1.1

26 4 0
                                    

"Asik nih sekolah kita kepilih, kira-kira murid gak beruntung mana ya yang bakal dipilih?"Monolog pemuda tersebut. ia sekarang duduk selonjoran di koridor yang sepi, entah apa motivasinya berbuat seperti itu padahal bell masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Woi Haechan!"Teriak seseorang dari sisi ujung koridor. ia tampak kesal sambil berjalan cepat menghampiri temannya yang sedang berbuat aneh lagi.

"Jangan teriak Njun nanti guru nya dateng."Rupanya Renjun tidak sendiri, ia diekori oleh beberapa pemuda lagi.

"Apasih kalian? Kok orang lagi pada belajar kalian malah di luar sih? Gak menghormati guru banget."Tegur Haechan sambil berdiri.

"Heh sadar lu."Tegur Jaemin menoyor kepala Haechan.

"Kurang kenceng itu Min, coba noyornya sampai lepas."Imbuh Mark mengompori.

"Udah stop, kita harus ke tempat biasa, ada yang mau di diskusi."

Haechan mengangkat alisnya sebelah, kenapa semuanya langsung hening? Kenapa pula Renjun menyuruh mereka kumpul di gudang bau itu saat pelajaran sedang berlangsung.

Perjalanan yang singkat sangat hening, kebetulan karena koridor sekolah mereka agak sempit jika harus berjalan sejajar, maka Haechan berinisiatif mengikuti dari belakang.

Ia menyenggol lengan Jisung yang berada disampingnya sambil bertanya memakai isyarat mata.

"Lu bakal syok bang."Hanya itu yang mampu Jisung katakan sebelum ia kembali berjalan dengan tenang sambil menatap kosong ke depan.

"Apa dah pada serius amat."Gumam Haechan agak jengkel. biasanya kalau putus cinta juga suasananya gak se suram ini.

Beberapa saat kemudian sampailah mereka ditempat yang mereka sebut "Basecamp", cuman gudang bobrok doang sih tapi lumayan buat bolos.

Masing-masing mendudukkan diri di kursi mereka. terkecuali Haechan yang kursinya entah hilang kemana. Ia hanya berdiri dengan tampang cengo nya.

Agak kasian, Jeno bergeser sedikit untunglah tempat duduk nya adalah sofa yang muat dua orang.

"Sini chan jangan kaya orang susah."Tawarnya dengan senyum ramah.

"Bisa mute suara lu gak? Kata-kata nya termasuk yang bikin lu jadi incaran psikopat soalnya."

Setelah Haechan duduk, Renjun menyenggol sikut Mark. Posisi duduk mereka sekarang melingkar, katanya lebih bagus begini biar keliatan gak sempit.

Mark berdehem lalu melihat mereka satu persatu, ini serius dia bakal ngeluarin kata-kata yang bikin temennya bakal nangis berjamaah? Duh mana tega--

"Yang kumpul disini sekarang adalah orang yang terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk 'game' itu. Pesan gue cuman satu, perbanyak aja momen bahagianya siapa tau itu kebahagiaan terakhir lu."Ucapnya dengan nada cepat, lalu tersenyum lega. Se plong itu ia membagikan jadwal ajal mereka.

Yang nampak kaget hanyalah Chenle, Jeno dan Haechan. saking syoknya Chenle terjatuh dari kursi nya.

"Buat yang sering ambil gorengan lima biji tapi bayar cuman seribu mending lunasi mulai dari sekarang, ajal gak ada yang tau soalnya."Tambah Renjun. niatnya sih baik hanya mengingatkan tapi nada nya itu lho yang bikin jantung Haechan seakan berhenti. Nadanya seperti yang yakin banget kalau umur mereka beneran tinggal sebiji jagung.

"Ini serius? Bukan prank? Ultah gue udah lewat loh kalian gak perlu kali se effort ini hehe."

Haechan yang masih Denial membuat Chenle agak prihatin, tapi kan..

"Buset berasa kek asik and famous person banget ya lu bang? pede banget di prank."Agak nyelekit memang ucapan Chenle ini, tapi berhasil membuat Haechan terduduk lemas.

"Baru aja tadi gue bertanya-tanya orang sial mana yang bakal dipilih buat ikut, eh ternyata orang sialnya itu gue."Gumamnya frustasi.

"Tuh kan gue bilang juga apa, kita kepilih pasti karna si bang Haechan."Entah opini dari mana Jisung mulai menyuarakan pendapat.

"Lah kok gue? Gue aja baru tau ya monyet sini lu! lu aja yang duluan gue potek lehernya."Ancam Haechan.

"Udah-udah, mending pikirin gimana caranya biar kita bisa gak ikut?"

"Ya gak bisa gitu dong Ren, emang ada sejarahnya kakel kita bisa negoisasi?"Jawab Mark.

"Ngaco lu, sekolah kita aja baru ikut sekarang kocak, yang ada kita angkatan pertama dan yang bakal jadi sejarah buat adek kelas."Balas Jaemin kepada Mark.

"Lah tumbal dong?"Celetuk Jeno.

"Lah iya, tumbal nih tumbal biar sekolah makin berjaya pasti mereka mau jadiin gue tumbal, cih harus nya dari awal gue udah sadar."

Suasana mendadak hening mendengar perkataan Haechan.

"Sumpah kata gue sifat narsis lu ilangin deh bang."

"Para jin juga bakal langsung mual sih kalo lu yang jadi tumbal nya Chan."

"Apaan cok kuker banget nih sekolah kalau beneran jadiin lu tumbal."

"Ho'oh kek gak ada manusia lain aja selain Bang Haechan."

"Yang kayak gini nih kata-kata yang buat tuhan juga ikutan marah."Ia mempoutkan bibir berusaha menarik simpatik, gimana ya nyelekit banget omongan mereka tuh.

"Eh gue dapet chat nih dari temennya temen gue, katanya sekolah mereka juga kepilih, dan mereka yang jadi perwakilan."Celetuk Chenle tiba-tiba.

"Hah yang bener? Dari sekolah mana?"Tanya mereka serempak.

"Dari SMA Enha."

"Loh emang disitu juga ada China ya?"Tanya Jisung dengan raut bingung.

"Adanya orang aring sih."Jawab Chenle dengan senyum creepy.

"Kenal dari mana Le? kok bisa punya temen dari situ? itu sekolah jauh banget dari sini, gak mungkin juga anak daerah sini sekolahnya jauh banget."Tanya Jaemin ikut penasaran.

Chenle mengangkat bahu.
"You know? I'm famous."

"Hehe canda bang, Kenal lewat grup basket aja sih, anaknya juga asik, ganteng juga, orang kaya sih kayak nya, anak pinter gitu, jago juga dia main basketnya, hidung nya mancung bener, setara lah sama gue."Lanjutnya.

"Oh si Heeseung itu bukan sih?"Tanya Mark memastikan.

"Lah iya kok tau bang?"

"Dia juga temennya temen gue, emang asik sih anaknya, tapi kok mau ya dia temenan sama lu?"

"Maksudnya apa bang? Coba beri contoh dan penjelasan minimal lima gak boleh diringkas yang selesai duluan nilai semester nya aman--eh kok nyambung ke mapel sih."

"Udah lah balik kelas aja urusan nanti dipikirin nanti, sekarang kita harus belajar selagi masih bisa. Di akhirat mana ada yang mau ngajar murid bandel macam Haechan."Ucapan Jeno mendapat anggukan setuju oleh semuanya, terkecuali Haechan yang sedang memasang tatapan sinis.

"Gue lagi gue lagi, gue aja terus!"Protesnya.

"See? Dedek Icung gak boleh ya banyak bergaul sama orang abnormal seperti itu."Jaemin berucap sambil tersenyum selembut mungkin.

Jisung hanya mengangguk, toh daripada dapet toyoran juga. Mending ikut alur aja. susah banget jadi dia tuh, saking pinter nya dia bisa lompat kelas, eh sekali nya berhasil malah ketemu modelan abang-abang jamet sengklek kayak mereka ini.
























 susah banget jadi dia tuh, saking pinter nya dia bisa lompat kelas, eh sekali nya berhasil malah ketemu modelan abang-abang jamet sengklek kayak mereka ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

hihi uri Renjun. 🥺💚

SHUSST || Enhypen Where stories live. Discover now