Humaira yang didalam mobil bersama Aqila, mereka berdua sedang bergosip ria tentang dosen cabul di jurusan lain tempat kuliah mereka, tiba-tiba humairah bersin.
"Ada yang ngomongin gua nih kayak nya" celetuk Humairah.
"Palingan papah lu" jawab Aqil sambil menyetir mobil.
"Btw, lu sama sangkara gimana?" Tanya Aqila tanpa mengalihkan pandangannya.
"Udah putus" Jawab Humairah yang membuat Aqila sontak mengerem dadakan.
"Anj-Gilanya lu ya!" ucap Humairah sambil mengeplak jidat Aqila, yang membuat di empu meringis.
"Serius? Lu putus? DEMI APA?"
"IYA ANJING GUA PUTUS SIANG TADI"
"KOK BISA?"
Humaira menghela nafas, "bisa lah, Kuasa Pak Hasan dan Bu Gina tercintah" jawab nya dengan jengah.
"Lagian udah tau beda agama malah pacaran"
"Yeh anjing! Kalau bisa juga ga mau, ya namanya juga perasaan ga bisa di pilih!"
"Iya sih, padahal ada Kenzo yang seagama."
"Seagama tapi iman lemah"
"Iman bisa di tingkatin, dari pada beda agama percuma rajin ibadan plus iman kuat kalau ga bisa bersama buat apa?"
"Anjing skatmat"
Aqila tertawa ngakak, "lagian ada-ada aja lu."
Humairah berdecak kesal, "Gua sayang Sangkara, qil..." Aqila yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas.
"Lu berdua beda agama, kalaupun bersatu.Salah satu dari kalian harus ngalah buat pindah agama, lu tau sendiri risiko nya" Jawab Aqila yang membuat Humairah menghela nafas, sedih? Tentu.
"Dia rajin ibadah, sering ke gereja, iman nya kuat, agamanya bagus, pengetahuan agamanya bagus.Sayang aja ga seagama"
"Itu lu tau, denger ya Humairah Az-zahra.Cinta ga selamanya indah, dan ga selamanya harus saling memiliki."
"Hmmmm, definisi saling cinta tapi tidak bisa bersama."
🍁🍁🍁
"Angkara, Ayo cepat!" Teriak Marchelina dari lantai 1, ruang tamu.
Sangkara yang mendengar suara ibunya itu langsung bergegas menutup resleting koper-koper nya berjumlah 2 besar dan 2 ransel berisi keperluan kuliah dan sebagainya, "iya sebentar, Angkara lagi nutup ransel dulu!"
"oke!" Jawab Marcelina.
Sangkara segera turun dengan membawa koper dan ranselnya, dia dibantu oleh ART rumah nya.Dia menyusun koper dan 1 ransel nya di bagasi mobil, dan satu ranselnya lagi dia bawa duduk di kursi penumpang.
"Makasih, bi." Ucap Sangkara kepada ART rumah nya itu.
"Sama-sama, Den." Jawab ART ya itu, den/ Aden adalah panggilan sangkara dari ART nya.
"Ada yang ketinggalan, ga?" Tanya Marchelina, ke Sangkara.
"Enggak ada, Bu"
Ayah nya Sangkara, Adion Marchelino.Masuk kedalam mobil, duduk di kursi pengemudi.
"Kamu sama Humairah-humairah itu gimana sekarang?" Tanya Adion sambil memakain Seatbelt nya.
"Udah putus, tadi siang." Jawab Sangkara to the points.
"Hmm, bagus.Kamu seharusnya cari yang seagama, dan ayah juga ga suka sama mantan kamu ini.Dia Muslim tapi ga pakai pakaian yang di tentukan agamanya, mending pindah agama aja kalau gitu."
"Ayah! Bisa ga usah komentari Humairah terus-terusan ga? Itu urusan dia mau berpakaian gimana, lagian aku sama Humairah udah putus!"
"Ck, mending kamu ayah jodohin sama anak clien ayah."
Marchelina berdehem, "Ayah, jangan dulu." Ucap Marchelina yang sepertinya masih ada sesuatu yang perlu di pertimbangkan.
Sedangkan Sangkara menghela nafas lelah, dia memejamkan matanya.Memilih untuk tidur selama perjalanan, bukan selama-lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Pak Dosen
Teen Fiction"Ihh cantik nya anak bunda." ucap perempuan yang umurnya sekitar 40 tahunan itu, saat melihat anak gadis nya satu-satunya yang akan menikah hari ini. "Sebentar lagi kamu jadi istri orang, patuhi suami kamu" ucap perempuan itu menasihati putrinya. "I...