014.

329 41 3
                                    

"HEESEUNG!" teriak Chaterinna saat Heeseung dengan jahil melepas ikatan rambutnya yang sudah dia tata sedemikian rupa.

Kini mereka berdua berada di super market dimana memang seharusnya belanja untuk keperluan kedepannya, mama Chaterinna ternyata memiliki cukup tabungan untuk membeli bahan-bahan makanan, namun Heeseung tetap saja keras kepala meminta untuk dirinya yang bayar semua kebutuhan.

Chaterinna dan Heeseung berhasil lepas dari pertanyaan mama mengenai tanda ungu kemerahan di leher Chaterinna yang sebenarnya tidak semuanya terlihat jelas, mereka sudah mulai pudar namun masih cukup terlihat dan membuat sang mama sadar akan hal itu. Wanita itu beralasan dengan menggunakan catokan dengan buru-buru sehingga tidak sengaja mengenai lehernya dan untungnya mama percaya.

Mama pun tidak menyadari dengan tanda-tanda di leher Heeseung yang sebenarnya cukup terlihat juga. Syukurlah.

Heeseung memasang wajah mengejek, "lama jalanya, sini dong cepet sedikit."

Chaterinna memutar bola matanya malas, Heeseung kalau sudah memunculkan sikapnya seperti ini sangat menyebalkan namun di sisi lain juga sangat menyebalkan.

"Kunciran gue, Seung. Balikin!"

Seolah tuli Heeseung sama sekali tidak menggubris ucapan Chaterinna dan memilih untuk mengambil beberapa acar di rak besar dalam supermarket ini.

"Mau makan daging sapi?" Tanya Heeseung kini berjalan ke arah tempat daging hingga seafood terpajang dan terlihat begitu menggoda.

"Boleh, mama suka kebetulan. Oh, iya! Gue bisa masak telur tim, mau?"

"Berarti kita butuh telur, mau telur bebek atau ayam?"

"Ayam aja,"

Heeseung dan Chaterinna terus berkeliling mengambil bahan-bahan makanan yang di inginkan hingga memang di perlukan seperti bumbu misalnya. Pria itu menggaruk tengkuknya bingung saat ia berjalan ke tempat mie instan dan menoleh ke belakang untuk menanyakan pada Chaterinna, mie apa yang wanita itu suka tapi ternyata Chaterinna tidak mengikuti langkahnya entah sejak kapan.

Itu cukup berhasil membuat Heeseung panik, berjalan menelusuri rak-rak tinggi hingga akhirnya pria itu melihat Chaterinna yang tengah berbincang dengan anak kecil hingga membungkukkan tubuhnya untuk menyamai tinggi dari anak perempuan itu.

Heeseung berjalan mendekat menghampiri mereka berdua dan mengangkat tangannya untuk mengelus rambut Chaterinna yang masih terurai panjang.

"Gue cariin, Chat."

"Maaf, gue tadinya mau cari mentega, tapi nggak sengaja lihat anak kecil nya jatuh."

Heeseung melirik anak kecil itu hingga menunduk, dan perlahan pria itu juga membungkukkan tubuhnya untuk menyamai tinggi dari anak kecil tersebut yang masih terlihat habis menangis dan kebingungan.

"Nama?" Tanya Heeseung persis seperti pertama kali Chaterinna sadar di rumahnya waktu itu. Nada bicara yang begitu berbeda dari biasanya.

Bukan terdengar jahat, namun hanya terdengar seperti ada penekanan pada setiap hurufnya.

"Aku mia, om." Anak kecil bernama Mia itu kini harus sedikit mendongak karena walau Heeseung sudah membungkuk, tubuh pria itu tetap saja terasa begitu tinggi bagi Mia.

Heeseung mengangguk pelan dan Chaterinna langsung mencubit pipi Mia dengan lembut sekaligus gemas. "kamu hati-hati lain kali, jangan lari-lari kayak tadi, bahaya tau! Untung aku liat kamu jatuh."

Mia mengangguk semangat dan memeluk leher Chaterinna dengan lembut, "makasih banyak ya tante cantik,"

"Sama-sama Mia cantik."

Mata Heeseung langsung melotot saat anak kecil bersurai coklat itu mencium Chaterinna tepat di bibir milik wanita itu, dan setelahnya kedua orang di depannya itu saling melambai tangan hingga Mia pun berjalan ke lorong sebelah menghampiri ibu dan kakaknya.

Kini Heeseung menegakkan tubuhnya begitu juga Chaterinna. Melihat alis Heeseung yang tengah menyerit kebingungan membuat Chaterinna juga ikut kebingungan.

"Kenapa, Seung?"

Heeseung memegang dan sedikit mengisap lembut bibir Chaterinna dengan ibu jarinya, "dia cium kamu di sini?"

Mendengar Heeseung lagi-lagi mengubah nada bicara serta cara bicaranya, hingga menggunakan aku/kamu seperti kemarin sore membuat Chaterinna semakin di buat bingung.

"Kenapa emangnya? Dia anak kecil, jadi belum tau apa-apa. Gue juga sebenernya lumayan kaget tadi." Jelas Chaterinna.

Heeseung mengangguk, "But so there are traces of someone else's here besides mine, I'm jealous."

。⁠:゚⁠(Bite To Heal)゚⁠:⁠。

"HEESEUNG!" lagi dan lagi Heeseung membuat Chaterinna meninggikan nada bicaranya karena sikap jahil pria itu tidak pernah hilang dan sama persis seperti pertama kali Chaterinna melihat nya.

Saat wanita itu sedang masak untuk makan sore, Heeseung datang tanpa di undang mulai merusuh kegiatannya. Dari piring yang di balik, minyak yang tumpah karena tersenggol, sekarang telur yang belum sempat di kukus hampir jatuh ke lantai karena ulah pria itu.

Heeseung cengengesan tidak bersalah, "nggak sengaja,"

"Awas, jangan rusuh! Gue lagi fokus masak."

Heeseung lagi-lagi tertawa kecil, baru saja pria itu ingin meraih pinggang Chaterinna untuk segera di peluknya dengan erat, mama datang dengan tiba-tiba sambil menyapa dengan suara lembutnya yang khas.

Walau suaranya lembut, itu berhasil membuat Heeseung terkejut bukan main.

"Kalian masak apa saja, nak? Wanginya sampai ke cium di kamar." Tanya mama berjalan mendekat lalu merangkul pundak Chaterinna dengan lembut.

"Aku masak telur tim, sama beberapa sayur mayur di bantu Heeseung tadi, ya sedikit rusuh anaknya nggak mau diem. Minyak tumpah, telurnya juga!" Seolah mengadu dengan apa yang Heeseung perbuat tadi, lagi-lagi pria itu terdiam menatap Chaterinna dengan tatapan yang sulit di artikan.

Sungguh, selama Heeseung hidup di dunia yang terasa begitu panjang ini. Selalu, orang yang sama membuat Heeseung merasa begitu nyaman, baik dulu maupun sekarang. Gadis nya yang dulu hingga wanita nya yang sekarang adalah orang yang sama, bukan mereka. Tapi dia, betul Chaterinna hanya ada satu dulu, dan Chaterinna juga hanya satu untuk sekarang. Heeseung tidak ingin melakukan kesalahannya yang sama.

Namun sialannya, Salvatore. He came back for no apparent reason, without a clear goal, and has Heeseung missed his chance again?

Heeseung bingung, takut juga cukup mengganggu nya.

"Seung?"

"Eh, iya?" Heeseung tersadar dari lamunannya saat Chaterinna menepuk pundaknya pelan.

"Udah jadi, ayo makan dulu."














































To be continued >>>>>>>> R

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang