tangan usil Youngjae dari wajahnya. Langsung saja Shinyu angkat kepalanya sehingga ia dikejutkan oleh presensi Dohoon yang entah darimana datangnya.

Youngjae tarik lengannya dari Dohoon. “Kenapa?” Ia bertanya bingung. “Shinyu aja nggak ngelarang gue, kenapa jadi lo yang sewot, sih?”

Dohoon sedikitpun tak mengeluarkan suara. Melalui matanya yang jelas bermaksud ingin mengintimidasi, Youngjae sebenarnya cukup paham bahwa pemuda itu agaknya tak suka jika Shinyu disentuh oleh siapapun.

Merasa tak mendapatkan perlawanan lagi, Youngjae bermaksud ingin meraih lengan Shinyu untuk ia ajak pergi. “Shin—”

Dan kali ini, barulah dia mendapatkan serangan tak terkendali oleh Dohoon yang dengan cepat menjauhkan figur Shinyu agar berlindung di belakang punggungnya, sementara ia mendorong Youngjae hingga punggung pemuda itu membentur sisi meja lainnya.

“Gue nggak ngerti. Lo sebenernya punya hubungan apa sama Shinyu sampai harus se-posesif ini ke dia?” Youngjae tampak tersulut karenanya. Dohoon seperti ingin mencelakainya tanpa alasan. Bahkan setelah apa yang dilakukannya barusan, Dohoon seakan tak memberinya keterangan yang jelas akan maksud dia melakukan itu semua kepadanya.

Dohoon seakan bergerak maju. Pemuda itu telah mengangkat tangannya, bersiap ingin memukul wajah Youngjae yang terlihat seperti sedang meremehkannya.

Akan tetapi, suara benda terjatuh dari arah belakang sedikit mengusik emosinya. Lantas, ia putar sedikit kepalanya guna mencari tahu perihal bunyi apa yang terdengar tadi. Seketika ia dibuat mematung melihat Shinyu yang sedang duduk meringkuk sembari menutupi kedua telinga menggunakan tangan dalam keadaan gemetar hebat.

Jangan pukul Shinyu ...

Dohoon sempat dibuat termangu sesaat. Secara tidak sadar tindakan anarkisnya telah membawa kenangan buruk bagi Shinyu. Ia seketika merasa ragu, tapi tak membuatnya sampai hati untuk membiarkan Shinyu berlarut dalam bayangan traumanya seperti ini. Ia peluk raga itu erat-erat, kemudian membisikkan beberapa kalimat penenang andalannya tepat ke telinga Shinyu.

Akan tetapi, kondisi Shinyu daripada membaik malah kian memburuk dengan terus meracau perihal ketidakinginnya untuk disakiti.

.
[Tbc]
.

Youngjae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Youngjae

- X MIPA 2
- our second ML.

:

tenang aja. youngje gak jahat, kok. oh, ya! tandai kalo ada typo, oke?

Right Here +DoshinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang