24. Tapi Semoga Aja Iya

1.2K 213 9
                                    

2 bulan kemudian...

hubungan pernikahan mereka berjalan dengan baik meskipun berawal dari perjodohan, semuanya berjalan sesuai rencana.

Ashel tengah belajar mempersiapkan dirinya untuk masuk ke universitas yang di inginkannya, dan memilih fakultas kedokteran.

masalah - masalah rumah tangga pada umumnya sering terjadi, tapi tidak membuat mereka berpisah begitu saja.

diluar terdengar rintik hujan, Adel yang tengah libur bekerja pun memilih memanfaatkan akhir pekannya di rumah.

Adel baru selesai mandi, dengan rambut yang masih basah dan handuk yang tergantung di lehernya Adel meminum secangkir kopi hangat yang ada di atas meja tanpa mengetahui siapa pemilik kopi itu(?)

Ashel yang baru keluar dari kamar mandi melihat kopi miliknya di minum oleh Adel, dan hanya tersisa setengah hanya mematung dan menunggu Adel meminta maaf atas perbuatannya

Adel seorang yang jauh dari kata "humoris" juga kaku hanya melirik ke arah Ashel tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"kopinya enak Shel, udah aku minum setengah kamu bikin baru lagi aja yang ini buat aku" ucap Adel santai.

kayanya kalo orang bisa liat kepala Ashel sekarang keliatan tuh asep asep di atas kepalanya Ashel.

karena lagi gak mood, di tambah kelakuan Adel yang seenak jidat itu makin makin lah itu emosi Ashel.

"BUATIN BARU NGGA?! AKU GAMAU BIKIN LAGI" misuh Ashel.

"perkara kopi aja kamu marah segininya, lagi dapet ya shel?" jawab Adel.

"dapet apanya? udah telat seminggu aku" jelas Ashel.

Ashel gak sadar atas kata katanya itu, sementara Adel ia mngernyit heran sambil mencerna perkataan Ashel

"jangan kemana - mana, tunggu disini duduk. aku keluar sebentar" ucap Adel yang tiba tiba grasak grusuk nyari kunci mobil.

"MAU KEMANA? DI LUAR HUJAN!" teriak Ashel.

"MAU BELI BARANG BENTARR KE MINIMARKET" balas Adel berteriak.

Ashel dengan tangan yang terlipat menatap Adel heran, barang sepenting apa yang bikin dia harus keluar saat ini juga? di tengah hujan begini?

ashel pergi ke dapur dengan perasaan yang masih kesal dan membuat kopi lagi buat dia sendiri sembari menunggu Adel datang.

15 menit kemudian...

Ashel duduk di Sofa, menyeruput kopi yang ia buat, Ashel sedikit khawatir karena sampe sekarang Adel belum pulang juga.

"dia kemana si, mana lama banget baliknya gajelas kemana perginya ga ngomong bikin khawatir aja" monolognya.

tak lama terdengar suara pintu terbuka disertai langkah kaki, Ashel pun menghela nafas lega karena Adel sudah pulang.

Ashel melihat Adel agak basah karena kehujanan, lalu ia menghampiri Adel.

"ini buat kamu, cara pakenya ada di bungkusnya kayanya." ucap Adel memberikan kantong kresek putih

Ashel menarik tangan adel

"UJAN - UJANAN KAMU YA?!" omelnya

"aku lupa bawa payung, jadi pas turun dari mobil ke minimarket terpaksa ujan - ujanan" jelas Adel.

Ashel menghela nafas dan mengambil handuk untuk mengeringkan rambut Adel yang sedikit basah.

Adel tersenyum tipis karena perlakuan Ashel

"kamu beli apa si? penting banget sampe rela ujan - ujanan gini" heran Ashel

"aku kira kamu tau aku beli apa" ucap Adel

"itu tadi katanya kamu udah telat seminggu, jadi ya aku beliin kamu tespek" lanjutnya

Ashel berhenti mengeringkan rambut Adel

"hah? emangnya aku hamil?" tanya Ashel

"yaa ngga tau" jawab Adel

"tapi semoga aja iyaa" lanjutnya

Ashel tersentak.

"loh bukannya kamu sendiri yang bilang, aku ga bakal hamil sebelum umur aku cukup? aku baru ulang tahun ke-19 kemarin Rava!" kesal ashel

"yaaa..."

"kamu rutin ngga minum pil KB nya? kan aku udah bilang harus rutin diminumnya kalo kamu gak mau hamil sekarang" jelas Adel

"ahh kamu sih keluarin didalem" kesal Ashel

"lahh aku kan.." ucap Adel terpotong

"aku apa! udah diem" ucap Ashel lalu mengambil kresek putih yang di bawa Adel tadi

"awas aja kalo aku beneran hamil" lanjutnya lalu pergi ke kamar mandi.

"ya kenapa kalo dia hamil? orang gue suaminya, gue yang ngamilin aneh banget" monolog Adel sambil menatap Ashel yang sudah menjauh.

tbc..
jangan lupa vote

My Husband Is A DoctorWhere stories live. Discover now