Bab 6

12.1K 770 1
                                    

✧۝✧


Liviana kembali menyapa Liliana dengan sedikit berbasa-basi, ia masih saja merasa tak enak dengan kejadian tadi.

"Nyonya, bagaimana dengan masakannya?" tanya Liviana meminta pendapat dari seorang Nyonya Virenda akan cita rasa masakan yang disajikan.

Liliana tersenyum lembut, lalu ia berkata, "Ini sangat enak, aku sampai lupa jika saat ini berada di negeri orang."

Liviana sangat lega dengan pendapat Liliana, ia menjelaskan sedikit mengenai filosofi koki andalannya di restoran ini.

"Masakan ini memang dimasak secara khusus oleh ahlinya, pak Dandi dahulu adalah seorang pedagang kaki lima langgananku. Masakannya tidak ada yang gagal, lalu beberapa tahun terakhir beliau harus berhenti berjualan karena terkendala oleh pandemi dan dana, saat itu saya baru membuka Cafe, lalu saya kepikiran bagaimana jika membuka sebuah restoran yang menjual makanan khas Indonesia disini, saya menawarkan kerjasama dengan pak Dandi, dan setelah beliau menyetujuinya, akhirnya saya baru berani membuka restoran ini." jelasnya.

"Selain itu saya juga ingin mengenalkan pada orang-orang disini bahwa masakan Indonesia juga tidak kalah enaknya." lanjutnya menceritakan tujuannya membangun restoran Indonesia disini.

"Semoga restoran ini terus berkembang dan sukses, kalau aku boleh memberi saran, sebaiknya kamu juga memberikan deskripsi singkat tentang menu makanan yang dijual dibagian bawah foto di menu. Agar mereka juga lebih tahu dan mengenal masakan Indonesia, seperti apa saja bahan yang digunakan dan lain sebagainya." tutur Liliana memberikan sebuah saran untuk Liviana pertimbangkan kembali.

Liviana tersenyum, "Terimakasih Nyonya atas sarannya, saya akan memperbaiki lagi setelan menu di restoran ini sesuai saran anda." ujarnya dengan semangat.

Liliana senang mendengarnya, "Apa kamu juga membuka bisnis di Indonesia?" tanya Liliana kembali, siapa tahu ia bisa mampir ke restoran Liviana yang lain di Indonesia.

"Belum Nyonya, saya bahkan masih belum tahu apakah akan kembali tinggal di Indonesia atau tidak." ungkapnya dengan senyum tipisnya, ia masih belum siap melihat rangkaian masa lalunya yang sangat menyakitkan.

Mendengar hal itu, Liliana mengusap lembut bahu kanan Liviana, "Di Indonesia membuatmu terluka?" tanyanya dengan lembut.

Liviana tersenyum hangat pada Liliana, lalu ia menggelengkan kepalanya, "Tidak juga, hanya saja saya masih belum siap untuk datang kesana lagi."

"Maaf sudah menanyakan sesuatu yang menyinggung kamu." ujar Liliana merasa bersalah.

"Tidak apa-apa nyonya, anda tidak perlu meminta maaf." balas Liviana.

"Aku akan menjadikan restoran ini sebagai tujuan pertama jika aku berkunjung kesini lagi, terimakasih Livi sudah memperlakukan saya dengan baik disini." ujar Liliana pada Liviana.

"Bukan apa-apa Nyonya, seharusnya saya yang meminta maaf karena kelalaian pegawai saya tadi." kata Liviana dengan senyuman manisnya yang tak pernah lepas.

"Yasudah, suamiku sudah menghubungiku, aku harus segera pergi." pamit Liliana padanya.

Liviana mengantarkan Liliana keluar dari restoran, "Hati-hati Nyonya, saya akan sangat senang jika anda kembali lagi berkunjung disini." lontarnya pada Liliana sebelum pergi.

Liviana's True Journey Where stories live. Discover now