Bab 36. Di Luar Perencanaan

1.8K 131 12
                                    

Untuk resepsi malam, Fitiara dan Abram mengenakan baju pengantin bertema modern, membuat rambut Abram yang biasa klimis terlihat setelah seharian tertutup riasan kepala. Kali ini kharisma seorang Abram terlihat dengan setelan jas pengantinnya.

Tamu-tamu yang datang malam ini kebanyakan dari kerabat dan teman-teman Fitiara, Meski banyak di antara mereka yang tak Fitiara kenal, tapi tetap ia bersikap ramah.

"Mereka teman-teman mu?" tanya Abram sesaat mereka kembali duduk.

"Tidak tahu"

Abram heran, jelas sekali tadi tamu-tamunya membahas saat-saat mereka bersama istrinya dulu, tapi istrinya itu justru mengatakan tak tahu atau mungkin tak ingin tahu.

Banyaknya tamu yang hadir hingga membuat pasangan suami istri itu capek duduk berdiri berkali-kali. Apa lagi Abram, setiap kali Fitiara mendengar nafas berat suaminya ketika berdiri, ia selalu menahan tawa, kentara sekali faktor usia membuat suaminya seperti itu.

"Pak Abram capek yah?" bisik Fitiara

"Tidak kok sayang, cuma lutut saya saja yang kurang mampu naik turun"

Fitiara mengulum senyum sekuatnya mendengar keluhan suaminya yang tak di buat-buat.

"Nanti saya pijat"

Abram mendekatkan diri. "Pijat++ yah" bisiknya. Fitiara menahan senyum tetap terlihat tenang menghadap tamu-tamunya.

"Iya" sahutnya

Tak terasa tamu-tamu mulai berkurang di jam 10 malam, kedua mempelai pun turun dari pelaminan karena hanya menyisakan acara bebas, dan melakukan sesi foto lagi hingga jam 11 malam lalu mereka kembali ke kamar berganti pakaian. Tapi karena gerah, keduanya memutuskan menyegarkan diri dengan mandi bergantian. Saat Fitiara menyegarkan diri lebih dulu,  Abram berkumpul bersama keluarga dari Fitiara.

"Pak..." panggil Fitiara di depan pintu kamar. Beberapa pria paruh baya menoleh mendengar panggilan tak bernama yang Fitiara lontarkan. "Maksud saya pak Abram suami saya" imbuhnya membuat mereka paham, Abram pun pamit memenuhi panggilan.

"Tuh kan, saya bilang jangan panggil pak lagi" kata Abram sesaat menutup pintu. "Bagaimana kalau tadi kamu teriak dari dalam kamar, yang ada semua bapak-bapak di sini masuk menemui mu" gerutunya

"Untuk apa juga saya memanggil pria lain selain suami saya"

"Kalau mereka salah mengira, makanya jangan panggil pak lagi"

"Iya, iya sayang, mandi dulu sana, tidak gerah?"

"Iya sih gerah"

Abram meninggalkan Fitiara kedalam kamar mandi.

Tok! Tok! Tok!

"Kenapa kak?" tanya Fitiara pada kakaknya yang mengetuk pintu terlihat khawatir.

"Bapak kena serangan jantung!"

Fitiara segera meninggalkan kamar menyusul ayahnya yang kini di kelilingi semua anggota keluarga yang panik.

"Bawa bapak ke rumah sakit" ujarnya lalu kembali ke kamar untuk memberi tahukan pada suaminya.

"Sayang" panggil Fitiara berjalan cepat menghampiri Abram yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ada apa sayang? Kamu kenapa?"

"Bapak kena serangan jantung, sekarang mau di bawa ke rumah sakit"

"Astaghfirullah"

Cepat-cepat Abram berpakaian lalu bergegas keluar membantu yang lain mengangkat ayah mertuanya ke mobil.

Melihat keadaan ayahnya tadi, tampaknya akan di rawat inap. Untuk persiapan Fitiara mengenakan switer supaya tak kedinginan, juga mengambil sebuah hoodie berukuran besar untuk suaminya kenakan nanti. Abram keluar hanya mengenakan kaus lengan pendek saking terburu-burunya, sampai-sampai ia melupakan dompet dan ponselnya, semua itu Fitiara masukkan kedalam tas miliknya.

Di Kejar Cinta Bos PamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang