11▫️Tanda Lahir

7 0 0
                                    

Leon masih mengamati gelang yang sama persis dengan gelang milik Dani, di pergelangan putih itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Leon masih mengamati gelang yang sama persis dengan gelang milik Dani, di pergelangan putih itu. Ia berfikir. Apa mungkin bandul itu memang separuh dari bandul Yin Yang milik Dani?

Setelah berusaha, tangan bergelang itu berhasil mengambil buku. Leon mengalihkan penglihatan nya ke wajah si pemilik gelang itu. Leon terkejut tidak menyangka. Ternyata pemakai gelang itu adalah Syifa.

Handphone di saku celana Leon berdering, membuat Syifa menoleh mendapati Leon di sebelahnya. Leon segera beranjak pergi untuk mengecek siapa yang sedang menelepon nya.

"Setahu ku, santri putra juga tidak di perbolehkan membawa handphone selama di pondok. Terus kenapa Leon dengan bebasnya membawa handphone ke mana-mana? Tidak mungkin, jika pengurus santri putra membiarkan nya."

Syifa menatap curiga pada tubuh Leon yang mulai menghilang di hadapannya.

***

Setelah menyelinap di koridor yang sepi. Leon segera mengambil handphone dari saku celana nya, yang kembali berdering dan ia langsung mengangkat nya.

"Halo?"
Tanya Leon, mencoba berkomunikasi dengan si penelpon.

"Leon. Ini, aku feri."
Ucap si penelpon.

"Oh. Ya, mas feri. Ada apa?"

"Ini, mba starla memintamu untuk jadi model koleksi terbaru di butiknya."

Mendengar tawaran itu Leon menghela nafas.

"Maaf mas, saya tidak bisa."
Dengan berat Leon menolak.

"Loh Leon. Kenapa? Butik Neo More itu brand nomer satu loh di Indonesia. Masa kamu nolak sih. Tidak enak juga kan sama mba starla nya."

"Maaf, tapi saya benar-benar tidak bisa."
Jelas Leon lagi.

"Eh Leon. Mba starla, juga menginginkan kamu jadi model Even Fhasion Week di New York bersama artis lainnya. Ini kesempatan yang sangat bagus loh."

Leon berdecak dan menghela nafas. Ia sangat tertarik dengan tawaran itu. Ia merasa bimbang. Tidak mungkin dirinya menerima tawaran itu. Sangat di sayangkan, tawaran sebagus itu datang di waktu yang tidak tepat. Entah bagaimana reaksi ayahnya nanti, jika ia kembali ke jakarta.

"Maaf mas. Tapi saya tidak bisa."
Dengan berat, Leon kembali mencoba untuk menolak.

"Sangat disayangkan Leon. Jika kamu menolak kesempatan yang sangat bagus ini. Coba kamu pikirkan lagi. Aku tunggu jawaban kamu."

"Mas-"

Tuut. Tuut. Leon belum selesai berbicara, telpon nya sudah terputus.

***

Sepulang dari sekolah, Leon berjalan di koridor asrama dengan tatapan kosong dan terlihat lelah. Beberapa santri putra berlalu-lalang melewati nya. Salah satu dari mereka menyapanya, namun Leon tak menanggapi. Wajah nya sama sekali tidak berekspresi, terlihat semakin dingin. Leon terus berjalan menuju kamarnya, kamar urutan lima.

Gadis yang Berbeda (On Going)Where stories live. Discover now