42. Penolakan 🐰

502 12 0
                                    

Selamat membaca 🦊




***

Alice berjalan mendekati Ciara yang seperti akan pergi, Alice mencegat tangan Ciara membuat Ciara menatap singkat tangan Alice. "Mau kemana? Lo gak mau jelasin kemana Lo kemarin pergi?!" Ciara menghempaskan tangan Alice yang melekat pada lengan miliknya secara kasar. Mendapatkan perilaku seperti itu, Alice ingin memarahi Ciara.

Namun suara yang begitu tegas menghentikan apa yang ingin ia katakan tadi, Alice berbalik dan menatap sang ayah yang berjalan mendekati mereka. "Cia, benci sama Alice!" Usai mengutarakan apa yang ingin ia katakan seraya menatap Alice dengan tatapan berkaca-kaca. Perempuan itu mungkin masih kecewa akan perilaku Alice pada nya hari itu.

Baskara diam mendengar nada lirih dari keponakan nya itu, pria dewasa tersebut kini menatap putrinya dengan tatapan penuh pertanyaan. Melihat sang ayah menatap nya seperti itu mau tidak mau Alice mengatakan semuanya.

"Papi marah sama Alice?" Tanya Alice setelah mengatakan kejadian beberapa hari lalu, saat mereka bertengkar dan Ciara yang pergi dari rumah pada malam hari.

Baskara tidak menjawab perkataan Alice lelaki itu  memandangi pintu rumah mereka yang terbuka lebar, mata yang memiliki sorot tajam tersebut menatap putrinya kini. "Tidak. Itu bukan urusan saya!" Jawab datar Baskara.

Alice tersenyum senang mendengar nya ia menggandeng tangan kekar Baskara, "Papi, Alice mau—"

"Saya punya tugas untuk mu, jika kamu berhasil saya akan memberikan apapun yang kamu mau!" Potong Baskara, kedua mata itu saling tatap.

Alice diam mendengar perkataan Baskara, sunyi beberapa detik tidak membuat Alice ingin membuka mulutnya untuk membalas perkataan Baskara tadi. Kini kedua manusia itu di selimuti oleh keheningan, "Tidak mau?"

Alice menggeleng kecil seraya melepaskan tangannya dari lengan sang Ayah, hingga rambut yang terurai itu kini di elus dengan sangat lembut oleh Baskara. "Arghhh papi..." Perempuan itu sedikit merintih sakit saat tangan Baskara mendarat di wajah nya.

"Jawab. Punya mulut bukan?" Ucap Baskara sambil mencekram wajah sang putri kuat, Alice menggeleng kecil saat merasakan begitu kuatnya cengkraman itu.

"A-alice ma-u, papi." Baskara tersenyum smirk mendengar nya, ia kembali mengelus surai milik Alice dengan tatapan penuh intimidasi.

"Tapi...Alice akan mendapatkan apapun yang Alice ingin kan bukan? Jika Alice berhasil!" Alice menatap Baskara, pria dewasa itu hanya mengangguk kecil menjawab pertanyaan dari Alice.

"Jika papi membohongi Alice, papi tau bukan, apa yang akan Alice lakukan?"

"Mengancam saya?" Alice terkekeh pelan lalu mendekati dirinya pada Baskara.

"Bukankah, Alice belajar dari Papi sendiri?" Ujar Alice sambil membalas tatapan Baskara, melihat itu Baskara berbalik dan mulai melangkah pergi dari sana.

Alice yang melihat Baskara pergi dari hadapannya, mengeram marah. "apa tugasku?" Teriak Alice membuat Baskara menoleh singkat tanpa sedikit pun ingin membuka mulutnya. Melihat tingkah Baskara, Alice berteriak pada Baskara lebih keras di banding teriakan pertama tadi seraya menghentakan kakinya kasar pada keramik berwarna putih polos tersebut.

"APA TUGAS KU?" Teriak Alice lagu dengan nada kesal.

Kaki jenjang itu kini berhenti dan berbalik, hanya seperkian detik setelah itu kembali berjalan sebelum benar-benar pergi pria dewasa itu berteriak tidak kalah keras dari sang putri. "Buat Ganendra kennan Emillio mencintaimu dan buat ia tunduk padamu!"

Mata besar itu membulat seketika saat mendengar perkataan Baskara, ia berkedip beberapa kali saat ucapan Baskara tadi memenuhi gendang telinganya. "Siapa kennan?" Gumamnya dengan menggaruk kepalanya tidak gatal, ia berdecak kesal dan pergi untuk menyusul Baskara yang telah hilang dari pandangannya.

2. Kepahitan dalam Cinta [END]Where stories live. Discover now