5 🔞

6.5K 551 128
                                    

Ting!
Jaemin tersentak saat pintu lift terbuka, dia keluar dari lift dan menatap koridor yang terasa sepi dan dingin. Dengan sekujur tubuh yang gemetar gugup, dia melangkah menuju sisi kanan, matanya tak lepas menatapi setiap pintu di sepanjang koridor, mencari nomor kamar tempat ia dan Jeno janji bertemu.

Langkahnya terhenti di depan kamar 212 seperti dalam pesan Jeno.

Kedua tangannya di bawah sana mengepal, sejak tadi pikirannya seperti benang kusut, dia tak henti bertanya sendiri tentang tujuan Jeno mengajaknya bertemu.

Mau membahas kejadian di toilet, atau mau memarahinya karena menganggap dirinya lancang, atau apa?

Dan hanya pusing yang dia dapatkan sebagai jawaban.

Setelah menenangkan diri dan memantapkan hati, dia menarik nafas dalam lalu tangan kanannya terangkat dan mengetuk pintu.

Sementara si pengundangan, tampak santai, berdiri di depan dinding kaca memegang segelas anggur merah, dia menatap bangunan pencakar langit di depannya, dan gemerlap kota Seoul di bawah.

Bibirnya mengulum seringai saat mendengar suara ketukan pintu, dia teguk anggurnya sekali lagi lalu meletakkan benda berbahan kaca itu ke atas meja, kemudian membuka pintu untuk menyambut tamunya.

Jantung Jaemin berdebar tidak karuan saat daun pintu berwarna coklat itu perlahan terbuka.

Keberaniannya di toko yang dengan jelas menatap sang bos pudar, dia menciut bak anak kucing yang ketahuan mencuri ikan. Bahkan rasanya dia ingin pulang saja saat melihat Jeno berdiri di ambang pintu.

Wajahnya pucat dan tegang, dia juga tak henti mengatur nafasnya yang memburu agar lebih stabil. Sementara di depannya, Jeno menatap tanpa ekspresi membuat Jaemin kian takut.

“Masuklah!”

Jaemin mengulum senyum kikuk dan melangkah masuk, sementara Jeno menutup pintu, dia berakhir mengekori Jeno dan melihat sudah ada jamuan makan malam di meja dekat ranjang.

Dia di perintahkan untuk duduk lalu Jeno menyusul di depannya.

“Ada apa Presdir ingin menemuiku?” Tanya Jaemin.

Yang di tanya tak menjawab, justru mengambil botol anggur dan menuang ke gelas di depan Jaemin, setelah mengisi miliknya, dia mengangkat gelas itu, meminta Jaemin untuk bersulang dan dia menurutinya.

Jeno mengulum seringai melihat bagaimana cara pria itu meneguk anggur.

“Kau pasti tahu mengapa aku mengajakmu bertemu, pembicaraan kita di toilet tempo hari, belum selesai.” Ujarnya dengan nada rendah.

Berarti dugaannya benar, Jeno masih menyimpan rasa penasaran itu.

Maka, Jaemin harus maju, karena dia sudah di tahap ini. Dia yang memulai semuanya, dari dengan sengaja menggoda Jeno, bahkan berhenti hanya akan membuat usahanya sia-sia.

“Jadi, benar kau menyukaiku?” Tanya Jeno membuat Jaemin mengulum senyum tipis.

“Apakah, menyukai seseorang merupakan sebuah kesalahan, Presdir?” Tanya Jaemin membuat kedua alis Jeno naik.

“Sejak kapan kau menyukaiku?” bukannya menjawab pertanyaan Jaemin, ia justru balik melempar tanya.

“Hari pertama bekerja.” Jawab Jaemin santai membuat Jeno tertawa kecil.

“Jadi dengan begitu kau sengaja menatapku setiap kali aku datang?” Tanya Jeno.

“Aku terpesona dengan Anda, itu sebabnya aku menatap Anda. Bukan bermaksud menggoda. Sama seperti orang lain yang jatuh cinta, dia hanya ingin menatap orang itu, benar kan?” Tanya Jaemin membuat Jeno mengulum senyum simpul.

The War of The Married [NOMIN]Where stories live. Discover now