#5 TAKDIR

17 0 0
                                    

"Tuhan mengapa begitu sulit menghadapi semua cobaan-Mu?"
-Nirvana putri mulya

Happy reading
-----🌷-----

Pagi hari yang cerah, memperlihatkan sepasang kekasih yang sedang berjalan di taman kota, menyisahkan jejak yang terus mengikuti langkah mereka, dengan dedaunan dan burung merpati yang bertebaran di taman.


Nirvana kini berada di taman, duduk di bawah pohon rindang yang sejuk, menikmati angin yang membelai rambutnya, ia memangku buku pelajarannya yang penuh dengan coretan itu.

"Apa harus seperti ini dulu?, untuk mencari kebahagiaan saja sangat sulit bagiku, bagaimana cara mengakhirinya tuhan?". Nirvana bergumam pelan, sambil menundukkan kepalanya.

Sudah sangat lama Nirvana tenggelam dalam pikirannya, mempertanyakan nasibnya yang terus mengulang takdir yang begitu buruk, mencari jalan keluar yang tidak terlihat keberadaannya.

Nirvana menangis dalam diamnya,entah kenapa mengetahui bahwa Bara adalah lelaki yang meninggalkan wanita demi wanita lain,membuatnya sangat sakit,toh kenapa Bara harus berbohong padanya?.

Tak lama kemudian ada seorang anak kecil datang menghampiri Nirvana dengan boneka T-rex nya yang berukuran kecil, "aunty kenapa sedih?, cerita sama safaa yuk!", anak kecil itu memegang tangan Nirvana dengan penuh sayang, memberikan isyarat bahwa dia tidak sendiri, ada dia yang akan menemani-nya.

Nirvana menatap anak kecil yang bernama Sifa itu dengan mata teduhnya ia bertanya. "Kamu sama siapa di sini? Kenapa sendiri?", Nirvana bertanya sambil membantu anak itu duduk di kursi, Nirvana memperhatikan anak kecil itu sepertinya dia adalah anak orang kaya, di lihat dari sepatu dan baju yang di kenakan-nya adalah baju-baju branded.

"Sipa di sini sama mami aunty , tapi mami lagi ke toilet sebentar". Nirvana mengerti, mengapa anak sekecil ini berkeliaran sendiri, apalagi ini di tempat umum sudah pasti sangat berbahaya bagi anak seusia Sifa.

"Safa, di sini aja dulu sama aunty, tungguin mami kamu yah?", ucap Nirvana sambil membelai lembut rambut safa, anak itu begitu nyaman bersamanya dia tidak membantah, dia mengikuti apa yang di katakan Nirvana, duduk tenang menunggu ibunya kembali.

***

selang beberapa menit ibu Safa kembali dengan wajah paniknya, tampak ia seperti mencari seseorang. "Safaa, kamu di mana sayang!", Safa mendengar seseorang memanggilnya dari kejauhan, ia segera bergegas menyusul ibunya itu.

"Mami,mami, Safa di sebelah sini!", Rosalind prameswari, ibunda Safa, yang tadinya pamit untuk sekedar ke toilet, meninggalkan safa sendirian kini tengah bernafas lega, akhirnya ia menemukan Safa setelah tadi sibuk mencari anak itu.

"Sayang kamu dari mana aja?, maafkan mami ya sayang? Mami tadi tinggal ke toilet"

"Gapapa mami, safa tadi di temani sama aunty itu", jari telunjuk safa mengarah ke Nirvana yang masih memperhatikan Safa dan ibu nya berbincang.

Pandangan Rosalind mengikuti kemana jari safa menunjuk seseorang, ketika ia melihat Nirvana, ia seperti melihat gambaran seorang anak yang selama ini menghilang dari hidupnya, seorang anak yang sejak lama ia cari-cari entah kemana, kini terlihat jelas di hadapannya.

"ana..." Gumam Rosalind tanpa sadar.

Nirvana juga menatap ke arah Rosalind, dan ia juga merasakan hal yang sama seperti Rosalind, tatkala ia merasakan hatinya menghangat ketika melihat sosok seorang ibu di depannya, apakah Rosalind ini ibunya? Kenapa Rosalind tampak mirip dengan ibunya yang selama ini ia cari?

"Safa...ayo pulang, papah pasti udah nunggu kita di rumah".

"Iya mami, tapi safa mau pamit dulu sama aunty yang di sana itu". Seolah mengerti, Rosalind memberikan izin kepada safa untuk berpamitan kepada Nirvana karna ia akan segera pulang.

***

"Aunty, safa pulang dulu yah, jaga diri aunty baik-baik, dadah...".

"Iya safa, hati-hati yah, titip salam aunty sama mami safa okey?".

"Okey aunty". Safa berbalik seraya melambaikan tangannya lalu berjalan menghampiri sang-ibu.

Safa terlihat begitu antusias saat berbicara dengan ibu-Nya, itu membuat hati Nirvana menghangat, melihat keluarga kecil bahgia rasanya ia juga ikut bahagia, sesederhana itu kebahagiaan orang-orang, tapi kenapa aku berbeda. Nirvana membatin.

Nirvana kini berada di rumahnya, ia sudah pulang beberapa waktu yang lalu, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Nirvana berdiam diri di balkon kamarnya,banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berlalu-lalang di pikirannya, membuat ia sangat kesulitan untuk tidur.

Bagaimana jika semua orang tau kalau ia adalah perusak hubungan antara Bara dan Shella?. Bagaimana jika cemoohan buruk tentangnya membuat ia kembali menjadi korban bully?. Begitulah pemikiran Nirvana di tengah malam yang sunyi ini.

Tidak ada tempat bercerita selain kepada tuhan dan langit malam, ia ingin bercerita kepada rifki dan aca tapi mereka juga pasti sangat lelah setelah melewati ujian akhir semester.

"Tuhan mengapa begitu sulit menghadapi semua cobaan-Mu?". Nirvana bergumam sangat pelan, bahkan nyamukpun tak akan bisa mendengarnya.

Isakan terdengar dari bibir Nirvana, ia memeluk erat lututnya dan membenamkan wajahnya, bahunya bergetar hebat seolah-olah sedihnya kini terlah bersuara lewat tangisnya, begitu pilu isakannya, membuat siapapun akan ikut larut dalam kesedihan jika melihatnya.

"Ibu,ayah ana butuh kalian...kalian di mana?". Di sela-sela tangisnya Nirvana bergumam tanpa sadar, ia sangat merindukan belaian kedua orangtuanya,ia mencari ayah dan ibunya yang sudah lama tak ia jumpai, orang tua yang sangat ia cintai meninggalkannya begitu saja, hilang entah kemana, meninggalkan dirinya dengan luka dan kesedihan yang mendalam.

"Ana kangen ibu...tadi ana ketemu sama anak kecil namanya safa, bundanya mirip banget sama ibu, mungkin itu ibu?". Setelah mengatakan itu, Nirvana tertawa seakan-akan tawanya itu mengejek dirinya sendiri.

"Kenapa semua orang seakan-akan tidak berpihak sama ana?" Lanjut ana.

"Aku seburuk itu yah?,kehidupanku tidak seperti anak remaja pada umumnya, mereka di penuhi kebahagiaan, sedangkan aku?, bermimpi saja sudah sangat buruk apalagi jadi kenyataan, gk akan mungkin deh..", Nirvana menjeda ucapannya, ia masih terisak dalam pikirannya saat ini di dalam bentaknya hanyalah orangtua-Nya, tidak lagi tentang Bara ataupun Shella.

"Aku aja gk di beri kesempatan untuk bahagia, semuanya hilang, semuanya seakan-akan terhapus dalam takdirku, aku juga mau bahagia punya keluarga yang harmonis dan pasangan yang selalu mendukung setiap langkahku...tuhan,aku lelah,tolong beri aku bahagia..." Lanjut Nirvana.

***

Nirvana berjalan menyusuri koridor sekolah, perasaannya campur aduk, ia berharap tidak akan bertemu dengan seseorang yang membuatnya tidak bisa fokus akhir-akhir ini.

Baru saja Nirvana ingin mamasuki kelas, ia sudah mendengar perkataan buruk tentangnya, yah, benar saja berita tentang Nirvana yang menjadi pilihan kedua sudah menyebar begitu cepat.

Nirvana tidak memperdulikan omongan orang-orang itu, tujuannya sekarang adalah untuk belajar,lalu segera pulang ke rumah.

Pelajaran sudah selesai, jam pelajaran hampir selesai 7 menit lagi bel pulang akan berbunyi nyaring, seseorang menghampiri Nirvana dari arah pintu masuk, "Pulang sekolah tunggu gw di parkiran."

-----🌷-----

Sebulan baru up wkwk happy reading yah😋🫵.

Nirvana (pembebasan)Where stories live. Discover now