𝓣𝓾𝓳𝓾𝓱: 𝓢𝓲𝓪𝓹 𝓤𝓷𝓽𝓾𝓴 𝓑𝓮𝓻𝓵𝓪𝓫𝓾𝓱

351 49 46
                                    

•Mei, MMXXIV•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•Mei, MMXXIV•

Happy Reading, Semuanya.
Jangan lupa ☆ dan tinggalkan jejak cinta di kolom komentar, ya.

With Love,

Harumi

◇사랑하다◇

Genggaman erat berlabuh di pergelangan tangan Gayatri sebelum gadis itu sempat melangkahkan kaki.

Gadis itu menoleh, menutur tanya dari sorot netra.

Priyaduta mengangguk pelan, terlihat jelas dari pancar netra bahwa ia menginginkan Gayatri tetap berada di sisinya.

"Stay here, please," pinta Priyaduta lembut.

Gayatri tak langsung menurut. Gadis itu berpikir keras, mencerna hal yang sedang terjadi saat ini.

Ada seorang wanita yang menelepon Priyaduta. Seorang wanita bernama Kasandra Devi menghubungi pria di hadapannya.

Isi kepala dan hati gadis itu berkecamuk. Begitu ribut di dalam sana.

Betapa khawatir menjadi biang kehancuran dari hubungan yang telah dibina Priyaduta dan perempuan di seberang.

"Please." Nada suara pria itu terdengar memelas sekali, pun sorot matanya.

Gayatri mengembus napas pelan guna menenangkan diri, lantas menuruti Priyaduta.

Sebagai pengalihan, gadis itu mengusap-usap punggung si kucing belang tiga menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya saat ini berada di dalam genggaman Priyaduta.

Saat merasakan Gayatri telah di posisi yang nyaman, Priyaduta lekas menekan tombol jawab di layar gawai.

"Ada apa, San?" tanya yang mengudara terdengar datar sekali.

"Ta, kamu di mana?" Sementara di seberang sana, suara perempuan itu teramat panik.

"Di rumah. Kenapa?" Sambil menyahuti, Priyaduta menyelipkan jemarinya di sela jemari Gayatri, kemudian mengusap lembut jari telunjuk gadis itu dengan ibu jarinya.

Jantung Gayatri berdetak tak semestinya atas tindakan Priyaduta saat ini.

Gadis itu memandangi tangan kecilnya yang berada di genggaman erat tangan besar Priyaduta.

Rasanya begitu nyaman dan hangat.

... namun meninggalkan resah sebab panggilan telepon dari perempuan di seberang.

"Ta, bisa samperin aku ke sini, enggak? Mobil aku mogok lagi, Ta. Bantuin, ya."

Priyaduta mengembus napas berat. "Aku udah berapa kali bilang ke kamu, mobil kamu udah gak layak pakai, San. Aku juga udah kasih nomor orang bengkel, 'kan? Kamu bisa hubungi mereka."

Berani Mencinta, Berani TerlukaWhere stories live. Discover now