02. Bertemu Kucing Hitam

26.3K 1.9K 26
                                    

Charlotte berada di kereta kuda yang disiapkan kerajaan tak bisa menahan air matanya untuk keluar. Dia kecewa dengan Carmila yang tidak memberitahu kebenaran yang sebenarnya.

'Percuma aku hidup di sini jika aku tidak hidup dengan keluarga.'

Charlotte sadar, malam ini adalah malam terakhir dia melihat Carmila yang memilih mengorbankan dirinya pada Raja Luther yang ternyata adalah vampir yang haus akan darah.

"Kakak tidak ingin kehilanganmu," jelas Carmila pada Charlotte yang bersandar lemah di ujung kereta. Tatapan Charlotte yang kosong membuat Carmila sedih.

"Kakak bilang Raja itu tidak jahat," lirih Charlotte sembari menutup matanya. Dia menikmati angin malam yang menusuk sampai ke tulang.

"Raja tidak jahat, tapi itulah sistem kerajaan. Semua ada timbal baliknya, Charlotte."

Charlotte diam, tak menjawab ucapan Carmila. Jika berada di situasi ini, gadis itu semakin membenci orang yang memanfaatkan kedudukan mereka untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Baik di kehidupannya yang dulu maupun sekarang, tidak ada yang berbeda jika dihadapkan dengan kekuasaan.

Rakyat biasa seperti mereka hanya bisa patuh dan tunduk. Bahkan jika dihadapkan dengan kebenaran, yang berkuasa yang akan menang.

"Kenapa bisa kita manusia biasa dipimpin oleh Vampir?" tanya Charlotte tanpa menoleh ke Carmila.

"Karena kita di wilayah Kegelapan. Jika kau keluar dari wilayah ini, pemimpinmu akan berbeda. Tapi setiap pemimpin selalu punya kekuatan sendiri." Carmila menjelaskan, berharap adiknya mau menatapnya barang sedetik.

"Kak, biar aku saja yang menyerahkan diri. Lagi pula, aku tidak ingat sama sekali tentang kehidupanku." Charlotte memohon.

Carmila menggeleng keras lalu mendekati Charlotte. "Aku sudah berjanji pada Ayah." Carmila kembali mengusap lembut rambut Charlotte.

Charlotte diam. Pada akhirnya, inilah kehidupan baru yang ia jalani. Hidup dengan seorang tetangga dan tanpa ada keluarga sedarah yang menemaninya.

Jika di suruh memilih hidupnya yang sekarang atau hidupnya dulu di zaman modern, jelas ia akan memiliki kehidupan dulu. Meski kesepian dan selalu diolok-olok, itu lebih baik asal ada keluarga di sisinya meski tidak dipandang ada.

Setidaknya ia bisa merasakan kehangatan keluarga di sekitarnya.

***

Charlotte tidak memberontak ataupun menahan Carmila yang sebulan lalu sudah pergi meninggalkannya. Kini gadis itu tinggal bersama wanita paruh baya yang merupakan tetangga mereka dulu.

"Bibi Rose, aku akan memetik buah apel. Bisakah nanti Bibi buatkan aku cake apel yang enak?" tanya Charlotte antusias seperti anak kecil meski umurnya sudah delapan belas tahun.

Wanita itu tersenyum lembut dan menepuk-nepuk puncak kepala Charlotte dengan lembut. "Tentu saja. Apa pun untuk gadis cantik ini." Bibi Rose tak bisa menahan dirinya untuk mencubit pipi milik Charlotte.

"Awss, Bibi!" Charlotte menggerutu kesal. Pipinya jadi memerah karena ulah Bibi Rose.

"Sepertinya Tuan Putri sedang marah. Bisakah Tuan Putri yang cantik ini memaafkan Bibi?" tanya Bibi Rose, wanita itu sangat senang membuat Charlotte kesal.

"Tentu saja, aku gadis pemaaf." Charlotte mengedipkan matanya genit. Mereka lalu tertawa bersamaan.

"Baiklah Bibi, aku akan pergi memetik buah apel yang segar!" Charlotte berseru dengan semangat dan berlari kecil ke kebun buah milik Bibi Rose.

EMPEROR'S DOLLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang