Pasutri Dua Puluh Delapan

797 33 0
                                    

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

Seorang gadis berkulit kuning langsat, berambut panjang, berpakaian piyama kuromi, berdiri di balkon kamarnya sambil merenung. "Bian kemana, ya? Kok gak ada hubungi gue? Kek nyariin gitu, kan gue gak ada kabar beberapa hari kemarin," monolognya.

"Udara pagi memang menyegarkan. Tapi, ini masih terlalu pagi, sayangku. Udaranya juga cukup dingin di kulit." Suara serak khas bangun tidur tersebut diikuti dengan melingkarnya tangan sang pemilik di perut sang istri.

Sementara Resha yang terkejut berseru kesal sambil berusaha melepaskan pelukan Leon dari tubuhnya, "Sat! Jauh-jauh lo dari gue!"

Si pelaku justru semakin mengeratkan pelukannya sambil menduselkan kepalanya di leher Resha. Perlakuannya tersebut sukses membuat sang empunya kegelian. "Leon, geli ih!"

"Ayo masuk, sayang. Kamu gak kedinginan emangnya? Aku yang baru saja keluar sudah kedinginan," perkataan Leon dibalas decakan oleh Resha, "Ck, yaudah lo aja sana yang masuk, gue masih mau di luar."

Menghiraukan ucapan Resha, Leon kembali menduselkan kepalanya pada ceruk leher sang istri. "Kalo sayang gak masuk, aku juga gak mau masuk," ucapnya manja.

"B*ngs*t! Geli banget sialan!" Seru Resha merinding. Oh ayo lah! Resha belum terbiasa dengan hadirnya Leon dan sekarang ditambah pula oleh sikap manja dari dirinya. "Leon anying! Jauh-jauh ih, geli!"

Leon menyudahi aksinya, ia menaruh dagunya di atas bahu Resha. "Kenapa? Kepikiran cowok brengsek itu?" tanya Leon.

"Bukan urusan lo," ketus Resha.

"Segala yang bersangkutan dengan kamu berurusan dengan saya," kata Leon.

Resha menghembuskan nafas lelah, ia membalikkan tubuhnya untuk menghadap tepat pada Leon. "Dia gak ada chat ataupun call gue selama beberapa hari kemarin, padahal gue gak ada kabarnya. Bukan dicari, dia malah ikutan menghilang," keluh Resha.

Dengan tangan yang melingkar di pinggang Resha, Leon berkata, "Buat apa memikirkan yang jauh jika ada yang dekat di sini?"

"Dan buat apa memikirkan yang haram jika ada yang halal di sini?" lanjutnya.

Resha menatap sangat lamat pada Leon, rahang tegas, mata tajam, serta alis dan bibir tebal adalah pahatan wajah yang sempurna di matanya. Sungguh handsome!

"Sudah cukup melihat saya? Mari masuk, di luar udaranya masih sangat menusuk, kamu bisa sakit," tutur Leon lembut. Kali ini Resha langsung mengangguk tanpa bantahan.

Calon (Pasutri) [PRE ORDER]Where stories live. Discover now