Berkurang satu

628 99 23
                                    

"Bintang kami memang redup satu, tapi bukan berarti tak bisa bersinar kembali."
-Hanan Zayn Anantha-






_Selamat Membaca_
*****

1 Bulan kemudian

Waktu terus berlalu begitu saja dengan cepat. Rumah berlantai dua menjadi saksi dimana Melvin Dkk hidupnya terbilang cukup suram. Tak ada canda tawa, tak ada semangat di wajah mereka. Karena bagian dari mereka sedang terbaring lemah di brankar dengan alat-alat yang terpasang apik di tubuhnya.

Ya, Jae dinyatakan koma. Jae terkena racun mematikan yang dimana belum ada penawarnya sama sekali. Beruntungnya Jae cepat dibawa ke Rumah Sakit. Walaupun Jae sempat detak jantungnya berhenti, namun Allah masih memberi Jae kesempatan untuk melanjutkan kehidupan ini.

Dan selama sebulan ini Jae belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Bahkan selama sebulan ini juga Melvin dkk hidupnya terbilang monoton, hanya berangkat sekolah lalu langsung ke Rumah Sakit. Mereka akan pulang ke rumah hanya untuk berganti pakaian saja.

Di ruangan Jae, kini hanya ada Hanan yang sedang menemani Jae. Sedangkan yang lainnya entah pergi kemana.

Hanan duduk di samping Jae dengan tangannya yang terus menggenggam tangan Jae dengan erat, seakan-akan Jae akan pergi jauh. Air matanya terus menerus turun membasahi pipinya yang mulai tirus.

"Maaf, pasien atas nama Jae Arthia Azka kami nyatanya meninggal. Saya turut berdukacita." ucapan terakhir Dokter itu sebelum Jae dinyatakan koma bagaikan boomerang di kepala Hanan. Dia takut Jae sewaktu-waktu pergi meninggalkan mereka semua.

"Jae, lu ga ada niatan bangun gitu? Lu ga kangen sama gue?" suara serak itu kembali membisikkan kalimat yang terus dia lontarkan ke Jae selama satu bulan ini.

"Hahahaha... Lu jelek tau ga, lu mirip zombie kekurangan darah." Hanan tertawa pelan, namun bagi yang mendengar tawanya pasti akan merasakan sedih. Hanan tak tahan melihat wajah Jae yang terbilang cukup kurus, dengan bibir pucat serta pipi yang sudah tirus semakin tirus.

"Lu tau ga, Jae. Sekarang Jidan udah kurang baca bukunya, padahal dia kan dulu pecinta buku ya." Hanan terus bercerita walau Jae masih setia dengan tidur panjangnya.

"Terus entar marahin Renzy ya, Jae. Masa dia ga mau ngembaliin Renza, padahal gue kangen dia."

"Gue mohon, Jae. Gue mohon lu bangun, anak-anak yang lain rindu sama lu." tangis Hanan kembali pecah saat mengenang gimana mereka selama sebulan ini tanpa Jae.

"Lu ga kasian apa liat kami yang makin kurus. Apalagi Renza nanti perkembangan tinggi badannya melambat lu mau tanggung jawab?" di sela-sela tangisnya Hanan masih sempat-sempatnya julid.

Mereka terbilang tidak terlalu mengurus diri mereka sendiri. Walau ada Renza namun untuk sekarang Renza tak terlalu sering muncul. Karena selama sebulan ini Renzy yang lebih dominan menguasai tubuh Renza.

Ya, Renzy si alter ego Renza.

Dan selama sebulan ini Renzy terus menyiksa Sena. Dimulai dari cambukan, sayatan kecil dan memotong rambut Sena secara acak. Renzy hanya melakukan penyiksaan kecil karena Renzy tak mau Sena mati begitu saja. Dia mau cewek itu merasakan sakitnya siksaan itu sampai Jae sadar.

Tidak hanya Renzy saja yang menyiksanya. Namun, Jen dan Hanan ikut serta dalam penyiksaan itu. Awalnya Renzy kaget melihat Hanan yang berani melakukan hal yang bersangkutan dengan penyiksaan. Apakah ini ada hubungannya dengan penculikan dia dulu? Tapi Renzy tidak terlalu memikirkannya, mungkin saja Hanan sama hal dengan dirinya yang marah melihat orang tersayang mereka itu terluka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

7 Bintang|| NCT Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang