SZ.14

20 16 36
                                    

FOLLOW IG AKU:butterpen_ untuk info-info ceritaku & risssss_dd untuk kenali aku lebih dekat.

Jangan lupa follow akun wattpad ku sebelum baca💕

! koreksi taypo

Happy reading 💞

🤍🤍🤍


"Woi Cakra bantuin gue anjing!"

"Sabar monyet."

"Ah, elah, matikan. Lo sih,"

"Brisik!" suara Dika yang terbangun dari tidurnya akibat keributan yang dibuat Cakra dan Zaksa membuat mereka terdiam.

Zaksa menyengir."Hehe, maaf Dik. Marahin aja ni sapi, heboh bener." ujar Zaksa menunjuk
Cakra.

"Paan sih lo. Kok malah gue!" seru Cakra tidak terima.

Dika manatap mereka dengan datar. Tampa peduli, Dika kembali menenggelamkan
wajahnya ke lipatan tangan di atas
mejanya.

"Lo berdua sama aja, heboh." ceplos Widan. Ia beralih menatap Rafan. "Oi Fan, diam mulu lo."

"Lagi banyak pikiran ya?" celetuk Cakra.

"Hidup dibawah enjoy aja." timpal Zaksa.

Rafan menatap malas mereka. ucapan Cakra benar. Ia sedang banyak pikiran saat ini. Kemudian ia beranjak dan keluar kelas tampa
mengatakan apapun.

Mereka bertiga menatap bingung kepergian
Rafan. "Lah, napa dah tu bocah?"

Widan mengedikkan bahu dengan tak acuh. "Gak tau."

"Akhir-akhir ini banyak diamnya tu anak. Makin lama makin mirip si batu es." maksud Cakra Dika.

"Udahlah biarin aja, masalah pribadi mungkin." Widan berkata. Mereka bertiga pun kembali fokus bermain dengan game dihandphone.

Sedangkan Rafan berjalan menyusuri koridor.
Tujuannya sekarang adalah roftop. Ia butuh waktu sendiri untuk berfikir. Setibanya di sana. Ia mendudukkan diri di sofa yang tersedia sana.

Ia memejamkan maja sejenak, lalu kembali membukanya. Ia teringat dengan teror itu.
Semalam ia sudah mencoba mencari tau, tapi, saat ia mencoba melacak nomor-nomor yang selama ini mengirimkan pesan padanya, hasilnya
tidak ada. Semua nomor-nomor tersebut sudah tidak terpakai.

Dan juga semalam ia kembali mendapatkan pesan. Dan lagi-lagi dari nomor berbeda.
Kembali ia lacak nomor itu dan hasilnya sama.
Nomor itu sudah tidak terpakai.

Rafan mengambil foto yang kemarin ia temukan. Sengaja ia membawanya. dilihatnya foto itu  dengan tatapan yang sulit di mengerti. Terakhir sebelum mereka lost kontak adalah saat SMP, dan setelah itu kabar tentangnya hilang, bahkan sebelum mereka lulus.

Dan tampa peduli ia tidak pernah mencari tau.
Ia menjalani hidupnya dengan damai tampa memikirkan gadis itu lagi, sekan ia tidak peduli atau memang iya? Tentu. Kenapa juga ia harus peduli dan mencari tau? Rafan berdecih, memikirkannya saja membuat ia malas.

Tak pernah terbesit pikiran untuk mecarinya, apalagi untuk mendapatkan sebuah maaf. Dia masih sama. Ia masih seperti Rafan yang dulu. Tidak berubah dan sepertinya tidak akan. dia tetap tidak peduli.

🤍🤍🤍

Zalynd sendirian di kelas. Ralat, bukan sendirian juga, ada beberapa murid lainnya. hanya saja teman-temannya sedang tidak ada. Eva, Vanka dan Tika pergi keluar, tadi mereka sudah mengajak Zalynd tapi ia tidak mau.

She is Zalynda (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang