Ada satu pembelajaran baru yang Wonwoo terima hari ini soal kelahiran bayi. Soal fase newborn yang sedang di alami keluarga kakaknya, yaitu ada masa dimana anak pertama mereka jadi sensitif dan sering tantrum setelah ada bayi ditengah-tengah keluarga mereka.
Bayi perempuan yang Seungcheol beri nama Fyona ini baru pulang dua hari yang lalu, ini hari ketiganya di rumah dan Dimi sepertinya mulai sadar soal posisinya sebagai anak pertama, sebagai kakak, yang tidak lagi jadi satu-satunya.
Saat pulang sekolah dia jengkel, nangis tersedu-sedu sambil menarik Jeonghan untuk menjauh dari bayi mereka.
'Ayah udah gak sayang kakak' katanya.
Padahal sebetulnya Dimi tidak kurang apapun dari mereka semua, namun namanya juga anak-anak pasti ada iri hati melihat orang yang biasa hanya mengurusnya tiba-tiba jadi sibuk dengan hal lain.
Bujukan Seungcheol tidak diterima, apa lagi Wonwoo. Anak itu hanya mau dipegang oleh Jeonghan, sehingga sore ini Wonwoo yang menggantikan peran Kakaknya untuk membawa Fyo menjauh dulu dari Dimi.
Dia duduk di teras rumahnya sendiri, menggendong bayi merah sambil sesekali berayun kesana kemari. Setelah sebelumnya mengurus Chio sendirian Wonwoo agak kaget saat mengurus Fyo, ternyata anak perempuan sangat amat kalem dan tenang. Jarang nangis, jarang mengajak begadang, paling-paling jika terbangun saat malam hari dia hanya akan diam dan tidur lagi. Intinya sangat beda jauh dengan Chio saat bayi.
"Papi.." suara Chio berasal dari dalam rumah terdengar. Suara langkahnya yang berlari-lari kecil mulai sampai dengan jelas ke luar.
"Papi, Adek ngantuk mau mimik," ujarnya sambil menyodorkan botol susu ke depan wajah Wonwoo.
"...Temenin adek bobok yuk," sambungnya.
Wonwoo bergerak sebentar, dia bingung harus bagaimana. Ada bayi yang masih harus dia gendong namun anaknya sedang meminta tolong.
"Adek minta buatin ke mbak dulu ya. Papi masih jagain baby nih, nanti kalau babynya sudah tidur Papi temani adek tidur siang," Wonwoo bicara sepelan mungkin, dengan nada mendayu-dayu berharap Chio bisa paham soal situasi yang sedang terjadi.
"Ihh Mbak lagi masak, kan kata papi nggak boleh ganggu-ganggu orang yang lagi masak," Chio merengek, dengan pintar membalik kata-kata Wonwoo yang pernah dia dengar dulu.
Wonwoo membuang nafas, lalu mengangguk untuk mengalah pada permintaan dumpling kecilnya.
Toh, cuma buat susu dan ngelonin Chio, sepertinya tidak masalah kalau sambil membawa bayi yang anteng di gendongannya.
"Sini cil, bikin susu sama gue," Potong sebuah suara.
Sepertinya dunia memang sedang lumayan baik, seingat Wonwoo adiknya ada kelas siang di kampus tapi rupanya sosok itu kini ada di depan mereka. Meraih botol susu Chio dan menyeret anak itu masuk ke dalam.
"Makasih, Om Ichan," ujar Wonwoo pelan saat mereka berpapasan. Chan tidak menjawab hanya bergumam untuk merespon lalu pergi begitu saja.
Chio pasrah menurut, dia sedang tidak peduli pihak mana yang akan membuatkan susu untuknya yang paling penting susu hangatnya bisa hadir dalam waktu singkat, meskipun yang membuat adalah Chan, Chio tetap senang-senang saja.
"Bapak lo yang satu lagi udah bisa buatin susu belum tuh?" Tanya Chan setelah sampai di dapur mereka.
Chan sudah terbiasa membuatkan susu formula untuk tuyul-tuyul di rumah ini. Tidak perlu pakai lihat-lihat petunjuk pembuatan, feelingnya lebih akurat dari instruksi itu semua.
Dumpling mengangkat kedua bahunya, "Gak tahu, tapi papa adek pinter masak," balasnya.
Chan meliriknya sekilas, dumpling duduk di kursi makan sambil menyenderkan tubuhnya ke meja, kakinya pendek menggantung begitu saja tidak bisa menyentuh lantai.
YOU ARE READING
Little Dumplings
FanfictionLima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonwoo dikejutkan oleh sebuah foto seseorang dengan tahi lalat yang familiar di mata Wonwoo. Hampir seti...