11. Bicara dengan Vian

122 31 21
                                    

Asteria memandangi pintu yang berwarna putih itu, dia mengigit bibir bawahnya, dia sangat ragu untuk bertemu sang pemilik rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Asteria memandangi pintu yang berwarna putih itu, dia mengigit bibir bawahnya, dia sangat ragu untuk bertemu sang pemilik rumah. Asteria menghirup udara melalui hidungnya lalu mengeluarkan secara perlahan melalui mulut, dia melakukan hal itu beberapa kali.

Merasa sudah tenang, dia mulai menekan bel yang ada di pinggir pintu. Meski udara hari ini cukup dingin, tetap saja Asteria berkeringat karena gugup. Ketika pintu berwarna putih tersebut mulai terbuka, rasanya Asteria ingin kabur sekarang juga.

"Hai, Belle. Kamu kemana aja?"

Asteria melihat Vian yang kini berada di ambang pintu. Pria yang memakai kaus berkerah itu matanya terlihat berbinar – binar, bahkan bibirnya terangkat naik hanya melihat Asteria.

"Hai, Vian."

"Ayo masuk – masuk?" Ujar Vian yang kini mempersilahkan Asteria untuk masuk.

Asteria memasuki rumah Vian yang bergaya Eropa style itu. Kini Vian menyamakan langkahnya dengan Asteria.

"Kamu kemana aja? Setelah hari itu, kamu tiba-tiba menghilang." Ucap Vian yang seperti tidak sabar ingin mendengarkan penjelasan Asteria.

Asteria menghentikan langkahnya, matanya melirik Vian yang ada di sampingnya. Asteria menghembuskan napas dengan kasar.

"Vian, ada yang mau aku bicarakan sama kamu."  Lirih Asteria dengan tatapan mata yang sendu.

"Soal apa?"

"Pernikahan palsu kita."

Senyum Vian yang sedari tadi mengembang, kini perlahan mulai memudar. Apalagi Vian melihat Asteria yang berbicara dengan ekspresi yang tidak biasa, benar – benar serius.

"Oke, kita bicara di rooftop aja ya?"

Asteria menganggukan kepalanya, suaranya seakan tersumbat di lehernya. Asteria berjalan beriringan dengan Vian.

**

"Kamu mau membicarakan apa?" Tanya Vian, dengan badan yang dia condongkan ke depan.

Asteria melirik Vian yang seperti tidak sabar menunggu jawaban dia. Namun Asteria masih ragu mengatakan niat kedatangannya ke rumah Vian. Tatapan mata Asteria kini berubah sendu.

Vian adalah pria yang paling baik dari para suami palsunya. Rasanya Asteria tidak rela, jika setelah dia mengatakan hal ini, Vian menjadi hilang kepercayaan padanya. Namun di satu sisi, Asteria benar – benar sudah tidak tahan dengan semua kepalsuan ini.

Matanya berkedip lambat, dia hirup udara melalui hidung mancungnya lalu mengeluarkan secara perlahan melalui mulutnya. "Aku mau membatalkan pernikahan palsu ini." Ujar Asteria dengan suara yang lirih.

Mata Vian melebar disertai dengan kedua alisnya yang terangkat, bahkan senyum yang sedari tadi terlukis indah di bibirnya perlahan memudar.

"Loh, kenapa? Aku ada salah?" Jawab Vian dengan suara penuh kekhawatiran.

Hi, Husband!Where stories live. Discover now