Bayarin Mie Yamin

246 4 1
                                    

"Kamu bodoh di mata saya, sekarang duduk." Ucap nya dengan tegas, Humairah hanya bisa menggerutu didalam hati dan duduk di kursinya yang berada di belakang kelas.

"Hunairah, pindah kedepan." Ucap Elvano sambil memperhatikan Humairah.

"HA?!"

"Saya yakin kamu tidak tuli, tukeran dengan Jasmine."

"Anjir nih dosen, ngeselin banget sumpah!" Gerutunya dalam hati.

Mau ga mau Humairah dan Jasmine tukeran tempat duduk, Humairah yang duduk dikursi depan meja dosen dan Jasmine dikursi belakang.

"Buka buku biologi bab Anatomi Dan Histologi Hewan." Ucap Elvano sambil membuka ppt di laptop nya yang di tampilkan di papan tulis melalui proyektor.

Kelas berlanjut dengan penjelasan materi dan tugas Elvano, juga ada sesi tanya jawab yang Elvano kasih.Tidak hanya itu, Elvano juga memberi kesempatan untuk mengulang tugas jika nilai nya masuh B-.

Minus nya, Elvano yang selalu menatap dalam-dalam mata para mahasiswa/i.Terkecuali Humairah, tatapan elvano akan berubah tajam, karna Humairah duluan yang memelototi Elvano.

Tidak terasa jam pelajaran Elvano sudah selesai, sudah jam 9 juga.

"Ra, kantin ga?" Ucap Novi, teman yang duduk di samping kanan nya.

Humairah merapikan buku, "ayo, gua mau beli mie yamin." Jawab nya sambil memasukkan kedalam tas tote bag.

"Tumben Sangkara ga nyamperin lu" Ucap novi sambil menggendol tas tote bag nya.

Humairah tersenyum tipis, "Gua udah putus, Sangkara juga pindah." Jawab nya dengan lesu.

Elvano yang masih dimeja dosen itu, merapikan barang bawaannya.Bisa mendengar percakapan kedua mahasiswi itu, dia hanya diam.

"Sayang banget, padahal lu berdua saling sayang gitu."

"Ga ada restu dari dua keluarga, mau gimana lagi? Dia ga mungkin pindah agama, dan gua juga ga mungkin."

"Yaudah yuk kekantin"

Keduanya berjalan keluar kelas, bersamaan dengan mahasiswa/i lainnya.Humairah dan Novi memilih menggunakan tangga, itung-itung membakar kalori sebelum makan.

Sesampai nya di kantin, mereka berdua langsung membeli makan.Novi membeli bakso malang, dan Humairah membelu mie yamin.

Karna mengantri Humairah harus menunggu, dan sekarang giliran nya."Pakde, Mie yamin nya 1.Sambel nya banyakin ya, kaya biasa." Ucap Humairah dengan cengiran nya.

"Siap neng!" Pakde penjual mie Yamin itu langsung membuat kan pesan Humairah, hanya butuh 7 menit, karna hanya tinggal merebus mie nya sebentar.

"Ini, neng." Pakde meletakkan mangkuk mie yamin di atas meja tunggu.

"12 ribu kan ya, sebentar pakde."

"Iya, neng."

Humairah merogoh tas tote bag nya, dia mengeluarkan dompetnya.hanya ada 5 ribu.

"Perasaan gua udah masukin duit ke dompet deh tadi.Aduhh, mana ga bisa bayar pake Qris lagi." Ucap nya dalam hati.

"Ekhem." Mendengar deheman dibelakang nya dia langsung menoleh kebelakang, Elvano.

"Sabar, pak.Saya tau bapak laper, tapi sabar dulu." Ucap nya dengan muka masam.

Novi sudah membeli bakso malangnya, jadi dia menghampiri Humairah.

"Eh- ada apa nich?" Ucap Novi saat melihat wajah masam Humairah dan wajah datar Elvano.

Humairah menoleh ke Novi, "Vi, bayarin mie yamin gua dulu dong.Lupa masukin duit." Ucap nya dengan tampang yang melas.

"Ga bawa cash."Jawab Novi dengan cengiran

"Bawa aja." Ucap Elvano yang tiba-tiba.

Humairah menoleh ke Elvano, "Apa nya yang dibawa, pak? Kalau ngomong jangan setengah-setengah!" Jawab Humairah dengan kesal.

Elvano menghela nafas, "Mie kamu, saya yang bayar."

"Ga-"

"Saya ga nerima penolakan."

"Saya-"

"Atau kamu mau saya beritahu ayah mu kalau kamu makan mie dengan sambal sebanyak itu?" Jawaban Elvano membuat Humairah menelan ludahnya secara refleks.

"Yaudahhhh, makasih."

"Hm."

Setelah itu Humairah pergi ke meja kantin dengan membawa mie yamin nya itu bersama Novi.

"Pakde, Yamin satu." Pesan Elvano sambil mengeluarkan dompetnya.

"Oke, pak!" Pakde itu mebuatkan yamin pesanan Alvaro dengan cepat.

Lalu pakde meletakan mie yamin di meja pesan, "Ini, pak."

Elvano langsung menyerah uang 25 ribu, "seribu nya ambil aja." Ucapnya sambil mengambil mangkuk mie yamin nya dan membawanya ke tempat duduk di kantin, di pojok.

Dear Pak DosenWhere stories live. Discover now