25. Teriakan Keadilan

59 9 11
                                    

Hari ini adalah hari minggu, cuaca sedang panas-panasnya walau hari masih terbilang pagi.

Abimanyu, Saka, Dimas dan Chiko tengah menunggu Dian di sebuah warung depan sebuah gereja. Sudah satu jam terhitung sejak pemuda itu memasuki tempat ibadah tersebut. Rencananya, mereka berlima akan ikut aksi dukung Palestina yang di gelar di depan gedung Kedubes AS.

"Gak ada adab banget sumpah" umpat Saka tiba-tiba.

Dimas mengernyit heran "Siapa?"

"Ini mahkluk bumi gak tau diri ini" Saka bersungut-sungut kesal "Bahkan nyebut nama negaranya aja gue langsung mules"

"Ini memang pembantaian sih, bukan perang lagi namanya" Ucap Abimanyu memberi pendapat "Gue muak banget setiap liat alasan pemimpin hewan itu setiap ditanya kenapa yang di serang malah warga sipil, ngeles mulu bjir, benci banget gue, sumpah!"

Chiko mengangguk setuju "Dan yang baru-baru ini kejadian itu memang benar-benar biadab, bisa-bisanya mereka nyerang camp pengungsian. Padahal daerah Rafah tempat terakhir calon-calon penghuni Firdaus itu"

"Salah" Dimas mengoreksi "Tempat terakhir mereka ya surga Firdaus, camp pengungsian itu cuma tempat istirahat mereka sebelum di jemput dan di bawa ke tempat yang paling indah"

Ketiga pemuda lain mengangguk setuju, sebenarnya masing-masing dari mereka tengah menahan air mata yang seperti berlomba-lomba ingin keluar. Sungguh, ini lebih menyakitkan dari pada apapun.

"Ini sakit banget, sumpah. Gue ngerasa gagal jadi hamba Allah, ngerasa gagal jadi umat Rasulullah" Chiko mengelap bulir air matanya yang nyaris menetes "Rasulullah pasti kecewa banget sama kita"

"Kok ngomong nya gitu, sih?" Gawat, Abimanyu mulai terbawa suasana, lihat saja matanya yang semakin berkaca-kaca "Jangan ngomong gitu, dong. Gue ketar-ketir ini."

Saat mereka kembali di hinggapi keheningan, Dian datang sambil mengamati temannya satu persatu.

"Tumben banget anteng lo pada" Herannya, kembali ia perhatikan wajah mereka satu persatu "Kok pada loyo gini? Jadi gak nih kita ikut aksi?"

"HAYUK!" Jawab keempatnya serentak.

Tak ada perbedaan diantara kita para manusia, tuhan kita mungkin bisa berbeda, warna kulit kita bisa berbeda, bentuk tubuh mungkin bisa berbeda, tapi kita tetap lah manusia yang harus bisa memanusiakan manusia lain.

Pembantaian sekecil apapun bukanlah hal yang pantas untuk di pertontonkan. Sebagai manusia yang berakal, kita harus menyuarakan keadilan bagi mereka yang benar-benar membutuhkan keadilan.

Jasad-jasad tak bersalah para syuhada itu aka menjadi saksi betapa kejamnya para zionis laknantullah. Tubuh-tubuh mungil yang telah hancur itu akan mengadukan semuanya pada sang pencipta. Kematian mereka adalah hal yang paling di cemburui oleh seluruh umat manusia, bagaimana bisa kota yang telah luluh lantak itu tercium begitu harum bahkan saat mayat dan potongan tubuh tersebar dimana-mana.

"ALLAHUAKBAR!"

"FREE PALESTINE!"

"FREE PALESTINE"

"HASBUNALLAH WANI'MAL WAKIL"

"FREE PALESTINE!"

Seruan yang sarat akan gelora penuh semangat terdengar begitu bergemuruh. Ribuan orang datang menyuarakan keadilan bagi saudara kita yang di tindas.

Dian telah meneteskan air matanya sejak teriakan penuh semangat ia lontarkan "FREE PALESTINE!" Pemuda itu berpakaian serba putih dengan sebuah kain kecil bercorak bendera Palestina terikat di kepalanya. Tak lupa, di leher nya terdapat syal yang lagi-lagi bercorak bendera Palestina.

Abimanyu menggenggam erat bendera Palestina, melantangkan teriakan penuh semangat. Berharap hal itu dapat mengurangi rasa takut nya akan kekecewaan Rasulullah terhadap nya yang tak bisa membantu apapun selain ikut menyuarakan keadilan.

Chiko memegang sebuah kertas karton besar yang bertuliskan SAVE PALESTINE. Tak merasa kan keram sedikitpun pada kedua tangannya yang sejak awal telah terangkat untuk memegang benda itu. Di kepalanya terus terbayang tangisan saudara-saudara muslim disana yang telah kehilangan seluruh harta benda bahkan orang tercinta. Dada pemuda itu bergemuruh kencang, mendatangkan sesak yang begitu menyiksa tatkala takbir kembali di kumandangkan dengan begitu kencang dari ribuan orang di tempat nya berdiri saat ini.

"FREE PALESTINE!"

"HENTIKAN GENOSIDA!"

Saka dan Dimas berteriak saling bersahutan, membakar semangat para peserta aksi dengan suara lantang mereka.

"MAHKLUK TUHAN PALING HINA SEDANG MENIKMATI HIDUP DI ATAS PENDERITAAN SAUDARA KITA DI PALESTINA SANA! INI BUKAN PERANG! INI PEMBANTAIAN!"

"FREE FREE PALESTINE!"

"ANAK-ANAK KECIL MENANGIS KETAKUTAN, TAK ADA TEMPAT BERLINDUNG, KEMATIAN HANYA BERJARAK SATU INCI DARI KEPALA MEREKA! BOM TERUS DI JATUHKAN! TANGISAN LAGI-LAGI TERDENGAR! ANAK KECIL KEMBALI MENJADI KORBAN! BERIKAN SEDIKIT RASA KEMANUSIAAN KALIAN PADA SAUDARA KAMI!"

"SAUDARA KAMI BUKAN HEWAN YANG BISA KALIAN BAKAR SEENAKNYA! SAUDARA KAMI BUKAN BARANG TAK BERGUNA YANG BISA KALIAN JATUHI BOM SEENAKNYA! SAUDARA KAMI BUKAN TERORIS YANG HARUS KAU TEMBAKI SETIAP SAAT!"

Dimas dan Saka kompak menangis di tengah orasinya.

"HASBUNALLAH WANI'MAL WAKIL!"

"ALLAHUAKBAR!"

"FREE PALESTINE!"

Teriakan peserta aksi semakin bergemuruh, semangat begitu tergambar jelas pada setiap wajah-wajah yang berdiri tegap di bawah teriknya matahari siang ini. Sholawat nabi serta takbir penuh pujian terus terdengar kencang. Menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya.

"ALLAHUAKBAR!" Dian berteriak cukup keras, tenggorokannya terasa sakit, namun tak di hiraukan sama sekali.

Rupanya teriakan Dian barusan membuat Abimanyu dan Chiko kompak menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung dan terharu. Indah sekali rasa kemanusiaan ini.

Rasa kemanusiaan itu naluri, yang lahir secara alami dari manusia yang patuh akan tuhan.

"FREE PALESTINE!"

***

HI! BAGIAN 25 INI AKU TULIS KHUSUS UNTUK MENYUARAKAN KEBEBASAN BAGI SAUDARA KITA YANG DI PALESTINA SANA.

JANGAN RAGU UNTUK BOICOT APAPUN YANG BERSANGKUTAN DENGAN PARA ZIONIS BIADAB MONYET KAMPRET GAK BEROTAK GAK BERAKHLAK GAK BERGUNA, SEGALA UMPATAN BURUK HANYA COCOK UNTUK MEREKA PARA ZIONIS.

Ada sedikit pertimbangan tentang salah satu cast dari cerita ini, yaitu Chiko. Aku berencana mengganti cast nya dengan visualisasi lain. Menyikapi berita yang baru-baru ini keluar dari grub dan agensi mereka, jujur, itu cukup mengecewakan.

So... Menurut kalian, siapa yang cocok gantikan visualisasi Chiko??????

Semesta Yang SamaOnde histórias criam vida. Descubra agora