𝓓𝓾𝓪: 𝓑𝓮𝓻𝓶𝓾𝓵𝓪 𝓭𝓲 𝓨𝓸𝓰𝔂𝓪𝓴𝓪𝓻𝓽𝓪

348 57 46
                                    

•Mei, MMXXIV•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Mei, MMXXIV•

Happy Reading, Dulur-Dulur.

With Love,

Harumi

◇사랑하다◇


"Nomor handphone aku, Mas?" Gayatri mengajukan tanya memastikan bahwa indra pendengarnya tak salah tangkap.

"Betul, Gayatri. Boleh?"

"B-bol-leh, kok. Boleh. Bentar ya, Mas."

Gayatri meraih gawai dari dalam tas bermotif tenun, sebuah tas produk lokal yang sangat disukainya.

Ia membuka aplikasi chatting, kemudian menunjukkan nomor kontak pada Priyaduta.

Sigap pria itu menekan tombol angka di gawai, kemudian menyimpan kontak gadis itu.

Gayatri Sekarwangi.

"Terima kasih, Gayatri." Sejak kembali bertemu di Yogyakarta, Priyaduta tak lagi memanggil gadis di hadapannya dengan panggilan kecil, ia memilih memanggil Gayatri, memanggil nama gadis itu dengan begitu lembut.

"Sama-sama, Mas Duta."

"Nanti malam Mas hubungi kamu, ya."

Bukan, bukan Gayatri yang tersipu ataupun salah tingkah atas penuturan Priyaduta barusan, melainkan Arvan yang duduk di sisi sebelah kirinya.

Pemuda itu tersenyum malu-malu, lalu menyenggol pundak Gayatri pelan.

"Mangsa kelas kakap nih, Beb." Pemuda itu berbisik tepat di telinga Gayatri, lalu terkikik centil sambil menutupi mulut, memamerkan kuku-kuku yang kemarin sore di menipedinya.

Satu cubitan mendarat di paha Arvan, pun tatapan sinis.

"Oke, Mas." Gayatri menyahuti diiringi senyuman manis. Lesung di pipi sebelah kanan dan lesung di bawah kedua mata memperindah senyuman gadis itu.

"Mas balik ke sana dulu, ya." Priyaduta berpamitan setelah bangkit dari duduknya. Sebelum benar-benar beranjak, pria itu mengusap pelan puncak kepala Gayatri.

Tindakan yang berhasil membuat jantung serta darah gadis itu bereaksi tak semestinya.

Padahal dulu Priyaduta juga sering mengusap puncak kepalanya, namun tak pernah sekalipun ia merasakan sesuatu dalam diri bergejolak gaduh seperti saat ini.

Semuanya benar-benar telah berbeda.

... dan Gayatri menyadarinya.

Ia menyadari bahwa hubungan mereka akan mengalir layaknya pria dan wanita dewasa.

Namun belum apa-apa, gurat perih langsung menghantam tatkala dengan lantang isi kepalanya mengingat kembali momen di toko kelontong di Kepulauan Seribu beberapa minggu lalu.

Berani Mencinta, Berani TerlukaWhere stories live. Discover now