2

3.2K 474 51
                                    

Salah satu pintu bilik toilet terbuka menampilkan Jaemin keluar dari sana. Dia berdiri di depan wastafel untuk membasuh tangannya, sebelum pergi, dia memandangi penampilannya lagi lalu menekan pipi gembilnya dengan telunjuk membuatnya tampak gemas.

Tak lupa dia mengerucutkan bibirnya, seolah mencium sesuatu untuk memastikan liptintnya tak pudar, dia pun merogoh liptint di saku blazernya dan memoles bibirnya setelahnya dia tersenyum puas dan melangkah keluar dari toilet.

Begitu pintu terbuka, alangkah terkejutnya dia saat melihat Jeno berdiri hendak masuk, Jaemin yang terperanjat, sontak melangkah mundur dan Jeno dengan cepat menahan pinggang Jaemin sebelum pria itu jatuh karena kaget.

Jelas saja hal itu membuat Jaemin membulatkan matanya.

Dia pandangi Jeno di atasnya yang tersenyum membuat jantungnya berdebar tak karuan dan dunia seolah berhenti bak adegan dalam drama. Posisi ini juga membuat dia bisa melihat lagi bagaimana tampannya Jeno, setiap inci wajah pria itu, benar-benar mampu membuat Jaemin terpaku dan jatuh cinta lagi.

Bahkan wajahnya memerah saat netranya bertemu dengan Jeno.

Sementara sang Presdir langsung menarik pinggang Jaemin agar menegak kemudian melepaskan tangannya dari pinggang ramping pria itu. Tak lupa bibirnya melempar senyum membuat wajahnya kian tampan.

Entah bagaimana lagi Jaemin mengutarakan kecintaannya pada pria itu.

“Maaf, kau pasti terkejut.” Ujar Jeno pada Jaemin yang masih terpaku mengagumi Jeno.

“A-ah itu, tidak Presdir. Aku yang minta maaf. Anda juga pasti terkejut.” Jawab Jaemin kelabakan.

Sang Presdir tak merespon, dia langsung berlalu masuk pada salah satu bilik toilet membuat Jaemin menghela nafas lalu melangkah pergi dari sana. Tak lupa sepanjang jalan Jaemin merapikan rambut dan seragamnya dengan senyum bak orang jatuh cinta.

“Aku tidak tahu jika dia datang hari ini.” Gumamnya tersipu malu.

Untung saja dia sempat memoles liptint di bibirnya tadi. Setidaknya, Jeno tak boleh melihat penampilannya yang kacau. Dia ingin selalu tampil menarik agar bisa memikat hati bosnya itu.

Langkah kaki Jaemin terhenti saat melihat tiga rekannya berkumpul di sebuah sofa tamu, dengan beragam hidangan di atas meja.

“Jaemin-ah, kesini.” Panggil Seungmin, dia beranjak dan langsung menarik Jaemin untuk duduk di sebelah Ryujin.

Sementara Jaemin masih terbingung-bingung. Seingatnya tadi saat dia pamit untuk ke toilet, belum ada apa-apa. Lalu dari mana semua makanan ini?

“Ini apa?” Tanya Jaemin bingung.

“Ah, kau belum tahu ya, penjualan kita bulan ini meningkat. Jadi Presdir memberi kita makanan. Presdir selalu melakukan ini setiap kali penjualan kita meningkat. Ayo nikmati, nikmati.” Jelas Lia.

Jaemin hanya tersenyum canggung lalu mengambil satu garlic bread dan menyantapnya.

Mereka tampak menikmati dengan tawa gembira hingga Jeno kembali dari toilet dan bergabung dengan mereka.

Jantung Jaemin berpacu cepat saat Jeno duduk di sampingnya. Dia beberapa kali melirik ke arah Jeno, dan entah mengapa wajahnya memerah dan semalu ini duduk di samping pria pujaan hatinya. Rasanya seperti dia takut bertingkah aneh yang membuat Jeno tak tertarik padanya.

Bahkan Jaemin mulai makan dengan malu-malu.

“Bagaimana? Kalian suka?” Tanya Jeno pada karyawannya.

“Tentu saja Presdir.” Jawab mereka hampir bersamaan kecuali Jaemin yang seperti malu-malu dan sungkan.

“Penjualan berikutnya, harus lebih meningkat. Ayo makan belut bakar jika penjualan meningkat.” Ajak Jeno.

The War of The Married [NOMIN]Where stories live. Discover now