013.

399 43 9
                                    

Heeseung terdiam mendengar pertanyaan Chaterinna barusan, tidak maksudnya bagaimana dia dapat memberi alasan jelas? Tunggu, apa yang harus dia lakukan.

"Seung?" Menyadari Heeseung yang diam mencari jawaban Chaterinna kembali memanggil nama pria itu agar kembali tersadar.

Heeseung tersenyum kecil, "tadi subuh gue ada urusan, ketemu temen kerja dan di sana di ajak makan-makan, kita beli steak dan kebetulan yang punya gue ada kesalahan dari pihak restoran, dagingnya beneran belum matang, gue udah makan beberapa suap terus baru sadar waktu temen gue ada yang kasih tau." Jelas Heeseung menggeser sedikit posisi duduknya agar tubuhnya menempel dengan Chaterinna.

"Tapi emang nggak makan-makanan lain? Maksud gue, wangi sama rasa darahnya murni. Gue masih inget jelas rasanya."

"Bukan, kok. Emang kalau bukan makan steak mentah tanpa di sengaja, lo pikir gue bakal makan apa?"

Chaterinna mengangguk, benar juga. Heeseung memangnya mau makan apa lagi selain steak mentah yang dia maksud? Mana mungkin dia sungguhan makan darah atau makanan lain, apalah yang ada di otak Chaterinna, wanita itu sungguh sedikit mengada-ngada.

"Terus, buat pertanyaan lo yang lain." Heeseung menyandarkan kepalanya pada pundak Chaterinna lalu menggenggam erat tangan wanita di sampingnya itu tanpa menimbulkan rasa sakit. "Beneran ini yang pertama kali. Gue jarang banget ketemu perempuan, dan lagi pula gue nggak akan begitu sama perempuan sembarangan. Gerakan gue masih canggung, when I touch you, caress, tease, gue nggak biasa sama hal begini sebelumnya."

Heeseung menggerakkan kepalanya mendekat kepada leher Chaterinna dan mengendusnya pelan membuat tubuh wanita itu seketika menegang dan jantungnya mulai berdegup kencang. Jujur saja, Heeseung memang sangat pandai mendominasi sesuatu, namun entah mengapa saat kegiatan tadi pagi Chaterinna melihat Heeseung yang memiliki begitu banyak rasa ragu pada dirinya, pria itu masih sedikit plin-plan untuk memutuskan permainan mereka akan dibawa bagaimana. Itu sedikit lucu.

"Mhh.. jangan di gigit, Seung." Chaterinna memejamkan matanya saat Heeseung mulai mengisap dan menggigit pelan lehernya dengan lembut. Tangan kiri Heeseung masih setia menggenggam erat tangan Chaterinna namun tangan sebelah kanannya mulai bergerak untuk menekan kepala Chaterinna sehingga leher wanita itu semakin mudah ia jelajahi.

Heeseung menghentikan kegiatannya sejenak, terdengar jelas bahwa nafas pria itu kini sedikit menggebu. "Damn it, your body forces me to understand this better, The smell and taste of your body is so fucking good, It can make me addicted and it's hard not to immediately pounce on you. Shh, i'm insane, fuck."

Chaterinna mendengar jelas ucapan yang sedikit berbisik tepat di sebelah telinganya, sebelum Heeseung mulai mencium dan sedikit memainkan lidahnya di telinga Chaterinna, sehingga wanita itu kini melenguh lembut menahan hasratnya yang ikut tertarik dengan mudahnya.

"Hhh..Seung, besok pagi mama gue udah di sini,"

Ucapan Chaterinna barusan membuat Heeseung langsung menjauh dengan wajah terkejut, pria itu juga langsung memegang bibirnya yang basah akibat kegiatannya sendiri.

"Gue lupa, astaga."

。⁠:゚⁠(Bite To Heal)゚⁠:⁠。

Chaterinna memasang wajah sumringah saat ibunya kini masuk ke rumah yang saat ini dia tempati bersama Heeseung. Mamanya berjalan sungguh hati-hati karena takut terjatuh, bekas luka di bagian kakinya sudah cukup membaik namun tubuhnya terkadang masih sulit untuk menyeimbangkan diri.

Heeseung membantu mama berjalan dan segara menuntunnya untuk duduk di sofa dengan hati-hati. Chaterinna dan Heeseung pun ikut duduk dan mereka mulai berbincang dari hal-hal kecil hingga sedih.

"Saya makannya bangga punya Chaterinna,  saya sayang sekali dengan anak satu-satunya ini. Anaknya nggak banyak omong, pendiem, nurut, dewasa juga." Mama mengelus rambut anaknya dengan kasih sayang membuat Heeseung ikut tersenyum.

"Tante suka makan apa? Biar saya siapin, di sini cuman ada SOP iga kesukaan Chaterinna, sama beberapa sayuran lain."

Mama tersenyum kecil, "nanti kamu sama Chaterinna belanja aja, saya nanti titipan uangnya ke Chaterinna soalnya dia tau makanan apa aja yang boleh dan nggak boleh saya makan, nak."

Heeseung mengangguk paham setelah mendengar saran dari mama Chaterinna barusan. "Kalo begitu, saya sama Chaterinna sore ini pergi ke super market buat beli bahan-bahan pokok, tante di rumah aja jangan ngapa-ngapain lagi. Kamar tante ada di lantai dua bareng sama Chaterinna."

Mama tersenyum lembut dan mengangguk, dia sungguh bersyukur bisa bertemu dengan orang sebaik Heeseung. Dari sepanjang hidupnya baru kali ini dia melihat seseorang yang begitu perduli dengan orang lain. Rumah ini terasa sepi, namun entah mengapa rasanya cukup nyaman bahkan dia baru saja menginjakkan kakinya di sini. Heeseung terlihat seperti anak yang tulus, anak itu sangat baik dan sopan.

"Ke pasar, Seung. Super market mahal." Sahut Chaterinna membuyarkan lamunan sang mama maupun Heeseung yang memikirkan sisa tabungannya selama ini.

Heeseung menggeleng, "supermarket lebih bersih. Nurut aja."

Mama tersenyum melihat interaksi kedua orang di depannya yang tengah duduk bersebelahan. Namun saat matanya mulai menelisik wajah sang anak, mama menyerit bingung dan melontarkan pertanyaan yang berhasil membuat Heeseung maupun Chaterinna seketika terkejut bukan main.

"Leher kamu, kok ungu-ungu begitu? Kamu sakit, Chaterinna?"

Habis sudah.























To be continued>>>>>>

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Where stories live. Discover now