17. Noticing

465 48 3
                                    


Gavin merasa jadwalnya semakin padat akhir-akhir ini. Dia juga menyadari bahwa dirinya sedang dipersiapkan sedemikian rupa untuk naik tahta. Waktunya sudah tidak lama lagi. Tak akan terasa, dirinya sudah hendak menjadi pemimpin kerajaan, menggantikan ayahnya.

Gavin sudah mulai merasakan beban kerja ayahnya perlahan-lahan dipindah tangankan kepadanya. Yang mana sejujurnya, ia tidak merasa adanya masalah dengan hal tersebut.

Ia sibuk? Sudah biasa. Diemban tanggung jawab yang besar? Sudah menjadi makanannya sehari-hari sejak ia kecil. Namun ada satu yang menjadi masalah baginya.

Kali ini ia memiliki Nolan.

Naiknya jumlah pekerjaan sama artinya dengan berkurangnya waktunya dengan Nolan. Gavin semakin sulit mencari waktu luang untuk berduaan dengan kesayangannya itu.

Gavin tahu dirinya sedikit merindukan waktu mereka berdua, namun bagaimana dengan Nolan?

Gavin merasa dirinya bisa sedikit melupakan gundah hatinya dengan kesibukan yang ia miliki, namun Nolan tidak sama dengannya. Jadwal mereka berbeda. Nolan pasti merasakan kesepian jauh lebih berat daripada Gavin dengan hari-harinya yang hanya diisi dengan kelas dan pelajaran.

Gavin khawatir. Apakah Nolan bersedih? Apakah Nolan merindukannya? Atau lebih buruknya lagi, bagaimana jika Nolan berhenti menyukainya karena mereka semakin jarang bertemu?

Walau dalam waktu yang padat itu, Gavin masih selalu menyempatkan diri untuk berbicara dengan Nolan. Baik itu ketika waktu makan, atau setiap malam untuk sekedar mengantar Nolan kembali ke kamar.

Jika Gavin tidak merasa terlalu kelelahan, ia bahkan kerap menyempatkan diri untuk masuk ke kamar Nolan terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa rindu mereka, walau masih belum cukup bagi keduanya.

Dua insan itu tak ingin terpisah barang sedetikpun, kalau bisa ada yang melekatkan mereka berdua dengan lem paling kuat di sepenjuru kerajaan. Namun kenapa kenyataannya jauh berbeda? Kenapa realita malah memisahkan mereka?

Gavin hendak marah namun tak tahu harus marah kepada siapa.

Lalu ia baru menyadari, bagaimana dirinya yang dahulu menolak untuk mencari pasangan, ia yang ragu kalau seorang pasangan akan membantunya dalam urusan kerajaan, dan ia yang yakin bahwa seorang pasangan akan menghalanginya bekerja, membuatnya menjadi tidak fokus, sekarang sudah sepenuhnya berubah.

Dirinya yang sekarang telah menjadi semakin fokus agar membuat situasi kerja yang paling efektif, sehingga ia bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan bisa kembali ke pelukan Nolannya.

Bagaimana keadaan telah berputar. Ia rasa ia tidak akan bisa hidup tanpa Nolan.

Tidak jarang Gavin mencuri-curi pandang. Ketika ia melihat Nolan di taman, ia memperhatikan sekilas. Ketika ia hendak berpindah ke ruangan lain, terkadang sengaja ia lewatkan dirinya di depan kelas Nolan.

Walaupun hanya sepersekian detik. Selama Gavin bisa melihat Nolan, akan ia lakukan meskipun Nolan tidak menyadari keberadaannya.

Namun terkadang Gavin menjadi lebih sedih ketika melihat rasa lelah di wajah Nolan. Ketika ia tidak menemukan binar yang selalu ia tatap jika mata mereka bertemu. Kemana binar itu pergi?

Kesepian. Nolan sudah pasti kesepian.

Dan Gavin tidak dapat melakukan apa-apa terhadap hal itu.

Terkadang, Gavin menyesal telah membawa Nolan kesini. Ia merasa bersalah. Nolan jelas-jelas lebih bahagia ketika ia tinggal di rumahnya. Gavin ingin sekali meminta maaf, namun ia tahu pasti bahwa Nolan tidak akan suka dengan pemikirannya yang satu itu.

The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang