15. Nyaman

95 11 5
                                    

Sekarang sudah jam satu siang, Tay lagi duduk menyandar di kepala ranjang. Lelaki tampan berpakaian kaos putih dan celana pendek hitam itu mengelus rambut New yang tertidur menyamping menghadapnya. Kedua tangan si manis memeluk erat pinggang Tay, seakan tidak mau ditinggalkan.

Sejak tadi telinga kucing New menunduk, sedangkan ekornya ke depan, memeluk perutnya sendiri. Kucing manis tersebut sedang meringkuk ketakutan.

Tay khawatir melihat New kelelahan menangis dan belum sarapan. Padahal papa menitipkan kunci kamar New pada housemaid, lewat telepon papa juga menyuruh pada housemaid atau pelayan memberikan New sarapan dan makan siang. Namun, beberapa kali si manis menolak pelayan masuk ke dalam kamarnya, dan pelayan pun tidak memaksa. Saat ini New tidak merasa lapar, dia cuma ingin bersama Tay dan menangis sepuasnya.

Ketika Tay ingin melepaskan pelukan New pada pinggangnya, tiba-tiba New membuka kedua netranya, ternyata dia belum benar-benar terlelap. "Om mau ke mana?" tanyanya terdengar lirih, matanya bengkak dan memerah. Tatapannya sangat sayu.

"Saya mau kembali ke kamar, supaya pelayan bisa antar makan siang untuk kamu."

New menggeleng dan memeluk Tay lebih erat. Kedua matanya berkaca-kaca, siap untuk menangis. "Nunu nggak mau makan, jadi Om di sini aja. Om nggak boleh pergi."

"Iya Nunu, tapi di sini nggak aman. Gimana kalau pelayan dan penjaga maksa masuk ke kamar? Lalu lihat saya ada di sini? Nanti keadaannya tambah kacau."

New menatap sedih. "Iya Om benar," bisiknya lirih, tetapi seketika New bangkit dan duduk di pangkuan Tay. Kedua tangannya melingkar memeluk leher Tay, mereka duduk saling berhadapan. "Om nggak boleh pulang," ternyata New masih tidak mau ditinggal, dia memasang wajah memohon.

Tay sangat gemas, sejujurnya dia suka sekali New bersikap manja padanya, hanya saja ini bukan waktu yang tepat.

"Yaudah saya pulang kalau kamu udah tidur. Nanti bangun tidur kamu langsung makan dan mandi ya? Sekarang saya tetap harus pulang, nggak bisa lama-lama di sini. Saya temenin kamu dari kamar saya, kalau kamu kesepian telepon aja, itu jauh lebih aman."

New ingin menentang ucapan Tay, sampai tiba-tiba Tay memeluk pinggang si manis. "Kamu nggak mau masalah makin besar kan? Jadi kamu turuti ucapan saya ya."

Akhirnya New mengangguk, dia meneteskan air mata lagi, tetapi si manis segera menyembunyikan wajahnya di celuk leher Tay. Sementara Tay bisa merasakan air mata New mengenai lehernya.

"Tidur," gumam Tay sambil mengelus punggung New dan mengeluarkan sedikit feromon lembutnya. Berusaha membuat sang omega menjadi lebih baik.

New mulai nyaman karena perlakuan dan feromon Tay, perlahan dia merasa mengantuk dan memejamkan matanya. Tidak lama si manis mulai terlelap, kali ini dia tidur dengan nyenyak dipelukan Tay.

Tay mendengar suara dengkuran halus New, lalu pelan-pelan menurunkan si manis ke tempat tidurnya. Tay mengecup pipi New singkat. "Istirahat ya," bisik Tay sembari memperhatikan omega manis itu.

Setelahnya Tay menyelimuti New dan turun dari tempat tidur. Dia berjalan menuju jendela dan loncat dari jendela New ke jendela kamarnya. Kemudian lelaki tampan tersebut menutup jendela kamar New, jendela kamarnya serta gorden kamarnya supaya tidak ada yang menyadari dia ada di sini, soalnya situasi sedang tidak aman.

Tay terdiam masih mengintip New dari sela gorden, sampai tiba-tiba ponsel yang dia taruh di atas meja bergetar.

08xxxxxxxxxx Calling.

Tay melihat memang ada beberapa panggilan dari nomor itu, Tay pun mengangkatnya.

"Halo," ucap Tay.

"Akhirnya lo angkat," jawab orang di ujung telepon dengan suara dinginnya. Orang tersebut adalah Off Jumpol Adulkittiporn. Dia sedang duduk di kursi meja kerjanya sambil menahan emosi.

Taynew FelicityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang