31

3.5K 188 24
                                    

"Sekarang lo udah aman. Berkat Zevan, dia bisa bebasin lo dari penculik itu."

Raina terkejut mendengar penuturan sahabatnya ini. Raina menatap Vio heran, membuat gadis itu mengernyit bingung. Apa Vio salah mengartikan apa yang ia katakan sejak tadi?. Zevan yang menolongnya? Rasanya, Raina ingin menyangkal dan memberitahukan yang sebenarnya kepada Vio.

"Kenapa?"

Raina hanya merespon ucapan Vio dengan senyuman tipis dan menggeleng pelan. Ia mengepalkan tangannya. Merasa geram dengan Zevan. Zevan menipu Vio hingga gadis itu percaya kepadanya. Raina sangat ingin sekali mengatakan bahwa Zevan lah yang menculiknya. Tetapi Raina teringat dengan ancaman Zevan yang masih menghantuinya hingga saat ini.

Flashback

"Kurang ajar"

Raina menggeram marah. Dia memandang Zevan dengan tatapan bencinya, hal itu justru membuat Zevan tertawa. Emosi Raina semakin bergejolak melihat Zevan yang menertawainya. Pria gila itu memang gemar membuatnya semakin membenci pria itu.

Zevan memancing emosi Raina dengan beberapa peraturan yang ia buat. Sepertinya pria itu sengaja mempermainkan Raina hingga gadis itu menjadi emosional seperti sekarang. Raina menatapnya dengan tatapan benci, tetapi hal itu bukan menjadi masalah.

Sebenci apapun Raina padanya, tak akan merubah ketetapan yang ia buat. Sampai kapanpun gadis itu tetap menjadi miliknya!

Bagaimana Raina tidak emosi, Zevan memberikan beberapa peraturan dan salah satu peraturannya itu membuatnya ingin mencakar-cakar pria sinting itu. Entah kesalahan apa yang ia buat di masa lalu, hingga membuatnya bertemu dengan pria brengsek dan sakit jiwa seperti Zevan.

"Aturan pertama, kau tidak boleh pergi melarikan diri dariku, apalagi jika aku sampai mengetahui bahwa sahabatmu juga andil dalam misi pelarian diri yang kau lakukan dari dariku."

"Aturan kedua, kau masih tetap ikut denganku kembali ke mansion dan kau bisa kembali ke rumahmu dan bertemu dengan sahabatmu jika aku mengizinkannya."

"Dan aturan yang terakhir, kau tidak boleh mengatakan hal yang tidak-tidak tentangku kepada sahabatmu. Terlebih tentang aku yang sebenarnya adalah dalang di balik hilangnya dirimu."

Flashback end.

Mengingat ancaman itu, membuat Raina mengurungkan niatnya untuk memberitahu Vio tentang apa yang di lakukan Zevan padanya. Jika seperti ini, memang mustahil kemungkinan Raina dapat melarikan diri dari seorang pria sakit jiwa bernama Zevan.

Raina hanya bisa pasrah dan patuh pada permainan dan rencana yang telah di atur oleh Zevan. Sekarang sudah bukan waktunya Raina memusingkan hal itu. Yang terpenting saat ini ia sudah berhasil bertemu dengan Vio dan bersamanya lagi.

Setelahnya mereka berdua menghabiskan waktu dengan menonton film bersama. Perasaan bahagia melingkupi hati Raina saat ini. Momen momen seperti ini yang ia rindukan saat berada di mansion Zevan.

Mengingat hal itu membuat Raina merasa enggan untuk kembali ke mansion pria itu. Raina yakin Zevan akan membawanya kembali kesana. Bagaimana caranya agar Zevan menerima penolakannya. Ia sungguh takut jika semisal Zevan menyakiti Vio akibat kemarahannya pada dirinya.

Asyik menghabiskan waktu dengan menonton film, kedua gadis itu di kejutkan dengan kedatangan Zevan. Pria itu sudah kembali padahal baru dua jam yang lalu pria itu pergi. Mengapa cepat sekali kembalinya. Raina dengan wajah tertekuknya merasa malas melihat Zevan di depan sana dengan tatapan angkuhnya.

"Raina, come here."

Raina yang semula berada di ruang tv, beranjak pergi menuju ruang tengah. Untuk sekarang Raina harus berpura-pura patuh kepada pria itu. Ia pun duduk di samping Zevan sesuai perintah pria sinting itu. Raina memberi jarak duduknya antara mereka membuat Zevan berdecak.

S E L E C T E DWhere stories live. Discover now