Bab 24

12.6K 560 13
                                    

***

Jason patut bernapas lega karena tak terjadi hal serius pada sang istri. Helena mengalami kram perut akibat aktivitas seksual yang terlalu intens.

Penjelasan dr. Sonya barusan tentu saja membuat Helena tersipu malu. Raut wajah Jason yang semula mengeras kini tampak melunak dan tak setegang tadi.

Lagipula Jason tak bisa marah, ia mungkin kesal, tapi ia tidak boleh sampai marah kepada Helena. Jason harus segera minta maaf pada Helena nanti setelah dr. Sonya selesai memeriksa.

"Berhubungan masih boleh, tapi kurangi intensitasnya ya! Papanya nggak boleh sering-sering minta dulu, ditahan-tahan ya pa!" Tutur dr. Sonya pada Jason.

"Iya dokter, tapi... tentu masih boleh melakukannya kan?" Jason memberanikan diri untuk menanyakan hal itu demi Helena, Jason yakin jika istrinya itu pasti akan sulit untuk mengatasi hormonnya.

"Boleh kok boleh, tapi kalau bisa dikurangi jangan tiap hari, apalagi sampai beronde-ronde."

"Baik dokter. Jadi... Apa harus dirawat?"

"Sebaiknya dirawat aja, meskipun kondisinya nggak serius tapi kita lihat aja sampai besok, kalau besok udah bener-bener mendingan dan nggak sakit lagi baru boleh pulang." Jelas dr. Sonya.

"Iya dokter."

"Kalau gitu saya permisi dulu ya! Sampai jumpa besok!" Pamit dr. Sonya.

"Terimakasih banyak dokter!"

Setelah kepergian dr. Sonya, Helena pun segera dipindahkan ke ruang perawatan, keduanya masih tampak bungkam. Helena berharap Jason mau mengatakan sesuatu, tapi sejak tadi suaminya itu masih saja diam tak mau bicara.

"Jas, kamu marah?" Tanya Helena memberanikan diri.

"Tidak nona." Jason menggeleng pelan. "Saya tidak berhak marah. Maafkan atas perkataan saya tadi, saya terlalu terbawa emosi." Ungkap Jason pada sang istri.

Melihat itu membuat sebagian hati Helena sakit, bagaimana tidak, meskipun sudah jadi suaminya, tapi Jason masih begitu formal dan bersikap seperti seorang pelayan.

Meskipun penyatuan itu sudah sering mereka berdua lakukan, namun tetap saja, seperti masih ada benteng yang menjulang tinggi diantara mereka berdua.

"Nggak apa-apa kok Jas kalau kamu mau marah, marah aja. Nggak perlu ditahan-tahan." Tutur Helena dengan mata berkaca-kaca.

"Untuk apa lagi saya harus marah? Melihat kondisi nona dan anak kita baik-baik saja sudah begitu melegakan, jadi tidak perlu ada hal yang membuat saya marah. Sekarang yang terpenting nona harus mendengarkan nasehat dokter." Papar Jason pada Helena. "Jeremy mungkin cemas, saya akan meneleponnya dulu. Saya juga akan menghubungi tuan A-"

"Nggak perlu Jas, kamu nggak usah hubungi dan kasih tau kak Adam. Lagipula aku udah baik-baik aja, aku nggak mau bikin dia heboh. Aku nggak suka, sekarang aku udah punya rumah tangga sendiri, aku mau cuma hanya kita berdua aja yang tau." Sahut Helena.

"Baiklah jika itu mau nona. Saya akan telepon Jeremy dulu."

"Hm." Angguk Helena mengiyakan.

Jason pun segera menghubungi sang putra, sedangkan Helena kini tampak terdiam sembari menatap langit-langit kamar.

Ia lantas membelai perutnya dengan lembut, merasa bersalah karena sempat menyakiti calon buah hatinya. Padahal Jason sendiri sudah memberikan peringatan, tapi Helena malah menuntut lebih dan tak mau mendengarkan sang suami.

"Gimana sama Jery?" Tanya Helena pada Jason yang baru saja menelepon sang putra.

"Saya sudah memberitahunya, hanya Jery yang tau." Jason lalu duduk di kursi yang terdapat disebelah ranjang Helena.

Married The Hot Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang