26. Prioritas

1.6K 141 1
                                    

Arsila menatap pantulan dirinya di depan cermin. Lalu pada Kalish yang kini menarik turunkan alisnya dengan wajah seakan bertanya 'bagaimana? Baguskan?'

Begitu lah mungkin Arsila bisa menyimpulkan.

"Apa ini nggak terlalu berlebihan, Lis?"

"Berlebihan gimana sih, Mbak?"

"Ini gaunnya terlalu terbuka." Arsila bahkan bisa melihat punggungnya yang terekspos. Meski hanya punggung karna gaunnya panjang hingga lantai, begitu pun dengan lengannya. Namun Arsila merasa punggungnya tak seharusnya terbuka selebar itu.

Kalish menggeleng. Mengibaskan tangannya dengan kedua mata tidak bisa berbohong jika dia tampak takjub.

"Nggak, lah, Mbak. Ini tu bagus banget." Kalish bahkan tidak menyangka jika kakak iparnya yang biasanya hanya akan tampil sederhana, kini berubah menjadi layaknya seorang putri yang cantik jelita.

"Mas Arfan pasti suka kalau liat mbak begini."

Arsila menatap Kalish sanksi.

Mereka akan pergi ke pesta kolega bisnis suaminya. Dan, menurut Arsila pakaiannya ini terlalu terbuka. Terlalu memamerkan lekuk tubuhnya, meski kini dia tengah hamil. Dan perutnya belum terlihat, tapi Arsila merasa jika pakaiannya ini terlalu memeluk tubuhnya. Membuatnya sedikit risih dan kurang nyaman.

"Di sana akan banyak wanita cantik dan lebih seksi dari ini, Mbak. Jadi nggak perlu khawatir."

"Tapi-"

"Mas Arfan bentar lagi sampai. Kalau mbak masih mau ganti baju, bisa-bisa mas Arfan ngamuk karna harus nunggu mbak lagi." Kalish mengangguk yakin begitu menemukan tatapan memelas kakak iparnya. Yang sepertinya, dia tahu jika kakak iparnya itu akan meminta ganti baju dengan pakaian yang lebih sederhana.

"Kalian juga bisa terlambat loh, mbak." Kalish masih melancarkan aksi membujuknya. "Emangnya mbak nggak kasihan sama mas Arfan udah capek-capek kerja terus harus nungguin mbak ganti baju lagi?"

Menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Arsila pada akhirnya menyerah. Mengangguk setuju hingga membuat Kalish tersenyum puas.

"Nah, oke. Aku akan ambilkan tas mbak. Mbak tunggu di sini ya?" Tidak ingin kakak iparnya berubah pikiran, secepat kilat Kalish melesat pergi. Meninggal Arsila yang kini kembali menatap pantulan dirinya di cermin.

Ini adalah kali pertama dirinya diajak Arfan untuk menghadiri pesta koleganya. Kali pertama juga, dia berdandan berlebihan menurutnya. Pasalnya, selama ini Arsila lebih nyaman berdandan sederhana dan biasa saja.

Beruntung Kalish langsung membantunya begitu Arsila mengatakan jika malam ini Arfan berniat mengajaknya ke pesta koleganya. Adik iparnya itu, juga begitu semangat untuk mendandaninya. Membuat Arsila merasa tak enak karna harus merepotkan Kalish seharian ini.

"Sudah selesai?"

Arsila membalik tubuhnya, mengerjab begitu menemukan Arfan berdiri di sana. Diam saja dan menatapnya lurus.

"Berlebihan ya, Mas?" Melihat respon suaminya itu, mendadak Arsila merasa gelisah.

Belum lagi suaminya itu terlihat hanya diam menatapnya lurus.

Apa ndandanannya begitu berlebihan sampai membuat Arfan tampak begitu kaget?

Arfan sempat berdehem sebelum maju dan mendekat. "Nggak, kamu cantik dengan gaun itu." Dia mengulurkan tas di tangannya. Yang buru-buru Arsila terima karna itu adalah tasnya.

Bagaimana mungkin suaminya-

"Tadi Kalish yang minta aku buat kasih ke kamu. Karna dia lagi kedatangan tamu."

Sang Pemilik HatiWhere stories live. Discover now