1.3

12 3 0
                                    

Akhirnya setelah drama berhari-hari kini tibalah saatnya.

Mereka semua sedang berkumpul ditengah hutan dengan hanya satu bangunan luas yang berada disekitar mereka. Entah kemana perginya mobil sekolah yang mengantar mereka tadi. Katanya tunggu sampai jam lima sore, lalu mereka harus memasuki bangunan itu. Jika tidak hewan buas akan memakan mereka.

"Sialan lu jangan injak kaki gue woi!"Seru pemuda itu.

"Eh lu bisa pinggiran dikit gak? Gerak dikit bisa cipokan nih kitanya."

"Gue mau kencing.."

"Eh buset lu yang namanya Sunghoon itu yak? Gue pens banget sama lu plis minta uang boleh?"

"Dih kok ada bocil? Awas mati lu cil."

"Oh, jaga-jaga aja sih kata gue. Biasanya kalau yang tua gitu pinggang nya suka encok terus mati deh."

Gaduh. Satu kata yang cukup mewakili keadaan mereka sekarang.

Heeseung sebagai orang yang merasa masih memiliki kewarasan lima persen itu mengambil napas.

"Jungwon kesini jangan injak kaki orang."Titahnya yang membuat Jungwon menurut.

"Duh untung gak copot nih kaki."Lega Renjun. Dia emang kecil, tapi serius kaki nya diinjak gini?

"Eh itu yang lagi kebelet bisa tahan bentar gak? Bentar lagi kita udah mau mulai katanya, gue tau toiletnya dimana nanti gue antar deh."Tawar Heeseung kepada pemuda tinggi itu.

Jisung langsung tersenyum senang.
"Makasih."

"Beomgyu lu ngapain minta uang ke Sunghoon? Udah jangan aneh deh si Sunghoon cuman punya seribu tuh di kantongnya."Lagi-lagi itu suara Heeseung yang menjawab.

"Eh lu kenapa bongkar sih?"Protes Sunghoon. Sumpah gak lucu, Masa udah cakep-cakep eh ke spill cuman punya seribu doang.

Riki yang tahu gilirannya akan kena omel langsung membuat pembelaan.

"Stop, dia duluan yang bilang gue bocil."Tunjuknya pada Haechan yang tengah memasang ekspresi tengil. Sumpah rasanya Riki mau geplak aja kepalanya terus lari.

"Dih apaan emang lu bocil kan? Meskipun muka lu garang gue tau ye lu yang paling piyik."Bangga banget Haechan tuh. Ia sudah belajar dari pengalaman. Jika yang paling tinggi pastilah paling muda. Lihat saja Jisung sebagai contoh.

"Ya emang kenapa kalau gue paling piyik? Gue paling muda yang artinya tulang gue paling elastis, gak gampang encok, gampang lari, udah deh selamat sejahtera hidup gue. Lu iri bilang aja sih."Sombong Riki tak menyadari bahwa beberapa orang yang merasa 'tersinggung' melayangkan tatapan tajam padanya.

"Dih pantat masih biru banyak amat bicaranya."Timpal Yeonjun.

"Dih manusia abad dinosaurus kesindir ya?"Sahut Riki lagi.

"Riki udah, lu pilih diem atau gue seret paksa lu buat pulang?"

Riki langsung merinding, Heeseung sudah menatapnya dengan tajam dan serius. Inilah waktunya untuk berhenti cari masalah. Ia segera menjauhi anak dari sekolah lain dan merapat kepada abang-abang nya.

Kini mereka semua sudah tidak seperti cacing dikasih garam lagi. Masing-masing membentuk kelompok berdasarkan sekolah mereka. Terkecuali Felix yang bergabung dengan sekolah lain.

"Eh halo Felix, buset aura lu sekarang aur auran ya."Sapa Hyunjin.

"Astaga Hyunjin gak boleh gitu lu."Sahut Seungmin.

"Bang Felix sekolahnya gimana? Bagus gak?"Tanya I.N. jujur ia rindu dengan abang nya yang satu ini.

"Emang cuman lu yang terbaik deh, andai aja dulu gue gak bikin masalah pasti sekarang kita masih sama-sama. Tapi sekolah baru gue not bad lah."Jawab Felix sambil mengelus rambut teman paling bungsunya itu.

Chenle menyikut lengan Jaemin sambil berbisik.
"Eh liat deh tuh anak-anak dari sekolah Stay. Kok cuman tiga biji ya? Eh empat deh, dikit amat ya."

Mark yang tidak sengaja mendengar langsung memasang tampang sinis.
"Bagus lah berarti ketua nya gak kebanyakan beban. Dari pada sekolah lu? Sekalian aja se RT yang dipilih."

"Eh lu kenapa sih dari tadi gue liat sensian banget, mau duit lu?"Balas Chenle.

"Eh mau dong."Bukan Mark, tapi Haechan yang sudah menyodorkan tangannya bersiap menerima rezeki.
"Segepok ya."Request nya.

"Jangan diganggu, semalam rumahnya hampir dibakar sama anak-anak sinting di sana."Sahut Jeno sambil menunjuk barisan para anak Moa yang sekarang sedang diam dengan tenang. Aneh, kok mereka tenang.

Semuanya hanya mengangguk. Miris banget nasib Mark, pikir mereka.










"Eh liat deh yang mukanya ngeselin itu, Sumpah dia dari tadi gelagatnya kek gembel banget gak sih?"Bisik Taehyun sambil melihat Haechan lalu mengalihkan pandangan secepat kilat agar tidak ketahuan sedang meng ghibah.

Kai mencibir mulai deh mulai.
"Tapi menurut gue bocah mirip batang bambu itu deh yang paling ngeselin, sok banget dia."Ujung-ujungnya ia masih menanggapi dengan berbisik juga, bedanya ia melihat Riki sekilas lalu dengan cepat mengalihkan pandangan.

Terjadilah adegan bisik berbisik mereka. Itu membuat mereka terlihat tenang dimata anak sekolah yang lain.

"Tapi menurut gue Heeseung paling ngeselin sih, dia dari tadi ngomel mulu udah kek guru killer aja."Nimbrung Beomgyu sambil berbisik.

Ia berbisik sambil melihat Heeseung sinis yang langsung tertangkap basah. Yeonjun yang menyadari nya langsung tergelak. "Kan udah gue bilangin, lu gak usah ikut, lu itu gak pro!"Cela nya.

"Heh kecebong! Ngapain lu liat Heeseung sambil bisik-bisik sinis gitu?"Iya, itu Jay yang ciduk dia.

Jake langsung mengelus punggung Jay agar pemuda itu tenang.
"Sabar, tapi saran gue lu bonyokin aja tuh bocah dia dari tadi gue liat kek anak spesial."

Berkat perkataannya ia langsung mendapat geplakan dari Sunghoon. Bisa-bisanya malah ngomporin.

Jungwon, Riki, dan Sunoo hanya duduk dengan tenang. Mencoba cari aman agar tidak mendapat omelan Heeseung lagi.

Sunoo menepuk nyamuk yang menggigit pipinya dan membuat benjolan muncul.
"Ih ini kapan kita masuknya woi!"Geramnya.

"Sabar Noo, berapa menit lagi jam lima. Katanya pintunya bakal kebuka sendiri kalau udah waktunya."Tenang Jungwon sambil menyodorkan minyak kayu putih.

"Lah emang mempan ya?"

"Udah pake aja."

SHUSST || Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang