49

2.3K 521 13
                                    

Melamun dan merenung. Kegiatan yang Jennie lakukan sedari tadi. Pikirannya bercabang ke mana-mana, perasaannya tidak tenang, dan kepalanya terasa sangat berisik meskipun mulut diam bahkan terkunci rapat.

Karena mood sedang tidak baik, Jennie menolak untuk pulang bersama Lisa, dia memilih pulang terlebih dahulu tanpa menunggu Lisa menjemputnya. Saat ini Jennie sudah di rumah, dia sudah mandi, dan sudah mengganti pakaian. Bagaimanapun, dia tidak mau menyambut Lisa dengan penampilan yang masih kotor dan tidak segar.

Jennie tidak diam di kamar, dari tadi dia diam di living room menunggu Lisa pulang. Televisi menyala, tapi dari tadi televisi yang menonton Jennie, bukan Jennie yang menonton televisi. Minuman dia sediakan, tapi sedari tadi minum itu hanya dia tatap dan belum dia minum sedikit pun.

Nancy...

Nama itu pun terus mengganggu pikiran Jennie. Kejadian di cafe hari itu pun terus terputar di ingatannya, tapi untuk bertanya pada Lisa? Bukti apa yang dia miliki, karena chat pun dari nomor asing yang tidak tersimpan di ponsel Lisa. Jennie tidak ingin curiga, tapi semua terlalu mencurigakan.

"Honey, aku pulang."

Lamunan Jennie buyar begitu saja, dia langsung menoleh ke sisi kanan lalu dia berdiri dan melangkah untuk menyambut suaminya. Dia tetap tersenyum untuk menutupi semuanya saat dia melihat kehadiran Lisa. Lisa pun tersenyum, dia merentangkan kedua tangan membuat Jennie langsung masuk ke pelukan suaminya.

"Ow.. sayangku." Lisa mengecup pipi Jennie tanpa henti, "Sudah wangi."

"Tentu. Aku harus selalu cantik dan wangi agar kau tidak berpaling." Jawab Jennie.

Lisa hanya terkekeh lalu dia melepaskan pelukannya, dia mengecup seluruh wajah Jennie tanpa terlewat satu pun. Jennie tersenyum dan memejamkan mata, tapi entah.. Jennie merasa kecupan Lisa tidak membuat hatinya hangat seperti biasanya, mungkin karena perasaannya sedang tidak tenang, begitu pikir Jennie.

"Susu, kopi, teh, atau?" Tanya Jennie.

"Uhm.. Kopi susu." Jawab Lisa.

"Baiklah, mau menunggu di kamar atau di living room?"

"Aku tunggu di kamar, aku ingin buang air kecil." Jawab Lisa.

"Ya sudah, pergilah. Aku akan membuatkan kopi susu untukmu." Balas Jennie.

Lisa mengangguk patuh tanpa mengatakan apapun lagi, dia melangkah ke arah tangga seraya melonggarkan dasi yang dia pakai serta melepas kancing kemeja bagian atasnya. Jennie membuang nafas lemah, dia menoleh dan terus menatap langkah suaminya, tapi detik berikutnya dia menggeleng lalu melangkah ke arah dapur.

Tiba di dapur Jennie segera meraih gelas lalu dia segera mengambil kopi dan susu untuk membuatkan kopi susu yang Lisa minta, dia menaruh dua bahan itu di mesin pembuat kopi dan menaruh gelas di sana.

Saat sedang menunggu kopi susu yang Lisa mau selesai di buat, Seulgi datang untuk mengambil air minum, tidak sengaja karena dia benar-benar tidak tahu Jennie ada di dapur. Kehadiran Jennie cukup membuat Seulgi terkejut, ingin menghindar tapi Jennie sudah melihat kehadirannya.

"Gi."

Seulgi menegang dan gerakannya untuk mengambil gelas tertahan, tapi detik berikutnya dia berdehem dan mencoba untuk bersikap biasa saja, dia terlihat tenang walau di dalam dia merasa gugup, merasa bersalah, merasa kasihan, dan merasa bimbang. Bimbang antara harus memberitahu Jennie atau tidak.

"Kenapa, mrs?"

Jennie menunduk menatap kuku-kuku tangannya, dia ingin bertanya tapi ragu, tidak bertanya tapi penasaran. Karena yakin Lisa tidak akan menyusul, rasa penasaran itu membuat Jennie kalah. Jennie kembali mengangkat kepala menatap Seulgi.

TO BE YOURS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang