37

4.5K 763 64
                                    

"Ligamennya robek, dan beliau mengalami cidera tingkat dua. Untuk itu kita memasangkan gips di kakinya, dan usahakan agar beliau tidak dulu beraktivitas dan mengangkat beban agar cidera tidak semakin parah."

Jennie membuang nafas lemah setelah mendengar penjelasan dokter yang menangani Lisa. Bukan tidak ingin menangani sendiri, tapi dia terlanjur panik karena Lisa terus memekik kesakitan, jadi dia mempercayakan Lisa pada rekannya.

Setelah selesai menjelaskan, memberikan surat keterangan sakit, dan memberikan resep obat, dokter segera berlalu meninggalkan Jennie dan Lisa di bilik UGD. Karena Lisa tidak perlu di rawat inap dan boleh istirahat di rumah.

Jennie segera mendekati Lisa, dia membungkuk lalu mengecup kening Lisa sekilas. Lisa membuka mata, dia tersenyum walaupun kakinya terasa sakit dan berdenyut.

"Gwenchana, tidak usah khawatir." Ucap Lisa.

Jennie mengangguk, "Kenapa bisa terkilir sampai robek ligamen begini? Bagaimana cara kau berjalan?" Tanyanya.

Lisa menghela nafas lemah, dia tersenyum seraya meraih dan menggenggam tangan Jennie. Dia menjelaskan kenapa dia bisa terjatuh dan cidera sekarang. Jennie mendengarkan dengan baik tanpa menyela. Entah.. Dia benar-benar merasa tidak tega pada Lisa.

"Aku tidak melihat itu mobil siapa, tapi sepertinya dia akan menerobos lampu merah. Tapi sudahlah.. Aku baik-baik saja sekarang." Lisa menoleh ke arah meja, "Bunga dan mandunya, untukmu."

Jennie tersenyum dan mengangguk, "Terima kasih, aku akan memakannya di unit nanti. Sekarang, kita pulang dulu, hm?"

Lisa mengangguk patuh tanpa mempermasalahkan, dia membiarkan Jennie berlalu untuk menebus obat. Karena merasa sedikit pusing, jadi Lisa memilih untuk memejamkan mata saja selama menunggu Jennie kembali.

15 menit kemudian Jennie kembali, di bantu oleh petugas keamanan Jennie membawa Lisa keluar untuk pulang. Beruntung Bambam sudah standby di depan, jadi dia tidak kesulitan membantu Lisa masuk ke dalam mobil.

Setelah mobil melaju, Jennie menyamankan posisi agar Lisa bersandar di bahunya, dia memeluk dan menepuk lembut kepala Lisa agar Lisa kembali memejamkan mata. Karena Lisa diam, jadi dia pun memilih diam seraya menoleh keluar jendela.

"Tidak ada Seulgi yang bisa kau perintah dan membantumu. Maaf, Lisa."

Jennie memang merasa sakit karena tingkah Lisa sebelumnya, tapi sekarang? Dia merasa bersalah saat Lisa tidak memiliki apa-apa. Semua terjadi karena ego Lisa, tapi Lisa egois karena awalnya enggan hidup bersamanya, bukan? Jennie merasa bersalah karena hal itu.

"Sayang."

"Iya?" Jennie sedikit menunduk menatap Lisa.

"Itu sakit." Keluh Lisa.

"Iya, nanti aku akan mengompresnya di rumah. Tahan dan sabar sebentar, hm?" Jawab Jennie.

"Sikut juga." Keluh Lisa.

Jennie mengerutkan kening, "Tadi kau tidak mengatakannya."

"Tadi belum terasa, sekarang baru terasa. Mungkin lecet." Jawab Lisa.

"Iya, nanti aku akan mengobatinya."

Lisa mengangguk dan kembali diam, dia membuka mata tapi dia memilih melihat keluar jendela. Keheningan kembali tercipta, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

30 menit kemudian....

Tidak ada kursi roda atau tongkat untuk membantu berjalan, terpaksa Lisa harus di gendong oleh Bambam untuk pergi ke unit setelah turun dari mobil karena Lisa tidak bisa berjalan.

TO BE YOURS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang