SEPULUH

66 14 0
                                    

PERHATIAN!!!
Sebelumnya saya selaku penulis cerita ini memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan dalam penulisan, kesamaan nama tokoh,tempat dan latar. Semua itu diluar kesengajaan saya.
Perlu digaris bawahi,cerita ini hanya karangan yang bersifat fiktif belaka jadi jangan menganggap terlalu serius cerita ini.
Follow akun penulis sebagai bentuk penghargaan karya ini.
Tinggalkan jejak dengan spam komen dan vote kalian.
Terima kasih dan selamat membaca.
Tertanda Penulis : Nurul Syifa

***

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Bahkan sebelum kau memintanya
Kupastikan bahwa kau akan abadi dalam lukisanku."
-Aksara & Hujan-

***

Arana mendengus sebal sembari memandangi halaman buku tulisnya yang kini sudah bercampur dengan tulisan dirinya dan Aksara.

Gadis dengan kedua netra berwarna hazel itu melirik sinis Aksara di sampingnya yang balas menatapnya tajam. Kemudian, tanpa merasa takut atau malu sedikitpun, gadis itu berseru sebal pada Aksara.

"Kok jawaban Ara salah lagi sihh???!!" teriaknya sebal sembari menatap tajam Aksara.

"Harusnya gue yang nanya. Kok jawaban elu salah mulu." sahut Aksara.

"Tapi masa semuanya salah sih, Kak? Ara jawabnya kan udah pakai mata hati, mata batin, dan mata-mata lho ini." ujar Arana tak terima dengan hasil koreksi Aksara.

"Lu nyalahin gue?" tanya Aksara sembari menatap tajam Arana.

"B-bukan gitu, maksud Ara-"

"Kalau lu nggak percaya sama gue lu bisa tanya sama Guru fisika lu besok." ucap Aksara sembari bersedekap dada.

Arana terdiam. Wajah ceria gadis itu berubah murung. Aksara yang melihat itu menghela napas gusar. Entah kenapa ia merasa tak suka melihat Arana yang diam-diam murung seperti ini. Aksara kemudian meraih pulpen milik Arana dan membuka halaman baru di buku tulis milik gadis itu.

"Gue bakal jelasin sekali lagi. Perhatiin bener-bener." ucap Aksara membuat kedua binar di mata Arana timbul.

Arana mengangguk semangat,"Ara janji kali ini Ara bakal merhatiin penjelasan kakak dengan serius!" serunya.

Melihat tingkah Arana, Aksara mati-matian menahan senyumnya. Di detik berikutnya, Aksara kembali menjelaskan beberapa soal fisika pada Arana yang kini menatap halaman buku tulisnya itu dengan seksama.

***

Arana memandang wajah Aksara cemas. Gadis itu memainkan jari-jemarinya pertanda gugup dan takut akan hasil dari jawabannya kali ini.

"Nah," ujar Aksara sembari menyodorkan buku tulis Arana pada gadis itu.

"G-gimana hasilnya, Kak?" tanya gadis itu takut.

"Lihat aja sendiri." jawab Aksara cuek sembari meneguk kopi pesanannya.

Arana terdiam sejenak sembari memandangi buku tulisnya itu. Dengan perlahan, gadis itu kembali membuka halaman pada buku tulisnya yang baru saja dikoreksi Aksara. Kedua netranya berbinar begitu melihatnya. Gadis manis itu kemudian berseru heboh melihat nilainya itu.

Aksara & Hujan (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang