Mereka berdua, Aditya dan Elvano duduk dikursi meja akad nikah dengan Elvano yang berhadapan dengan ayah Humairah, Hasan.
Zubair yang memastikan Aditya dan Elvano sudah duduk di tempat nya , melanjutkan bicaranya. "Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda, يا مَعْشرَ الشّبابِ مَنِ اسْتطاعَ مِنكُم البأةَ فليتزوّج في روايةٍ مَن كانَ ذا طولٍ فَليْتزوّجْ مَنِ اسْتطاعَ البأة فلْيتزوّجْ فانّهُ أَغضُّ للبَصَرِ وأحصنُ للفرجِ ومَنْ لم يَسْتطِعْ فعليه بالصّومِ فانّه لهُ وجاء أي قاطِعُ للشّهَوةِ.Yang artinya, Wahai pemuda, barang siapa yang mampu menikah di antara kalian maka nikahlah. Dalam riwayat lain, barang siapa yang mampu memikul beban keluarga maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah mampu menahan pandangan dan menjaga kehormatan, dan barang siapa yang tidak sanggup menikah maka puasalah, karena puasa merupakan perisai yang dapat meredam syahwat."
Zubair menghabiskan nafas, "Dengan ini, akad nikah dilaksanakan."
Elvano menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri nya dan meyakinkan hatinya yang sempat goyah.
"Nak, mau pakai bahasa Indonesia atau arab?" Ucap penghulu.
Elvano tampak berpikir, "Saya bisa dua-duanya."
Hasan tertawa pelan, "kalau gitu pakai bahasa arab aja, biar Humairah ga tau kalau dia sah jadi istri orang."
Elvano hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis, mereka berdua, Hasan dan Elvano seling berjabat tangan.
Hasan mengambil nafas sedikit, "Ankahtuka wazawwajtuka mahtubataka Humairah Laillatul Az-zahra binti Hasan Al-Baihaqi 'alal mahril uang lima ratus juta, satu unit rumah dan satu unit mobil Hallan."
"Qabiltu nikaha wa tazwijaha bil mahril al madzkuri halan." Jawab Elvano dengan tegas, lantang, dan tanpa ragu.
"SAH!!" ucap para saksi yang menyaksikan, dan paling terdengar adalah suara Zubair yang teriak sah dengan kencang. Dan dilanjutkan membaca surat Alfatihah sebagai bentuk syukur karena diperlancar.
Sedangkan diruang tunggu aula, Humairah tengah tertidur di sofa.Dia tidak menyadari dia telah menjadi milik seorang pria yang menjadi dosen nya, dosen yang membuat dirinya naik darah dengan tugas-tugas.
Aqila berdecak kesal, dia mengguncang sedikit Humairah. "Humaira bangun!"
Ingat Aqila? Teman Humairah yang menjemput Humairah ketempat balapan, dia menjadi pendamping Humairah karna Aqila itu saudara jauh Humairah, Humairah pun baru tau dari ibunya yang bercerita h-2 pernikahan nya.
"Apaan sih?! Gua ngantuk, qil!" Jawab Humairah dengan kesal, walaupun gitu dia tetap bangun.
Hingga terdengar suara Zubair yang memandu acara melalui sound yang ada di ruang tunggu tersebut.
"Alhamdulillah, dengan ini Elvano Al-Ghaisan dan Humairah Lailatul Az-Zahra sah secara hukum dan agama sebagai sepasang suami istri." Ucap Zubair dengan nada bahagia.
"Untuk mempelai perempuan dipersilahkan masuk."
Mata Humairah membelalak kaget, "LAH GUA UDAH JADI ISTRI ORANG?!"
Aqila menutup telinga, "berisik! Ayo cepat!"
"Tapi gua laper, qil." Celetuk Humairah yang membuat Aqila menghela nafas kesal.
"Lu habis makan mie goreng Nyonya Al-Ghaisan! Ayo Cepatan, udah pada nungguin."
"Iya-iya!"
Aqila menjaga jarak sedikit dengan Humairah saat berjalan agar tidak menginjak gaunnya.
YOU ARE READING
Dear Pak Dosen
Teen Fiction"Ihh cantik nya anak bunda." ucap perempuan yang umurnya sekitar 40 tahunan itu, saat melihat anak gadis nya satu-satunya yang akan menikah hari ini. "Sebentar lagi kamu jadi istri orang, patuhi suami kamu" ucap perempuan itu menasihati putrinya. "I...